Cara Deteksi Anak Autis Lewat Aktivitas Sehari-hari

13 Januari 2019 11:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Autis (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Autis (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Anak yang mengidap autisme biasanya tidak bisa diketahui dengan pasti sebelum berusia 3 tahun. Kebanyakan ahli enggan mendiagnosis gejala tersebut terlalu dini, karena masih ada kemungkinan bagi mereka untuk salah.
ADVERTISEMENT
Padahal, menurut Paul Christie, Elizabeth Newson, Prevezer, dan Chandler, penulis buku Langkah Awal Berinteraksi Dengan Anak Autis sekaligus pakar psikologi dan psikolog anak, autisme perlu didiagnosis secepat mungkin agar anak bisa segera diberi penanganan dan bukannya semakin memburuk.
Mendeteksi autisme memang tak bisa sembarangan. Sebab, autisme punya berbagai tingkat keparahan yang berbeda-beda, atau yang biasa disebut spektrum autisme. Ada anak yang kemampuan berinteraksinya sangat parah, namun, ada pula yang kemampuannya biasa saja. Ada anak autisme yang dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata, tapi, ada juga yang sulit mempelajari sesuatu.
Ciri anak dengan autisme bisa dilihat dari hasil diagnosis menggunakan parameter triad of impairments, yaitu tiga area kesulitan belajar dan berkomunikasi seorang anak selama tahap tumbuh kembangnya, dan hal ini baru dapat diketahui dengan bantuan para ahli.
ADVERTISEMENT
Namun, orang tua bisa mempertimbangkan untuk membawa anaknya melakukan pemeriksaan lanjut, bila menunjukan tanda-tanda berikut sebagai ciri dari autisme:
1. Kesulitan berbahasa dan berkomunikasi
Ilustrasi balita sulit mengerti isyarat dan berbagai bentuk komunikasi lainnya. (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita sulit mengerti isyarat dan berbagai bentuk komunikasi lainnya. (Foto: Unsplash)
Bukan hanya sulit memahami bahasa lisan, namun, juga gerak isyarat, ekspresi wajah, dan segala bentuk bahasa tubuh lainnya. Anak yang menderita autisme memiliki kemampuan pragmatis yang sangat rendah. Kemampuan pragmatis merupakan kemampuan berkomunikasi yang umumnya bisa berkembang seiring perkembangan bayi selama satu tahun awal tumbuh hidupnya.
Ciri utamanya, yaitu anak suka mengulang kata-kata tak berarti yang diucapkan oleh orang lain. Ia sulit berdialog dengan orang lain, dan sukar memahami apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Cara berbicaranya pun kaku seperti robot.
2. Susah berinteraksi sosial dan memahami sekitar
Ilustrasi balita sulit fokus saat diajak komunikasi. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita sulit fokus saat diajak komunikasi. (Foto: Shutterstock)
Meskipun tak semua anak autis seperti ini, tapi kebanyakan dari mereka suka menyendiri. Ia seakan punya dunianya sendiri. Anak autis sebenarnya kurang bisa berinteraksi sosial bukan karena ia tak minat, Moms, namun, ia kurang memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Hal itu mendorongnya menjadi lebih diam, meskipun ada banyak pula anak autis yang sangat aktif bahkan sampai tak bisa diam.
ADVERTISEMENT
Ia sulit memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Ciri lain yang bisa Anda perhatikan ialah mereka kurang bisa mempertahankan kontak mata, fokus, dan senyuman ke orang lain. Lagi-lagi, ciri ini berkaitan dengan kemampuan berbahasa anak.
3. Kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertingkah laku
Ilustrasi anak bermain.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
Sulitnya memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, cenderung membuat anak autis menganggap dunia ini membingungkan. Ciri-ciri anak autis selanjutnya bisa Anda perhatikan dari kegiatannya yang dilakukan secara berulang terus menerus, dan bertahan lebih lama dibanding anak normal.
Rutinitas sehari-harinya amat kaku, terasa seperti sistematis dan berulang. Kendati ia sulit fokus pada orang lain dalam jangka waktu yang lama, namun, ia bisa terpaku pada suatu benda yang menarik perhatiannya sampai tak bisa dialihkan. Ia juga punya sensitivitas tinggi terhadap suara/bunyi, cahaya, atau benda tertentu.
ADVERTISEMENT
Penulis: Nanda Saputri