Kumplus- Anti galau Imunisasi- COVER

Ke Mana Harus Membawa Anak Imunisasi?

29 Januari 2020 14:38 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buku Panduan Ibu (Imunisasi untuk anak) Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Buku Panduan Ibu (Imunisasi untuk anak) Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Program imunisasi telah terbukti bisa menekan sejumlah penyakit berbahaya yang pernah mewabah di Indonesia. Berdasarkan catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia sudah melakukan program imunisasi untuk penyakit cacar sejak 1950-an.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, ada dua penyakit yang dikategorikan bebas di Indonesia, yakni cacar dan polio. Selain itu, penyakit tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir pun sudah berhasil ditekan, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini merupakan keberhasilan yang didapatkan dari program imunisasi yang diberikan secara nasional.
Program imunisasi dari pemerintah pun terus berlanjut. Setelah terbebas dari polio dan cacar, di tahun 2020 ini, pemerintah menargetkan Indonesia bebas dari campak dan rubella.
ilustrasi 3D virus Rubella Foto: Shutterstock
Campak sendiri merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, muncul bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk, pilek yang bisa berbahaya, apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014 kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan perkiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Imunisasi untuk anak. Foto: Shutterstock
Sementara rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai target Indonesia bebas campak dan rubella di tahun 2020, pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak 9 bulan hingga 15 tahun dilakukan secara bertahap dalam dua fase. Fase pertama dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa. Sementara fase kedua dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga gencar lakukan imunisasi rutin lengkap, mengingat masih ada anak Indonesia yang imunisasinya belum lengkap. Hal tersebut dikarenakan masih adanya orang tua yang kurang memahami manfaat dan pentingnya imunisasi, serta adanya rumor isu negatif tentang vaksin.
Perlu diketahui, Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap cukup banyak. Menurut data Kemenkes, ada 12 persen anak usia 0-11 bulan yang imunisasi dasarnya belum lengkap pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
''Sebaran anak yang belum imunisasi lengkap ini hampir di semua daerah di Indonesia ada. Tapi proporsi terbesar ada di Indonesia bagian Timur,'' kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes,.
imunisasi Foto: Shutterstock
Kementerian Kesehatan pun gencar menggalakkan program imunisasi di berbagai fasilitas kesehatan, seperti Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit Pemerintah. Mengenai kualitas dan ketersediaan jumlah vaksin, Kemenkes menjamin bahwa vaksin program buatan Biofarma (produsen vaksin nasional) sama baiknya dengan vaksin impor.
Kemenkes juga menyatakan bahwa jumlah vaksin yang disediakan pemerintah cukup untuk memenuhi kebutuhan imunisasi dasar lengkap anak-anak Indonesia. Sehingga, Anda tak perlu ragu untuk membawa anak imunisasi di posyandu atau puskesmas. Ya Moms, imunisasi wajib adalah vaksin yang diwajibkan pemerintah secara nasional, seperti diantaranya Bacillus Calmette Guerin (BCG), Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus influenza type B , Hepatitis B, Polio, dan Campak.
ADVERTISEMENT
"Yang sudah ditanggung, disebut wajib, disediakan gratis di posyandu, puskesmas atau rumah sakit pemerintah. Yang belum tidak bisa diwajibkan, dianjurkan, karena belum ditanggung. Tapi bukan berarti tidak penting!" jelas Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K) MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Ya, imunisasi wajib bisa Anda dapatkan secara gratis di Posyandu, Puskesmas ataupun Rumah Sakit Pemerintah, tanpa perlu khawatir akan kualitas vaksinnya. Perlu diketahui, imunisasi rutin lengkap tidak berhenti sampai anak usia 11 bulan, tetapi sampai anak usia sekolah dan remaja. Sehingga, imunisasi rutin lengkap bukan sekadar melanjutkan pemberian vaksin, tapi untuk memberikan perlindungan optimal bagi anak usia sekolah.
Imunisasi untuk anak. Foto: Shutterstock
Lantas, bagaimana jika orang tua ingin memberikan imunisasi pada anak di Rumah Sakit Swasta? Benarkan kandungan vaksinnya lebih baik?
