Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Di era kemajuan teknologi seperti sekarang, memungkinkan anak terbiasa hidup bersama gadget. Alhasil tidak sedikit anak yang lebih mahir menggunakannya ketimbang orang tua.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dielakan, dari kemajuan teknologi memang punya manfaat. Namun tetap saja ada dampak buruk yang ditimbulkan pada anak, seperti: jadi malas bergerak, lupa waktu, sampai gangguan pada mata.
Karenanya, menurut Katarina Ira Puspita, M.Psi selaku Psikolog Anak ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan orang tua. Pertama adalah dengan membatasi penggunaan gadget si kecil.
“Kalau anaknya usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak diberikan gadget. Hanya boleh untuk video call dengan anggota keluarga,” katanya saat ditemui kumparanMOM dalam acara Houbii 3rd Anniversary di Jakarta Selatan, Minggu (15/12).
Sementara untuk anak berusia 2 sampai 5 tahun, maksimal penggunaan gadget yakni selama 1 jam serta harus ditemani pendamping. Lalu, pada anak yang lebih besar di atas 5 tahun pastikan pemakaian gawai tidak menghambat waktu tidur dan belajarnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian cara yang kedua adalah dengan menerapkan area bebas gadget. Maksudnya adalah jangan menaruh TV dan laptop atau komputer di kamar anak. Sebaliknya, letakan kedua benda tersebut di ruang tengah agar Anda atau suami bisa mengontrol si kecil.
“Dan kita bisa (terapkan) 1 hari bebas gadget, misalnya hari Sabtu tidak boleh pakai gadget,” imbuhnya.
Selanjutnya, cara yang ketiga adalah anak berusia di bawah 13 tahun jangan diberi handphone khusus. Sebagai gantinya, Anda atau suami bisa meminjamkannya pada buah hati, Moms.
Sebagai kompensasinya, Anda bisa mengajak anak untuk melakukan kegiatan physical play di waktu luangnya. Apa itu? Yakni aktivitas yang membuat anak menjadi aktif dan melibatkan motorik kasar dan halus, seperti berlari, memanjat, melompat, meluncur, mengayun sampai menari.
ADVERTISEMENT
“Pilih kegiatan yang menyenangkan dan menantang ke anak (misalnya) diajak ke playground, lalu diikutkan olahraga kesukaan anak. Itu adalah salah satu physical play yang bisa membantu perkembangan si kecil,” tambah Katarina.
Dalam kesempatan ini juga, Edo Ariesta Afrianto selaku General Manager Houbii menuturkan, di ulang tahun ketiga Houbii ini meluncurkan arena permainan baru. Yakni Happy Little Gym, arena khusus untuk anak berusia 1 sampai 5 tahun.
“In the future 2020, kita pasang wahana terbaru gabungan antara virtual reality sama trampolin,” ujar Edo.
Trampolin di Houbii menjadi salah satu arena menarik dan bisa menyalurkan physical play pada anak, Moms. Manfaatnya bagi si kecil, dapat membuat otot-ototnya menjadi rileks dan berkontraksi sehingga melatih jantung lebih kuat dan ototnya juga lebih kencang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, melompat di trampolin juga dapat membuka pembuluh darah baru dalam sistem kardiovaskular anak balita. Jangka panjangnya adalah dapat membantu melindungi jantung anak dari segala jenis penyakit.
“Kita satu-satunya trampolin park yang tersertifikasi, baik sertifikasi dari Kementerian Pariwisata dan Olahraga. Kita juga satu-satunya trampolin park di Indonesia yang layak keselamatan dengan rasio kecelakaan paling rendah yakni 0,0012 persen dan dapat award Most Safety Park in Indonesia,” terang Edo.
Lantas berapa biaya masuk ke Houbii?
Bila Anda berencana mengajak si kecil ke sini, Houbii bisa diakses anak berusia 1,5 tahun hingga tidak terbatas. Sementara biaya masuk pada hari kerja atau weekdays sebesar Rp 225 ribu dan hari libur atau weekend naik menjadi 285 ribu. Sedangkan untuk orang tua yang hanya menunggu di dalam hanya dikenakan Rp 30 ribu, tiketnya sendiri bisa dibeli di Traveloka atau situs Houbii.
ADVERTISEMENT