Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ada banyak nutrisi penting yang perlu Anda berikan di makanan bayi agar si kecil tumbuh sehat. Salah satunya adalah memastikan bahwa bayi mendapat cukup kandungan protein. Selain daging, ayam dan ikan, telur juga merupakan salah satu sumber protein yang bisa dikonsumsi bayi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui sebelum memberikan telur ke dalam makanan bayi . Sebab, telur merupakan salah satu jenis makanan yang bisa memicu alergi.
Mengutip Wholesome Baby Food, putih telur menjadi bagian yang paling dapat menimbulkan alergi. Tapi, jika bayi Anda tidak punya bakat alergi, Anda bisa memberikan telur untuk bayi di usia 6 atau 8 bulan.
"Jika setelah bayi telah menyusu selama 4 bulan dan anak terlihat tidak berisiko alergi, Anda dapat memperkenalkan makanan apa pun saat anak berusia 6 atau 8 bulan,” kata Dr Greer di Medscape Pediatrics.
Namun, jika bayi punya keturunan alergi dari keluarganya, ada baiknya Anda memberikan telur untuk makanan bayi setelah si kecil berusia 1 tahun, Moms. Di usia itu, pencernaan bayi juga sudah berkembang dengan baik, sehingga lebih aman memberikannya beragam makanan.
ADVERTISEMENT
Perhatikan gejala alergi, seperti timbulnya gatal-gatal ataupun bercak kemerahan di tubuhnya. Jika bayi mengalami hal itu setelah makan telur, ada baiknya Anda menghentikan pemberian telur sementara waktu.
Saat memberikan telur untuk makanan bayi, pastikan juga Anda sudah memasaknya dengan matang sempurna. Dilansir laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), telur setengah matang sangat berbahaya jika dikonsumsi bayi dan balita. Alasannya telur dapat mengandung bakteri yang disebut Salmonella. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang retak.
Risiko infeksi ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja. Tapi, bayi dan balita berisiko empat kali lebih besar mengalami gejala keracunan makanan berupa Salmonellesis dibandingkan orang dewasa.