Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ibu hamil mungkin sudah kenal betul dengan ultrasonografi atau USG. Ya, alat ini bekerja melalui gelombang suara melewati jaringan lalu dipantulkan dan dicitrakan dalam bentuk gambar di layar monitor.
ADVERTISEMENT
Sayangnya tidak semua ibu hamil dapat menikmati layanan USG. Beberapa ibu hamil mungkin tidak bisa memeriksa kandungannya dengan alat USG karena masalah geografis yang tidak memungkinkan misalnya.
Padahal melakukan pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk janin dan ibu hamil. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui kondisi keduanya. Apalagi saat ini pemerintah sedang memperhatikan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan stunting.
Menurut survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 dan 2017, jumlah AKI sebesar 305 jiwa per 100.000 ibu. Sedangkan AKB sebesar 24 jiwa per 1.000 bayi. Sementara untuk masalah stunting, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting di Indonesia adalah sebesar 30,8 persen. Padahal batas maksimal stunting yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya sebesar 20 persen.
Sebagai salah satu bentuk komitmen untuk menurunkan angka tersebut, Sehati Group mengeluarkan TeleCTG atau telecardiotocography. Ya Moms, TeleCTG merupakan sebuah layanan kesehatan maternal jarak jauh berbasis inovasi dan teknologi yang dapat memberikan informasi lengkap dan real time.
ADVERTISEMENT
Alat ini bisa mendiagnosis detak dan irama jantung bayi, serta memonitor gerakan janin. Selain itu, TeleCTG juga bisa mendeteksi faktor risiko tinggi, perhitungan kontraksi dan tendangan bayi.
TeleCTG sendiri bisa digunakan oleh puskesmas, dinas kesehatan dan bidan yang bertugas di daerah terpencil di Indonesia. Sementara bentuknya lebih praktis dan portabel, yaitu berupa kotak kecil –seukuran genggaman tangan-- dengan tiga sensor.
Lalu bagaimana cara kerjanya?
Pertama-tama, setelah bidan selesai mendeteksi dan memeriksa ibu hamil , data dari pasien tersebut akan dikirim secara nirkabel ke ponsel. Selanjutnya, dokter di Pusat Konsultasi akan menganalisis data dan memberikan rekomendasi. Nantinya, hasil rekomendasi dokter kandungan dikirim kembali kepada bidan yang akan menyampaikan ke pasien.
ADVERTISEMENT
“Jadi setelah dipasang hasilnya akan terkirim ke pusat pembaca kita di Hasan Sadikin, Bandung. Dan dokter pas buka langsung melihat data kehamilan pasein sebelumnya,” jelas dr Ari Waluyo, Sp.OG selaku Co-Founder & Chief Executive Officer Sehati Group, dalam acara konferensi pers peran TeleCTG, Sopo Del Tower, Jakarta (16/12).
Masuknya TeleCTG ke daerah terpencil di Indonesia juga punya dampak positif pada wilayah tersebut. TeleCTG dapat menurunkan angka AKI dan AKB di beberapa daerah seperti Kupang dan Indramayu.
“Sebelumnya angka AKI 8 jiwa dan turun menjadi 5 jiwa,” jelas Mariana A Sailana, S.Tr Keb, selaku Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dalam kesempatan yang sama.
Bagaimana dengan Indramayu? Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, dr. H. Deden Bonni Koswara, MM., menuturkan bila ada 167 ibu berisiko yang berhasil terdeteksi berkat TeleCTG.
ADVERTISEMENT
“Angka AKI pada 2018 sebanyak 61 jiwa menurun menjadi 34 jiwa pada 2019. Sedangkan AKB yang semula 242 jiwa pada 2018 turun jadi 215 jiwa di 2019,” ungkapnya.
Hingga saat ini, dr Ari menjelaskan, TeleCTG sudah digunakan oleh 20 ribu ibu hamil dan lebih dari 10.500 bidan di 11 provinsi dan 27 Kabupaten Indonesia. Menariknya lagi, alat ini juga didesain dan diproduksi langsung oleh anak bangsa, Moms.