Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Aladdin! Nama pendek ini mampu membawa banyak orang kembali ke tahun 1992 bila mendengarnya. Ya, saat kita masih kecil dan terpukau dengan animasi seru tentang Aladdin si pemuda miskin yang baik hati, Putri Jasmine yang cantik, jin biru yang selalu melucu, juga karpet terbangnya. Ingat kan, Moms?
ADVERTISEMENT
Maka tak heran kalau banyak orang tua yang ingin mengajak anaknya nonton film "Aladdin" versi live action yang dirilis Disney minggu ini. Apalagi kalau si kecil sudah selesai melewati masa ujian akhir semester. Nonton bareng sekeluarga, tentu bisa jadi momen akhir pekan atau acara ngabuburit yang berkesan.
Tapi tunggu dulu. Seperti apa sih, film "Aladdin" versi live action ini? Apakah mirip dengan versi animasinya? Dan apakah cocok untuk ditonton oleh anak, termasuk anak balita?
Yuk Moms, simak sampai habis review film ini, yang kumparanMOM buat khusus dari kacamata orang tua.
Tak berbeda dari remake animasi Disney sebelumnya seperti "Dumbo", "Jungle Book", dan "Beauty and the Beast", ada banyak efek khusus yang dihasilkan komputer di film "Aladdin". Termasuk untuk menampilkan gua ajaib yang menyeramkan dan membuat Will Smith bisa berperan sebagai Genie si Jin berkulit biru yang menjadi sahabat Aladdin.
Soal ketegangan, film berdurasi 128 menit ini terasa lebih intens bila dibandingkan dengan versi kartun atau animasinya. Ada adegan kejar-kejaran yang menegangkan, adegan orang diikat, didorong dengan keras, nyaris tenggelam hingga satu adegan pembunuhan di mana seorang pria didorong ke sebuah sumur gelap.
ADVERTISEMENT
Karena bukan film kartun, adegan gua runtuh dan memuntahkan lava, penjaga dengan senjata hingga burung raksasa yang menyerang buas mungkin juga bisa membuat anak-anak (khususnya yang masih balita) merasa takut.
Meski tentunya, ini kembali ke anak masing-masing ya, Moms. Setiap anak, meski usianya sama, bisa saja memiliki kesiapan, kematangan dan sifat yang berbeda. Anda tentu yang paling tahu, sejauh apa si kecil bisa menerima adegan yang menegangkan atau apa yang bisa membuat ia ketakutan.
Hal lain yang bisa jadi perhatian orang tua adalah soal adegan romantis. Ya Moms, kita bisa menemukan adegan menggoda, berpegangan tangan, menari mesra, dan beberapa ciuman di sepanjang film ini.
Mungkin itu sebabnya kenapa di Indonesia, "Aladdin" diberi rating R13 atau untuk remaja 13 tahun ke atas. Di Amerika Serikat, ratingnya adalah PG atau Parents Guide yang berarti tidak ada batasan usia tapi orang tua perlu mendampingi anak saat menontonnya. Sementara dari pantauan kumparanMOM, sepertinya anak-anak yang berusia 8 tahun ke ataslah yang sudah bisa mengikuti dan menikmati film ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan lagu-lagunya?
Kalau soal lagu, tak perlu khawatir. Seluruh soundtrack terasa sangat kuat, dengan aransemen baru yang memberi energi tanpa meninggalkan unsur yang ada di film animasi klasiknya. Siap-siap ikut nyanyi lagu, "A Whole New World" ya, Moms!
Selain lagu yang sudah akrab di telinga, karakter Geenie juga bisa sangat menghibur penonton dengan lagu-lagu hip-hop dan rap-nya. Perhatikan juga visual negeri Agrabah juga terlihat sangat indah. Membuat kita membayangkan negeri itu benar-benar ada.
Setelah nonton "Aladdin", jangan lupa ajak anak berdiskusi ya, Moms! Misalnya tentang kejujuran, kesombongan, empati, memikirkan kebutuhan orang lain, berbagi pada yang membutuhkan atau tentang betapa pentingnya mengenal seseorang tidak hanya dari penampilan atau kekayaannya saja.
ADVERTISEMENT
Ajak juga anak membahas bahwa perempuan juga bisa kuat, menjadi pemimpin yang menginspirasi serta soal keberanian untuk melakukan perubahan yang berarti.