Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Sebisa mungkin, ibu harus tetap menyusui bayinya meski dalam kondisi banjir sekalipun. Sebab, ASI mengandung banyak manfaat baik untuk bayi, yang bisa melindungi si kecil dari berbagai macam penyakit yang mungkin menyerang saat banjir.
ADVERTISEMENT
"Tetap menyusui bayinya. Karena di dalam ASI itu justru banyak antibodi-nya yang baik untuk bayi," jelas dokter umum sekaligus konselor menyusui, dr.Ameetha Drupadi, kepada kumparanMOM, Rabu (1/1).
Meski begitu, menyusui dalam keadaan bencana bukanlah hal yang mudah. Dalam kondisi darurat seperti banjir besar, ibu menyusui dan bayinya sangat butuh perlindungan dan dukungan. Sebab, situasi yang serba sulit bisa saja memisahkan ibu dari bayinya atau membuat ASI tak keluar karena stres pascabencana.
Lantas, bagaimana cara membantu dan mendukung ibu agar tetap bisa menyusui? Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan, seperti dikutip dari brosur Ikatan Dokter Anak Indonesia yang diterima oleh kumparanMOM.
Pertama, pastikan bayi menyusu dengan efektif, bangun rasa percaya diri ibu, meningkatkan produksi ASI dan mendorong ibu untuk memberi makan sesuai usia anaknya.
ADVERTISEMENT
Kedua, dukung ibu untuk memiliki kemampuan, seperti memerah ASI dengan tangan, mengajari bagaimana menggunakan alat bantu menyusui dan teknik alat bantu menyusui lainnya. Dukunglah ibu untuk melakukan skin to skin contact sesering mungkin pada bayi. Sebab, hal itu akan membantu ibu lebih nyaman dan memulihkan kondisi psikisnya dari trauma.
Ketiga, pascabencana atau pascabanjir terjadi, ibu juga perlu dukungan psikologis agar proses menyusui tidak terganggu. Ada kalanya ASI terhenti atau hanya keluar sedikit karen ibu merasa stres. Pada kondisi ini, dukungan relaktasi sangat dibutuhkan, misalnya dengan menggunakan selang nasogastrik (NGT), memberikan ASI perah, atau minuman pengganti ASI.
Namun bila ibu sakit, bayi sakit, payudara ibu sakit, atau bahkan ibu dan bayi terpisah karena bencana, sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui, bayi bisa diberikan makanan pengganti ASI, seperti susu formula. Untuk bayi berusia 6 hingga 24 bulan, ia bisa diberikan jenis susu seperti susu full cream, susu kambing, kerbau, sapi, dan susu UHT.
ADVERTISEMENT