Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Moms, bagaimana metode pengajaran di sekolah anak Anda? Banyaknya yang diterapkan di lembaga pendidikan Indonesia, menerapkan metode pendidikan konvensional atau lebih dikenal metode ceramah.
ADVERTISEMENT
Rhenald Kasali selaku founder dari Rumah Perubahan sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia mengatakan, metode pendidikan konvensional yang selama ini diterapkan kerap mengabaikan proses belajar yang menyenangkan. Adapun yang diajarkan selalu menitikberatkan agar anak dapat membaca, menulis, dan berhitung alias calistung.
Hal inilah yang mendorong Rhenald bersama sang istri, Elisa Kasali yang juga berprofesi sebagai aktivis dan pemerhati PAUD menerapkan metode sentra di TK miliknya, TK Kutilang yang berlokasi di Rawalumbu, Bekasi. Mereka pun mengajak agar Indonesia mengubah metode pendidikan dari konvensional menjadi metode sentra.
Lantas, apa itu metode sentra, ya?
Metode sentra mengangkat konsep pendidikan non-direct teaching. Jadi, proses belajar dilakukan melalui aktivitas main yang didesain untuk menstimulasi perkembangan otak anak. Proses belajar mengajar pun disesuaikan dengan tahap perkembangan tiap anak. Tujuannya, agar hal ini dapat mengembangkan semua titik kecerdasan (multiple intelligence) dan keterampilan hidup si kecil (essential life skills). Dua hal inilah yang akan menjadi fondasi karakter dan bekal anak di masa depan.
ADVERTISEMENT
"Metode sentra merupakan salah satu metode inspiring school sehingga kita bisa melatih anak-anak membangun kecerdasan dan kemampuannya demi masa depan yang cemerlang," ujar Rhenald Kasali dalam peluncuran buku 'Sentra Inspiring School' yang dihelat di fx Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Seperti dikutip dari bukunya, gambaran esensi metode sentra tidak hanya membangun kemampuan akademik, tapi juga menyentuh aspek kehidupan, termasuk sikap dan perilaku. Misalnya, saat di kelas sedang membahas serangga, guru tidak hanya mengajak murid untuk pelajari ilmu pengetahuannya. Tapi juga mengajarkan tentang cara menyayangi makhluk ciptaan Tuhan.
Caranya dengan mendalami manfaat keberadaan semut dalam ekosistem. Dengan begitu, ketika melihat semut, jangan buru-buru menyemprot dengan obat serangga. Melainkan bisa 'mengantarkan' semut yang 'tersesat' di dalam rumah tersebut ke alam bebas, misalnya pakai media tisu.
ADVERTISEMENT
Memang, patut diakui metode ini bukannya mudah begitu saja diterapkan. Elisa Kasali di lokasi yang sama menambahkan, masalah terbesar saat ini ada pada di sumber daya manusianya itu sendiri. Karena, guru atau pengajar harus sekreatif mungkin dapat menjadi fasilitator yang menyenangkan untuk anak
"Bagaimana dia (guru) setiap hari datang ke sekolah, membuat anak matanya berbinar-binar dan betah duduk lama-lama sama dia," kata Elisa.
Tak hanya di PAUD atau TK, hal ini juga bisa diterapkan orang tua sedini mungkin kepada anak di rumah. Sebab, orang tua sendiri menjadi 'guru' pertama anak. Anda dan suami dapat menanamkan nilai-nilai baik pada si kecil. Misalnya saja dengan mengajarkan anak doa makan, mengajarkan sopan santun, mengajarkan anak ucapkan rasa terima kasih, maaf, dan lain sebagainya.
"Semakin dia (anak) usianya masih kecil, semakin di usia dini itu malah semakin krusial menerima nilai-nilai. Tapi, kalau hal itu malah terlewatkan, maka nilai-nilai itu menjadi luntur," ujar Elisa.
ADVERTISEMENT
"Kegiatan-kegiatan itulah yang membangun si anak suatu hari. Kegiatan itulah yang kita sebut dalam metode ini adalah metode sentra. Jadi, setiap anak ada tujuan dia bergerak, setiap anak melakukan sesuatu ada fungsi dan tujuan yang dimaksud, tidak dibiarkan begitu saja. Maka, ujung tombak dari kegiatan itu adalah guru itu sendiri," tambahnya lagi.