news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Mengenal Sindrom Bayi Biru yang Perlu Diwaspadai Orang Tua

10 Maret 2021 9:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sindrom bayi biru Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sindrom bayi biru Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bila kulit bayi baru lahir berwarna semburat biru atau ungu, tampaknya Anda harus waspada, Moms. Ya, ada kondisi yang disebut dengan sindrom bayi biru atau bisa juga disebut sianosis.
ADVERTISEMENT
Tampilan kebiruan ini paling terlihat di bagian kulit yang tipis, seperti bibir, cuping telinga, dan juga bantalan kuku. Sindrom bayi biru, meski tidak umum, tetap bisa terjadi karena beberapa kelainan jantung bawaan ketika lahir atau faktor lingkungan dan genetik.

Penyebab Sindrom Bayi Biru

Ilustrasi sindrom bayi biru. Foto: Shutterstock
Tetralogi fallot atau TOF bisa menjadi penyebab utama sindrom bayi biru. Ini sebenarnya kombinasi dari empat kelainan jantung yang dapat mengurangi aliran darah ke paru-paru dan memungkinkan darah yang kekurangan oksigen mengalir ke dalam tubuh.
TOF mencakup kondisi seperti adanya lubang di dinding yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan jantung, dan juga otot yang menghalangi aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal, atau paru-paru.
Methemoglobinemia juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab sindrom bayi biru, kondisi ini bermula dari keracunan nitrat. Hal ini bisa terjadi pada bayi yang diberi susu formula yang dicampur air sumur, atau makanan bayi buatan sendiri yang dibuat dengan makanan kaya nitrat, seperti bayam atau bit.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini paling sering terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan. Menurut Healthline, pada usia tersebut bayi memiliki saluran pencernaan yang lebih sensitif dan belum berkembang, yang lebih mungkin untuk mengubah nitrat menjadi nitrit.
Saat nitrit bersirkulasi di dalam tubuh, ia menghasilkan methemoglobin. Meskipun kaya oksigen, methemoglobin tidak melepaskan oksigen ke aliran darah. Sehingga, membuat bayi memiliki kondisi rona kebiruan pada kulitnya.
Si kecil juga akan mengalami sindrom bayi biru jika memiliki cacat jantung bawaan. Misalnya, bayi yang lahir dengan down syndrome, sering mengalami gangguan jantung. Lalu, masalah kesehatan ibu, seperti diabetes tipe 2 juga dapat menyebabkan bayi mengalami cacat jantung.
Perlu Anda ketahui juga bahwa selain warna kulit yang kebiruan, gejala lain dari sindrom bayi biru bisa berupa:
ADVERTISEMENT
Jadi, segera ke rumah sakit jika bayi memiliki ciri-ciri sindrom bayi biru, Moms. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosisnya, seperti tes darah, rontgen dada, EKG, echocardiogram, kateterisasi jantung, dan tes saturasi oksigen.