Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Pernah dengar kasus anak mengalami osteoporosis? Memang jarang, sih. Namun ternyata bukan tak mungkin terjadi. Demikian dijelaskan oleh Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) dan dr.Dwi Lestari Pramesti, Sp.A di laman resemi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
ADVERTISEMENT
Mengapa bisa terjadi, apa saja gejalanya dan bagaimana mengatasinya?
Sebelum menjawab semua itu, kita perlu paham dulu apa yang sebenarnya dimaksud dengan osteoporosis , Moms.
Berdasarkan National Institutes of Health (NIH), osteoporosis adalah suatu kelainan tulang di mana tulang kehilangan mineral seperti kalsium lebih cepat sebelum tubuh dapat menggantikannya. Kelainan ini ditandai dengan kekuatan tulang yang berkurang sehingga pada akhirnya menyebabkan peningkatan risiko patah tulang.
Osteoporosis lebih sering terjadi pada orang dewasa terutama pada perempuan yang sudah mencapai usia menopause, namun mengutip laman resmi Ikatan Anak Indonesia (IDAI) osteoporosis mungkin saja dialami orang dari setiap kelompok usia. Termasuk pada anak dan remaja.
Osteoporosis pada anak dapat menjadi satu masalah yang signifikan karena seharusnya pada usia tersebut merupakan waktu optimal pembentukan tulang, Moms.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, massa tulang mencapai puncaknya hingga usia 30 tahun. Semakin tinggi puncak massa tulang, semakin rendah kemungkinan akan terjadinya osteoporosis di kemudian hari.
Pembentukan massa tulang dipengaruhi faktor keturunan (genetik) dan gaya hidup, terutama jumlah asupan kalsium, serta tingkat aktivitas fisik.
Lantas, apa saja gejala osteoporosis pada anak?
Osteoporosis pada anak tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas. Namun, gejala yang mungkin timbul adalah nyeri pada punggung bawah, pinggang, lutut, pergelangan kaki, dan telapak kaki, kesulitan berjalan, bentuk tulang belakang yang abnormal seperti tulang membungkuk hingga tulang belakang yang bengkok.
Tulang yang mudah patah, sendi yang terlalu lentur, otot yang lemah, perawakan pendek, sklera (bagian putih pada mata) berwarna sedikit kebiruan dan abu-abu, gangguan pendengaran, dan gigi yang rapuh juga merupakan gejala osteoporosis.
Nah Moms, bila anak Anda memiliki keluhan atau gejala seperti yang digambarkan di atas, segeralah bawa ia berkonsultasi dengan dokter. Bila memang benar mengalami osteoporosis, ia akan memerlukan terapi dan pengawasan dari tenaga kesehatan dan fisioterapis untuk meningkatkan kepadatan tulang.
ADVERTISEMENT
Anak juga akan dianjurkan untuk mendapat peningkatkan asupan kalsium pada makanan sehari-hari serta pemenuhan kebutuhan vitamin D engan cara memperbanyak paparan terhadap sinar matahari.
Bagaimana dengan pemberian suplemen kalsium atau vitamin D? Boleh saja diberikan selama sesuai dengan instruksi dokter. Anak juga harus menghindari aktivitas fisik yang berisiko menyebabkan patah tulang serta mengurangi asupan kafein seperti kopi, teh, dan minuman bersoda.