Penyebab HBsAG Positif pada Ibu Hamil, Pahami Risikonya

27 Agustus 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus Hepatitis B. Foto: vitstudio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus Hepatitis B. Foto: vitstudio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hepatitis B surface antigen (HBsAG) merupakan prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis B (HBV) di dalam darah. Penyakit ini bisa membuat penderitanya meninggal karena sirosis dan kanker hati.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman resmi Badan Kesehatan Dunia WHO, hepatitis B paling sering ditularkan dari ibu ke anak selama proses persalinan. Kabar buruknya, 95% kasus infeksi hepatitis pada anak dapat berkembang menjadi hepatitis kronis di kemudian hari.
Penyakit yang menyerang hati juga dapat menyebar melalui tusukan jarum, tato, tindik, dan paparan darah serta cairan tubuh yang terinfeksi virus. Namun, sebenarnya apa penyebab HBsAG positif pada ibu hamil?

Penyebab HBsAG Positif pada Ibu Hamil

Ilustrasi ibu hamil yang HBsAG Positif. Foto: Pixel-Shot/Shutterstock
Merujuk pada buku Hepatitis B pada Ibu Hamil dan Anak yang diterbitkan Kemenkes, penyebab HBsAG pada ibu hamil positif, yaitu karena ia telah tertular virus hepatitis B, baik itu dari hubungan seksual, suntikan, maupun cara penularan lainnya.
Masa inkubasi virus hepatitis dalam tubuh, yaitu 30-180 hari. Namun, pendeteksiannya bisa dilakukan dalam waktu 30-60 hari setelah seseorang terinfeksi.
ADVERTISEMENT
Tes HBsAG harus dilakukan oleh semua ibu hamil sedini mungkin untuk mencegah terjadinya penularan saat melahirkan. Proses penularannya terjadi saat bayi terkena terkena darah serta cairan vagina ibunya.
Untuk ibu hamil yang didiagnosis mengidap infeksi hepatitis B, proses pengobatan atau terapinya biasanya akan dilakukan saat usia kehamilan sudah memasuki trimester 3. Pengobatan yang direkomendasikan menggunakan obat tenovir karena risiko bahayanya lebih rendah.

Proses Persalinan pada Ibu Hamil dengan Hepatitis B

Ilustrasi persalinan. Foto: christinarosepix/Shutterstock
Sampai saat ini, masih terdapat perdebatan mengenai metode persalinan yang paling cocok untuk ibu hamil dengan hepatitis B.
Merujuk pada guideline obstetrik, sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan dalam metode persalinan normal maupun operasi caesar. Keduanya tetap berisiko besar menyebabkan bayi tertular penyakit ini dari ibunya.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun telah dibuktikan dalam sebuah studi di Beijing dari 2007 sampai 2011. Studi ini melibatkan 1.409 bayi baru lahir dari ibu yang hasil tes HBsAGnya positif.
Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan risiko penularan pada persalinan normal maupun caesar. Meski begitu, persalinan caesar tetap dianggap lebih aman untuk meminimalisasi risiko transmisi.
Ketika bayi dari ibu yang hepatitis B akhirnya lahir, maka ia harus segera divaksin dalam kurun waktu 24 jam. Dosisnya diawali dengan vitamin K1 dan ditambah immunoglobulin (HBlg). Pada saat bayi sudah mencapai usia 12 bulan, seluruh dosis imunisasi hepatitis B sudah harus selesai diberikan.

Apakah Ibu dengan Hepatitis B Bisa Menyusui Bayi?

Ilustrasi menyusui bayi. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
Meskipun penularan hepatitis B terjadi melalui cairan tubuh, menyusui tidak terbukti meningkatkan risiko transmisi. Aktivitas ini juga tidak akan membuat vaksin yang telah diberikan pada si kecil jadi gagal bekerja.
ADVERTISEMENT
Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi yang melibatkan 147 bayi dari ibu pengidap hepatitis B. Hasilnya, tidak ada pengaruh negatif sama sekali terhadap imun bayi.
Namun, ibu hamil perlu memerhatikan kondisi puting saat menyusui. Jika ada luka, sebaiknya jangan menyusui terlebih dahulu karena darah dapat menularkan hepatitis B.