Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Segudang Larangan Ibu Menyusui, Mitos atau Fakta?
7 Februari 2017 18:04 WIB
Diperbarui 1 Agustus 2019 15:06 WIB
ADVERTISEMENT
“Jangan makan sambal, nanti bayinya mencret. Jangan makan ini, jangan makan itu. Jangan, jangan, jangan.” Sungguh menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Ibu menyusui kok rasanya susah ya buat cari makanan. Apa-apa dipantang. Benarkah ada pantangan memilih makanan untuk ibu menyusui?
kumparan berbicang dengan dokter Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC. Dokter yang juga anggota Satgas ASI IDAI dan Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia ini menegaskan, tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui.
"Ibu menyusui itu makanlah apa yang dia suka, yang halal yang toyib dan sehat," ucapnya di BJ Specialist Medical Centre, Jakarta Barat, Rabu (31/1).
Menurut Wiyarni, ada dua keuntungan bagi bayi yang ibunya tidak suka berpantang dalam memilih makanan. Pertama, bayi dan ibu jadi lebih bugar karena makan nikmat dan berselera.
Kedua, bayi tidak akan menjadi picky eater (pilih-pilih makanan).
ADVERTISEMENT
"Dia tahu apa yang dia makan akan memengaruhi bayi. Sama seperti dia hamil, bayi itu kan minum air ketuban. Jadi dia sudah bisa merasakan makanan yang dimakan ibu," kata Wiyarni.
Yang tidak boleh dimakan, tentu saja, adalah makanan yang mengganggu kesehatan, yang menyebabkan sang ibu sakit, yang memicu alergi atau membahayakan seperti rokok, minuman keras, atau narkotik.
"Pakai logika saja. Kalau makanan itu disukai ibu tapi mudarata (berdampak buruk), misalnya makan cabai 20 biji, itu nanti mules ya jadi sakit perut. Jadi patokannya ke ibu. Misal ibunya alergi telur, nanti gatal-gatal, ya telur nggak bisa dimakan sama si ibu," kata Wiyarni.
Nah, kalau soal makanan yang bisa membuat ASI berlimpah bagaimana?
ADVERTISEMENT
Dokter Wiryani mengatakan, menyusui merupakan mindset atau pola pikir. Meski sudah makan sayur daun katuk, bayam, atau vitamin agar ASI banyak, tetapi jika pikiran tidak santai dan bahagia, maka semua itu akan sia-sia.
"Misalnya dia makan daun katuk tapi sambil kesal (dipaksa), itu di otaknya tidak akan bisa produksi ASI banyak. Kalau mau dihitung-hitung, kalau ASI mau banyak dia harus makan kiloan daun dan nggak semua ibu bisa makan segitu banyak. Artinya, yang dimainkan itu sugesti," kata Wiryani.
Menurutnya, sedikit banyaknya ASI bukan hanya dari makanan,tapi ada dua hal lain yang berpengaruh, yakni kebutuhan bayi dan mindset ibunya.
Bayi yang lebih sering menyusu akan membuat produksi ASI ibu berlimpah, sedangkan ibu yang perasaannya bahagia akan membuat hormon oksitosin naik sehingga ASI mengalir deras.
ADVERTISEMENT
"Kelenjar produksi ASI itu ada di payudara, tapi hormon produksinya ada di otak. Kalau tertekan dengan stres, tidak akan produksi dengan baik. Jadi cara agar ASI banyak itu bayi sering menyusu, dan dari lingkungan mendapat semua yang baik-baik," ujar Wiyarni.
Ia lantas mencontohkan hal sederhana soal mindset ini. "Coba pumping ASI sambil diomelin orang atau inget kerjaan, nggak bisa bagus hasilnya.”
Jadi, kata kuncinya bukan pada pantangan, melainkan: kebahagiaan.
Ikuti pula rangkaian kisah berikut