ADVERTISEMENT
Moms, posyandu atau puskesmas, hanya melayani imunisasi wajib yang vaksinnya sudah ditanggung oleh pemerintah saja.
Sebaliknya, di klinik atau RS swasta, tidak hanya imunisasi yang wajib, anak juga bisa mendapat imunisasi yang dianjurkan bahkan imunisasi dengan vaksin impor yang lebih mahal. Tentu saja dengan membayar harga vaksin yang tidak disubsidi pemerintah serta membayar jasa dokter dan administrasi RS tersebut.
Hal ini juga dijelaskan oleh dr.Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K), kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu. Menurut dr.Ariani, saat Anda memutuskan membawa anak imunisasi di RS Swasta, Anda bisa menentukan ingin menggunakan vaksin lokal atau vaksin impor, Moms.
Apa bedanya?
5 jenis vaksin untuk imunisasi Foto: Shutterstock
"Biasanya perbedaan kandungan (antara vaksin lokal dan impor), tapi hanya sedikit saja. Kalau bicara manfaat, sama saja," ujar dr.Ariani. Menurutnya, saat hendak imunisasi, orang tua bisa bertanya pada dokter mengenai perbedaan kandungan maupun efek samping vaksin yang akan digunakan.
ADVERTISEMENT
dr.Ariani juga berpesan, agar orang tua juga memerhatikan keaslian vaksin impor yang akan digunakan. "Selama rumah sakit mengambil dari distributor resmi, dapat dipastikan keasliannya."
Maka, periksa saja, Moms. Anda boleh kok meminta dokter atau petugas kesehatan untuk memperlihatkan label maupun kemasan vaksin saat imunisasi. Jangan lupa juga untuk periksa tanggal kedaluwarsanya, ya.
Masih soal vakin impor, Prof. Soedjatmiko menjelaskan, sebagian besar vaksin yang digunakan untuk imunisasi di Indonesia adalah vaksin lokal, buatan PT Biofarma Bandung. Tapi Anda tak perlu ragu akan kualitasnya.
"Yang lokal juga aman dan bagus, tidak usah ragu atau jadi khawatir. Vaksin buatan kita (Indonesia) malah sudah diekspor ke ratusan negara, lho! Termasuk negara-negara muslim. Semua menyatakan aman dan bermanfaat," ujar Prof. Soedjatmiko.
Ilustrasi vaksin dan imunisasi Foto: Shutterstock
Kementerian Kesehatan dalam laman resminya juga menjelaskan telah melakukan upaya untuk menjamin akses pelayanan imunisasi di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Terkait hal itu, kemenkes melakukan beberapa hal, seperti bekerja sama dengan lintas sektor, menjamin ketersediaan vaksin, pelatihan bagi petugas kesehatan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, berbagai tantangan juga masih sering ditemukan. Salah satu yang paling sering adalah kurangnya pemahaman masyarakat di daerah terpencil tentang pentingnya imunisasi. Ya, banyak dari mereka yang juga belum paham tentang kerugian ekonomi yang mungkin ditimbulkan akibat kecacatan atau kematian bila seorang anak tidak mendapat imunisasi lengkap.
"Tidak bisa memastikan, tapi mengupayakan, dengan cara memastikan Puskesmas melaksanakan imunisasi yang terintegrasi," jelas dr. Anung saat dihubungi kumparanMOM, Selasa (28/1).
Di tahun 2018, capaian imunisasi lengkap di Indonesia tercatat sebesar 92,04 persen. Dari data tersebut terlihat bahwa 70 ribu anak berusia kurang dari 15 tahun telah terlindungi dari polio, 35.3 juta anak di Pulau Jawa dan 23,4 juta anak di luar Pulau Jawa terlindungi dari Rubella dan Campak.
ADVERTISEMENT
"Kalau di tahun ini, target imunisasi lengkap kita 95 persen," tambah dr. Anung.
Untuk mencapai target imunisasi itu, tak hanya peran pemerintah yang dibutuhkan. Butuh kerja sama yang solid antar berbagai elemen masyarakat, seperti tenaga kesehatan, media, dan diri kita pribadi sebagai individu, khususnya orang tua.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten