Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Anak balita perlu mendapat asupan vitamin D yang cukup. Kekurangan vitamin D pada balita dapat menyebabkan penyakit riketsia nutrisional. Riketsia umumnya terjadi saat anak berusia 6 bulan-2,5 tahun.
ADVERTISEMENT
Gejala riketsia pada balita di antaranya adalah kelemahan otot, keterlambatan perkembangan gerak motorik, pembesaran area pergelangan tangan dan lutut, tungkai berbentuk O, infeksi, gangguan bentuk kepala, keterlambatan pertumbuhan gigi, penurunan kepadatan tulang, Moms.
Untuk memenuhi vitamin D pada balita , dr. Natharina Yolanda dalam laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan orang tua untuk untuk membiasakan anak sering bermain di luar ruangan dan terkena sinar matahari, serta meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin D seperti ikan salmon, tuna, keju, minyak ikan, jamur shiitake, dan sereal.
"Mendorong anak untuk lebih banyak bermain di luar serta menjemur bayi pada jam 10.00–15.00. Meningkatkan konsumsi makanan yang kaya vitamin D," ujar Natharina.
Meski sudah terkena sinar matahari dan diberi makanan yang kaya akan vitamin D, ternyata hal itu belum mencukupi kebutuhan vitamin D si kecil, Moms. Menurut dr. Natharina balita perlu diberi tambahan suplemen vitamin D untuk mengurangi defisiensi vitamin D. Ya, Moms, suplemen vitamin D diperlukan memelihara kesehatan tulang, meningkatkan ketahanan tubuh, dan menurunkan risiko penyakit autoimun dan keganasan pada balita.
ADVERTISEMENT
Pemberian suplementasi vitamin D disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak usia 0-12 bulan sebanyak 400 IU per hari tanpa memandang jenis makanannya atau ASI eksklusif atau tidak, Moms. Sedangkan untuk anak di atas 12 bulan, ia perlu mendapat tambahan suplemen vitamin D sebanyak 600 IU per hari hari tanpa memandang jenis makanannya.
Hal ini disarankan oleh dr. Natharina bukan tanpa alasan, Moms. Berdasarkan survei di Indonesia, sebesar 43 persen anak perkotaan dan 44 persen anak pedesaan mengalami defisiensi vitamin D. Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya defisiensi vitamin D antara lain kurangnya paparan sinar matahari, asupan makanan yang sedikit mengandung vitamin D, dan dan pemberian ASI berkepanjangan tanpa suplementasi vitamin D.
ADVERTISEMENT
Jadi, balita tetap perlu diberi suplemen vitamin D untuk menunjang tumbuh kembangnya ya, Moms.