Jangan Baper Bila Anak Dimusuhi Temannya, Atasi Dengan 7 Langkah Ini

9 April 2018 13:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak Dimusuhi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Dimusuhi (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba anak tampak murung, tidak bersemangat bersekolah atau tidak mau main ke luar rumah. Akhirnya Anda tahu kalau ia dimusuhi teman-temannya!
ADVERTISEMENT
Wah, orang tua mana yang tidak merasa sedih? Kita semua tentu ingin anak mempunyai banyak teman entah itu di sekolah, lingkungan anak beraktivitas seperti tempat les maupun di lingkungan rumah.
Saat hal seperti ini terjadi, selain rasa sedih, mungkin saja Anda juga merasa marah dan khawatir. Setelah itu bisa jadi muncul rasa bingung. Apa ya yang harus Anda lakukan untuk membantunya? Tidak mungkin juga kan, kalau langsung menghampiri anak-anak lain untuk menyuruh agar mereka mau berteman lagi dengan anak Anda?
Aduuuh, jadi baper deh!
Menurut psikolog keluarga, Anna Surti Ariani MPsi, Psi, dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, hal ini memang tidak mudah. Anda tidak dapat berharap menyelesaikannya seketika dan perlu melakukan beberapa hal secara bertahap. Berikut penjelasan psikolog yang akrab disapa dengan pangilan Nina ini, untuk Anda:
Ilustrasi Peluk Anak  (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Peluk Anak (Foto: thinkstock)
1. Tenangkan diri
ADVERTISEMENT
Jaga emosi Anda agar jangan sampai malah menambah kesedihan atau kemarahan anak akibat dimusuhi teman-temannya.
Meski di dalam hati, ta perlu lantas protes\ seperti, "Memangnya anak saya salah apa?" atau mencari-cari pembenaran misalnya dengan mengatakan, "Anak saya manis dan baik begitu. Pasti teman-temannya yang nakal!".
Pikiran-pikiran seperti ini hanya akan membuat Anda tambah emosi, Moms. Ingatkan diri bahwa orang yang paling disukai pun punya musuh.
2. Dampingi anak
Ajak anak membicarakannya, supaya ia bisa melampiaskan emosi secara lebih sehat kepada orang yang dipercaya yaitu orangtuanya. Anda bisa memulai dari pertanyaan tentang peristiwanya.
Misalnya, tanyakan pada anak apa yang dilakukan teman-temannya, apa yang terjadi sebelumnya, apa yang ia rasakan, apa yang ia pikirkan tentang teman-temannya dan lain sebagainya. Ingat, tanyakan dengan tenang ya, Moms. Jangan buat anak merasa diintrogasi.
Jangan menampilkan teman anak Anda. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jangan menampilkan teman anak Anda. (Foto: Thinkstock)
3. Ajak anak introspeksi
ADVERTISEMENT
Bila anak sudah menceritakan apa-apa yang terjadi, hindari langsung menilai situasi atau menghakimi, Moms. Menurut Nina, lebih baik tanyakan pada anak apa yang ia lakukan kepada teman yang memusuhi tersebut, apakah ada sesuatu perkataan atau perbuatan yang mungkin membuat si teman atau teman-temannya marah.
Coba gali lebih dalam. Bisa saja, anak Anda sendiri tidak menyadari karena terlalu fokus pada kejadian yang terakhir diingatnya.
4. Ajak anak memikirkan tentang temannya
Misalnya apa yang dipikirkan dan dirasakan teman-teman yang lain terhadap si teman tersebut, bagaimana perilakunya di dalam kelas, bagaimana keluarga si teman, dll.
Kalau teman yang memusuhi anak ternyata punya banyak musuh atau sering melakukan kenakalan, sampaikan bahwa anak itu mungkin punya masalah dengan orangtuanya, jadi anak perlu berempati dengan anak tersebut.
Ilustrasi menjadi teman yang baik (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menjadi teman yang baik (Foto: Thinkstock)
5. Siapkan anak
ADVERTISEMENT
Anda dapat menyiapkan anak menghadapi masalah ini dengan mengajarinya kata-kata atau kalimat apa yang bisa ia ucapkan jika bertemu dengan teman yang memusuhinya tersebut. Tidak hanya kalimat, ajak juga anak memikirkan apa yang dapat ia lakukan.
Contohnya, saat ada teman yang meminta teman-teman menjauhinya, ia bisa mencari teman lain yang tidak terpengaruh, atau pergi ke perpustakaan dan menikmati waktu membaca buku tanpa gangguan di sana.
6. Cari bantuan
Jika permusuhan berkelanjutan, bahkan sampai merugikan anak, orangtua dapat berkonsultasi dengan guru. Atau kalau masalah ini terjadi di luar sekolah, Anda dapat mengajak orang tua dari anak tersebut untuk saling bicara.
Bicara di sini maksudnya bukan untuk menegur atau mengekspresikan kemarahan ya, Moms. Nina berpesan, Anda harus fokus pada usaha untuk mencari solusi apa yang dapat dilakukan agar semua anak berbaikan kembali.
Lampiaskan rasa marah (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Lampiaskan rasa marah (Foto: Thinkstock)
7. Introspeksi diri
ADVERTISEMENT
Nina melanjutkan, jika banyak orang yang memusuhi anak kita, atau anak kita sering sekali menunjukkan perilaku yang mengesalkan orang lain yang berisiko membuat ia dimusuhi, maka orang tua pun perlu berinstrospeksi.
"Introspeksi tentang cara pengasuhan Anda selama ini," kata Nina, "Mungkin selama ini lingkungan rumah penuh dengan pertengkaran sehingga anak melampiaskan kemarahannya di pergaulannya? Atau orang tua terlalu mengalah pada paksaan anak sehingga anak terbiasa memaksa temannya untuk mendapatkan kemauannya?"
Pikirkanlah dengan tenang dan bijak, Moms. Semoga Anda dapat segera menemukan solusinya.