Cara Bedakan Air Seni dan Air Ketuban yang Pecah Jelang Persalinan

26 Desember 2019 17:46 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PTR, ibu hamil pecah ketuban atau ingin buang air kecil.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
PTR, ibu hamil pecah ketuban atau ingin buang air kecil. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pecahnya air ketuban di akhir masa kehamilan jadi salah satu tanda bahwa persalinan ibu semakin dekat. Sayangnya, banyak ibu yang sulit membedakan antara air seni dan air ketuban. Ini karena, air seni dan air ketuban memiliki warna yang sama.
ADVERTISEMENT
Tapi jangan khawatir, untuk memudahkan Anda membedakan mana air seni dan air ketuban yang pecah jelang persalinan, kumparanMOM merangkum beberapa perbedaannya. Pada laman What to Expect dijelaskan, air ketuban cenderung berbau "manis" dan tidak pesing seperti air seni.
Ilustrasi ibu akan menghadapi persalinan prematur. Foto: Shutterstock
Cara lain untuk mengujinya adalah dengan mencoba menghentikan aliran cairan itu dengan mengencangkan otot pinggul Anda dengan cara kegel. Jika berhenti, itu adalah air seni, jika tidak, itu adalah cairan ketuban.
Anda akan lebih mudah mengamati keluarnya cairan ketika sedang berbaring. Jika Anda berdiri atau duduk, aliran biasanya akan berhenti atau setidaknya melambat karena kepala bayi bertindak sebagai penyumbat yang menghalangi untuk sementara.
Ibu hamil pecah ketuban atau ingin buang air kecil. Foto: Shutterstock
Selain mengambil handuk dan beberapa pembalut, tindakan yang harus Anda lakukan jika mengalami pecah ketuban adalah menghubungi dokter atau bidan Anda. Jagalah kebersihan vagina untuk mencegah infeksi, Moms. Gunakan pembalut bukan tampon untuk menyerap aliran, jangan memasukkan apa pun ke vagina, dan seperti biasa bersihkanlah vagina dengan mengelap dari depan ke belakang setelah buang air kecil.
ADVERTISEMENT
Segera hubungi bidan atau dokter setelah kejadian ini berlangsung demi keselamatan Anda dan si kecil. Umumnya, untuk mencegah infeksi karena pecahnya ketuban, hampir semua dokter akan memicu persalinan dalam waktu 24 jam setelahnya, jika tanggal perkiraan kelahiran sudah dekat. Beberapa dokter bahkan sudah memberikan rangsangan setelah 6 jam.