Kapan Susu Formula Perlu Diberikan?

7 Juli 2018 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu menyusui. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu menyusui. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Keunggulan ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi tak perlu diragukan lagi. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia enam bulan. Setelah itu, pemberian ASI tetap dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI (MPASI) hingga bayi berusia dua tahun atau lebih.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, lewat jalur medis, pemerintah membuktikan komitmennya dalam menurunkan angka kematian bayi dan mendukung pemberian ASI ekslusif dengan mengeluarkan Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 128. Dalam peraturan tersebut, pemerintah menekankan hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif, kecuali karena adanya indikasi medis.
Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut adalah beberapa kondisi medis yang membuat bayi butuh mendapat formula pengganti ASI atau butuh mendapat tambahan susu formula.
Kondisi Bayi
1. Kontra indikasi mendapat ASI
Ilustrasi susu formula.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susu formula. (Foto: Thinkstock)
Ada beberapa kelainan metabolik atau genetik yang menyebabkan tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk mencerna salah satu komponen dalam susu, baik ASI ataupun produk hewani. Bayi tersebut perlu mendapat formula khusus yang disesuaikan dengan kebutuhannya, serta perlu mendapat penanganan dari dokter anak, ahli penyakit endokrin, ahli metabolik dan ahli gizi. Beberapa kelainan tersebut di antaranya:
ADVERTISEMENT
Galaktosemia
Penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim galactose -l-phosphate uridyltransferase yang diperlukan untuk mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa. ASI mengandung laktosa tinggi, sehingga bayi perlu diberi susu formula tanpa laktosa.
Maple Syrup Urine Disease
Bayi yang menderita maple syrup urine disease tidak dapat mencerna jenis protein leusin, isoleusin dan valine. Karenanya, bayi tidak boleh mendapat ASI atau susu bayi biasa, melainkan perlu diberikan formula khusus tanpa leusin, isoleusin, dan valine.
Fenilketonuria
Bayi dengan penyakit ini butuh formula khusus tanpa fenilalanin. Jika penyakit ini terdiagnosa dini, di samping pemberian susu formula khusus, ibu boleh memberikan ASI karena kadar fenilalanin ASI rendah.
2. Bayi yang butuh formula dalam jangka waktu terbatas
ADVERTISEMENT
Ada beberapa kondisi di mana pemberian susu formula perlu diberikan sementara hingga bayi memungkinkan untuk diberikan ASI eksklusif, seperti:
Bayi lahir dengan berat lahir sangat rendah
Ilustrasi bayi prematur  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi prematur (Foto: Thinkstock)
Susu formula boleh diberikan saat bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram. Pemberian susu prematur dapat dibenarkan pada kondisi medis ini.
Bayi lahir kurang bulan
Ilustrasi bayi lahir prematur. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi lahir prematur. (Foto: Thinkstock)
Volume lambung bayi yang lahir kurang bulan kecil dan kemampuan saluran cernanya masih lambat, sehingga asupan ASI tidak optimal. Untuk merangsang produksi ASI, diperlukan isapan yang baik dan pengosongan payudara. Refleks mengisap bayi prematur kurang atau bahkan belum ada. Akibatnya produksi ASI sangat bergantung pada kesanggupan ibu memerah.
Pemberian susu formula prematur diperbolehkan, terutama bagi bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu. Apabila terdapat alergi terhadap susu sapi, sebaiknya susu formula yang diberikan adalah susu formula yang telah dihidrolisis sempurna.
ADVERTISEMENT
Bayi yang berisiko hipoglikemia
Ilustrasi bayi baru lahir (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir (Foto: Thinkstock)
Risiko hipoglikemia dapat terjadi pada bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes mellitus. Pada bayi yang berisiko hipoglikemia, gula darah pada tubuh tidak meningkat meski telah disusui dengan baik tanpa jadwal atau diberi tambahan ASI perah.
Pemberian susu formula diperbolehkan apabila gula darah bayi kurang dari 40 mg/dl. Secara bertahap, penambahan susu formula dapat dikurangi dan akhirnya dihentikan jika kadar gula darah bayi sudah normal.
Kondisi Ibu
Ada beberapa kondisi ibu yang membuatnya tidak bisa memberikan ASI, sehingga bayi perlu mendapat formula pengganti, seperti:
1. Ibu penderita HIV
Ilustrasi golongan obat antiretroviral. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi golongan obat antiretroviral. (Foto: Thinkstock)
Virus HIV dapat ditularkan melalui pemberian ASI, sehingga bayi perlu mendapat formula pengganti ASI. Namun, bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obat ARV (Antiretroviral), WHO menyarankan agar ibu menyusui eksklusif sampai bayi berumur enam bulan dan dilanjutkan menyusui sampai bayi berusia satu tahun dengan tambahan makanan pendamping ASI yang aman.
ADVERTISEMENT
2. Indikasi sementara ibu boleh tidak menyusui
Ilustrasi ibu menyusui (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menyusui (Foto: Thinkstock)
Ada beberapa penyakit pada ibu yang membuatnya harus berhenti menyusui sementara. Namun, petugas kesehatan perlu menekankan bahwa menyusui hanya berhenti sementara dan ibu dapat kembali menyusui bayinya setelah kondisi kesehatannya memungkinkan. Sementara ibu berhenti menyusui, bayi dapat diberikan susu formula. Beberapa penyakit tersebut di antaranya:
a. Virus herpes simplex type 1 (HSV-1): kontak langsung mulut bayi dengan luka di dada ibu harus dihindari sampai pengobatannya tuntas
b. Ibu sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayinya, misalnya psikosis, sepsis, atau eklamsi.
c. Terpapar psikoterapi, radioaktif, iodium, atau kemoterapi.