Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Jagat maya tak cuma jadi pertarungan perkara menyangkut negara. Soal sepele kadang juga memancing peperangan, bahkan antarsesama kaum hawa. Contoh paling gampang, “debat terbuka” antara ibu menyusui dan tak menyusui, atau antara ibu berkarier dan nonkarier.
ADVERTISEMENT
Melelahkan sekali memang. Tapi begitulah kehidupan masa kini. Semua diributkan. Satu pihak merasa diri lebih baik, pihak lainnya seakan membela diri karena merasa disudutkan.
Mengherankan bukan, betapa menyusui, hal paling natural yang dialami tiap ibu, bisa sampai memancing diskusi antara emak-emak sampai sedemikian rupa. Memang ada apa dengan menyusui? Yuk, kita tengok soal ini.
Normalnya, menyusui ialah proses alamiah yang dilalui seorang ibu. Namun pada kenyataannya, tak semua ibu bisa menyusui anaknya dengan mudah.
Jangan salah, tiap ibu punya pengalaman personal berbeda. Kondisi fisik dan psikologis mereka berbeda satu sama lain. Maka untuk sebagian ibu, menyusui kadang jadi perkara sukar. Butuh perjuangan besar.
Terkadang seorang ibu terpaksa melawan ego sendiri tatkala keadaan tak mendukung baginya untuk memberikan ASI eksklusif, sehingga ia terpaksa memberikan susu formula kepada sang buah hati.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia, Dokter Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, mengatakan pada dasarnya setiap ibu pasti ingin memberikan ASI untuk anaknya. Tapi buat sebagian ibu, termasuk beberapa di antara mereka yang baru melahirkan anak pertama, proses itu tak selalu mudah.
"Ada tantangannya. Nah, tantangan itu yang harus dihadapi. Apalagi di hari-hari pertama, pasti merasa belum nyaman, merasa nyeri, dan lainnya," ucap Wiyarni kepada kumparan di BJ Specialist Medical Center, Jakarta Barat, Rabu (31/1).
Tantangan itu misalnya kondisi fisik ibu yang masih terlalu lemah untuk menyusui karena sakit atau ASI yang tak kunjung keluar, atau stres dan lelah karena harus begadang setiap malam mengurusi si bayi.
Bila seorang ibu ingin proses menyusui berjalan lancar, harus dilakukan persiapan matang. Misalnya saat masih mengandung sudah konsultasi dengan dokter atau teman yang lebih berpengalaman tentang bagaimana menyusui dan apa saja yang harus disiapkan atau diantisipasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau dari awal ibunya sudah dapat ilmu, dia akan tahu. Selain itu yang tidak kalah penting adalah dukungan dari keluarga dan pasangan. Mereka harus dilibatkan," ucap anggota Satuan Tugas Air Susu Ibu Ikatan Dokter Anak Indonesia (Satgas ASI IDAI) ini.
Seorang ibu pasti ingin menyusui langsung anaknya, sebab menyusui mempererat ikatan batin, kasih sayang, dan jadi sumber kebahagiaan keduanya.
"Secara psikis, menyusui memicu horman kasih sayang dan antistres. Hormon yang membuat kondisi ibu dan anak stabil, melibatkan rangsangan sensorik dan motorik ibu dan bayi," kata Wiyarni.
Jadi, imbuhnya, “Menyusui itu proses yang melibatkan bio, psiko, neuro, dan imunologi.”
Berangkat dari hal itu, kumparan akan mengulas bagaimana perjuangan para ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya, termasuk masalah apa saja yang mereka hadapi usai melahirkan, mulai gangguan fisik hingga psikologis.
ADVERTISEMENT
Simak di sini