Orang Tua Sibuk Main HP Bisa Tingkatkan Risiko Depresi pada Anak!

18 Maret 2023 14:31 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang Tua Sibuk Main HP Bisa Tingkatkan Risiko Depresi pada Anak! Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Orang Tua Sibuk Main HP Bisa Tingkatkan Risiko Depresi pada Anak! Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat sedang bersama anak, apa yang biasa Anda lakukan? Apakah akan mengajaknya bermain bersama, bercerita, atau aktivitas lain yang lebih menarik? Para ayah dan ibu perlu memahami bahwa waktu bersama anak amatlah penting. Namun, sayangnya ada saja gangguan yang membuat momen tersebut terkadang tidak berjalan baik. Salah satunya bila orang tua mengabaikan si kecil sambil bermain handphone-nya.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, penggunaan handphone kini telah menjadi sesuatu yang lumrah. Meski penggunaan handphone banyak memudahkan aktivitas sehari-hari, yang menjadi tantangan adalah bagaimana orang tua berusaha mengendalikan diri agar tidak menggunakannya saat sedang bersama anak-anak.
Kejadian ini banyak dijumpai pada keseharian beberapa keluarga.Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, kondisi ini disebut juga phubbing atau perilaku seseorang yang asyik dengan gadget-nya ketika berhadapan dengan orang lain. Akibatnya, orang tersebut cenderung jadi mengabaikan orang lain.
Perilaku phubbing ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kecanduan media sosial, kurangnya kontrol diri, dan perasaan takut dengan ketertinggalan, atau istilah populernya fear of missing out (FOMO).
Dan bila phubbing dilakukan oleh orang tua dengan terus-menerus mengabaikan anaknya sambil menggunakan ponsel, maka dapat berdampak pada kesehatan mentalnya, lho. Para ahli menekankan bahwa menggunakan handphone bukanlah masalahnya, melainkan bagaimana orang tua bijak menggunakannya.
anak sedih Foto: Shutterstock
"Apakah orang tua memberikan perhatian penuh ketika anak-anak mereka membutuhkannya? Atau apakah (handphone) 'mengusir' mereka (anak) lebih dari biasanya? Itu terjadi pada semua orang kadang-kadang. Kuncinya adalah seberapa banyak," ucap salah satu penulis buku Conquer Negative Thinking for Teens, Mary Alvord, PhD, dikutip dari Very Well Mind.
ADVERTISEMENT

Masalah Mengabaikan Anak yang Kerap Dilakukan Orang Tua

Setiap anak pastinya selalu berharap bisa diperhatikan dan mendapat kasih sayang yang dibutuhkan dari ayah ibunya. Sebuah studi tahun 2021 mengungkapkan anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung akan lebih mungkin untuk berkembang dengan baik. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk terus meluangkan waktunya bersama, mau sesibuk apa pun dia. Karena ketika anak percaya bahwa orang tuanya tidak peduli dengan mereka, maka muncul luka yang harus dia rasakan.
"Rasa sakit karena diabaikan bisa terjadi secara fisik maupun psikologis. Karena otak sebenarnya tidak bisa membedakan rasa sakit, ia hanya memberi tubuh dan pikiran sinyal bahwa dia sedang terluka. Maka, phubbing dapat membuat seorang anak merasa tidak mampu, kesepian, ditolak, dan disingkirkan. Anak-anak menjadi cemas atau depresi ketika diabaikan. Dia mungkin akan menganggap dirinya tidak penting," ucap penulis lainnya, Felice Martin, LPC.
ADVERTISEMENT
Perlu dipahami juga, ketika sedang merasakan diabaikan, anak juga seringkali akan melakukan tindakan-tindakan berbeda agar bisa mendapatkan perhatian orang tuanya.
"Ketika anak mulai berpikir seperti ini, mereka cenderung akan mengasingkan diri. Mereka juga akan melakukan hal-hal secara berlebihan, baik itu secara negatif atau positif, untuk mendapat perhatian apa pun," ujar Martin.
Ilustrasi anak depresi. Foto: Studio Romantic/Shutterstock
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa ketika orang tua lebih fokus dengan handphonenya daripada mendengar anak bercerita, hal itu bisa mempercepat memunculkan depresi pada si kecil. Anak yang sedang merasa diabaikan secara emosional mungkin akan memunculkan juga kecemasan hingga anjloknya akademik di sekolah. Di sisi lain, mereka juga bisa berusaha bertindak dengan meniru perilaku orang tuanya, Moms.
"Orang tua adalah guru pertama anak mereka. Penting bagi orang tua untuk mengelola kesehatan mental anak-anak," tegas Martin.
ADVERTISEMENT

Apa yang Perlu Orang Tua Lakukan?

Jadi, coba hitung berapa puluh kali Anda mengecek handphone dalam sehari? Disebut dalam sebuah penelitian bahwa orang bisa membuka HP mereka sekitar 60 kali per hari! Meski memang penggunaan HP tidak dilarang, tetapi para ayah dan ibu sebaiknya tetap memastikan anak mendapatkan waktu berkualitas bersama keluarga.
Dan kuncinya adalah satu, matikan handphone! Atau bila masih ada urusan penting, maka ganti setelah handphone dengan mode 'Do Not Disturb' atau mengaktifkan mode getar. Karena sebuah penelitian menyebut suara notifikasi telepon menjadi pengganggu utama dan bisa menghilangkan fokus pada pemiliknya.
Kemudian, Anda bisa nih menentukan lokasi bebas telepon di rumah. Jadi, misalnya, saat berada di ruang keluarga maka sebaiknya simpan HP kemudian mengobrol dengan pasangan maupun anak-anak. Atau bisa juga menerapkan aturan tidak boleh ada handphone saat sedang bersama orang tua, baik untuk anak maupun ayah ibunya.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak bisa lepas dari era digital. Namun, Anda dapat mengaturnya. Saya mendorong orang tua untuk menyimpan telepon mereka ketika sedang bersama anak. Kontak mata itu sangat penting dan beri tahu bahwa mereka begitu berharga di mata Anda," tutup Martin.