Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
Moms, apakah beberapa hari belakangan ini anak Anda lebih rewel? Bila ya, mungkin karena ia tersiksa dengan cuaca yang lebih panas!
ADVERTISEMENT
Memang, suhu udara di sejumlah daerah seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan meningkat. Berdasarkan keterangan dari Kepala SUB Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra kepada kumparan, peningkatan ini disebabkan karena radiasi dari Matahari yang sedang cukup tinggi dan ditambah dengan jumlah awan yang sedang minimal.
Kondisi panas ini juga berkaitan dengan angin kencang yang terjadi sekarang, sebagai bagian dari tanda-tanda peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan atau lebih dikenal sebagai masa pancaroba.
Panasnya radiasi matahari kemudian berpotensi mengakibatkan tekanan tinggi di beberapa daerah yang membuat angin besar.
Lebih lanjut, Agie mengungkap suhu udara di beberapa daerah Jakarta pada Senin (21/10) lalu menurut data, pada pukul 13.00 WIB tercatat suhu di Halim mencapai 36,2 derajat Celcius, Kemayoran 34 derajat Celcius, Cengkareng 34,2 derajat Celcius, dan Tanjung Priok 33,6 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
Sementara di Semarang pada Selasa (22/10), berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhunya mencapai mencapai 39,4 derajat Celcius. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 47 tahun terakhir.
Pantas saja terasa panas sekali ya, Moms!
Sayangnya, kondisi seperti ini diprediksi Agie akan berlangsung selama kurang lebih seminggu. Diperkirakan baru awal November nanti, hujan akan mulai turun.
Lalu bagaimana dampaknya pada kesehatan kita, terutama pada anak ?
Mengutip Berita Anak Surabaya (BASRA) , menurut dr Dominicus Husada SpA(K), dokter spesialis anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, suhu yang lebih panas ini patut diwaspadai orang tua karena dampaknya bisa membuat anak lebih mudah mengalami dehidrasi.
Karenanya, orang tua juga perlu memerhatikan gejala anak alami dehidrasi. Sebab, dehidrasi sangat berbahaya, Moms.
ADVERTISEMENT
"Kalau gejalanya masih ringan bisa ditangani sendiri dari rumah. Tapi kalau gejalanya sudah yang sedang maka perlu tindakan lanjut dengan membawa anak ke dokter, karena dehidrasi akut bisa menyebabkan kematian," ingatnya.
Pada BASRA dr Dominicus menjelaskan beberapa gejala anak alami dehidrasi yang dapat orang tua amati.
Gejala dehidrasi ringan pada anak:
Gejala dehidrasi sedang atau berat pada anak:
Selain gejala tersebut di atas, Anda juga dapat mengecek tubuh terhidrasi dengan baik atau tidak dengan melihat warna urine anak. Jika urine berwarna cerah cenderung bening artinya tubuh terhidrasi dengan baik. Sebaliknya, jika urine berwarna keruh cenderung gelap, maka asupan cairan perlu ditambah.
ADVERTISEMENT
Tapi sekali lagi seperti pesan dari dr Dominicus, bila anak sudah menunjukkan gejala dehidrasi sedang, bawalah secepatnya ke rumah sakit atau dokter. Karena itu berarti anak butuh segera mendapat pertolongan!
Semoga cuaca panas cepat berlalu dan anak beserta seluruh anggota keluarga kita baik-baik saja ya, Moms.