news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Termometer Tembak, Amankah untuk Anak?

27 Juli 2020 18:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
zoom-in-whitePerbesar
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
ADVERTISEMENT
Termometer tembak, thermo gun atau thermal gun! Bisa dibilang, benda ini sekarang jadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Ya Moms, setelah berbagai tempat publik kembali buka, benda yang satu ini selalu ditemui di pintu masuk untuk mengukur suhu tubuh seseorang di tengah pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Pengukuran suhu memang menjadi salah satu hal yang diwajibkan dalam protokol kesehatan di era new normal atau adaptasi kebiasaan baru. Tua-muda, anak maupun orang dewasa, semua akan 'ditembak' dahinya dan baru diizinkan masuk ke tempat publik bila suhunya normal.
Namun, baru-baru ini beredar informasi yang menyebut termometer tembak berbahaya bagi tubuh manusia karena sinar laser dari termometer dapat memancarkan radiasi yang berbahaya bagi otak. Aduh, ngeri, ya? Apalagi bila membayangkan radiasi memapar anak tercinta.
Tapi tunggu dulu, Moms! Jangan langsung percaya. Berikut kumparanMOM merangkum faktanya:

Klarifikasi Kemenkes tentang Bahaya Termometer Tembak

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui akun Instagram resmi sudah memberi klarifikasi bahwa Informasi mengenai thermal gun merusak otak merupakan hoaks kesehatan atau informasi yang tidak benar dan menyesatkan.
ADVERTISEMENT
dr Achmad Yurianto, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, menjelaskan, “Thermal gun tidak menggunakan sinar laser radioaktif semacam X-Ray, hanya (menggunakan) infra red. Informasi mengenai thermal-gun merusak otak ini adalah statement yang salah.”
Kemenkes juga mengingatkan kita untuk selalu waspada dengan hoaks kesehatan, tidak menyebarkan informasi yang salah dan hanya memberitakan yang benar sebagai usaha bersama melawan COVID-19.

Termometer Tembak Tidak Merusak Otak

Ilustrasi termometer air raksa dan termometer digital. Foto: Shutter Stock
Tak hanya Kemenkes, klarifikasi bahwa tidak benar termometer tembak bisa merusak otak karena laser datang dari tim pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Tim pakar yang terdiri dari Prasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T., Ph.D, dr. Anindya Pradipta Susanto, B.Eng, MM, Ir. Muhammad Hanif Nadhif, S.T, dan Muhammad Satrio Utomo, M.Sc itu juga menjelaskan, thermo gun adalah salah satu jenis termometer inframerah (infrared), bukan laser.
ADVERTISEMENT
"Alat thermo-gun dengan laser hanya ditemui untuk keperluan pengukuran temperatur di industri, bukan untuk medis," kata mereka dalam keterangan yang diterima kumparanSAINS, Selasa (21/7).
Dilansir kumparanSAINS, tim pakar FKUI menjelaskan, termometer inframerah berbeda dengan termometer raksa atau termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi. Sebab, termometer inframerah itu menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi.
Untuk cara kerjanya sendiri, termometer inframerah menangkap radiasi inframerah dari permukaan tubuh. Setelah ditangkap, energi dari permukaan tubuh itu kemudian diubah menjadi energi listrik sebelum nantinya ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat celcius pada thermo gun.
Nah, radiasi inframerah sendiri adalah jenis energi radiasi yang tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi kita bisa merasakannya sebagai panas seperti suhu tubuh. Dalam hal ini, thermo gun tidak memancarkan inframerah, tetapi justru menerima radiasi inframerah dari tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa itu laser?
Ilustrasi penggunaan termometer tembak pada anak Foto: Quoc Dung/VNA via REUTERS
Laser sendiri adalah singkatan dari light amplification by stimulated emission of radiation atau amplifikasi cahaya melalui pancaran terstimulasi. Dalam hal ini, laser merupakan alat untuk memancarkan panjang gelombang cahaya mulai dari cahaya biasa, inframerah, hingga ultraviolet. Melalui laser, cahaya dipancarkan dengan satu warna (monokromatik) dan memiliki keandalan utama berkas cahaya yang koheren, di mana biasanya digunakan sebagai penunjuk (pointer) sesuatu.
Beberapa contoh pemanfaatan laser adalah laser pointer untuk presentasi, pembaca/penulis CD/DVD, hingga pemotong jaringan pada prosedur pembedahan. Energinya tentu akan disesuaikan dengan fungsinya, di mana semakin besar energi laser akan semakin destruktif.
Adapun dalam penggunaanya bagi termometer industri, laser tersebut berfungsi sebagai penunjuk (pointer) untuk ketepatan arah. Tim pakar menjelaskan, laser di termometer industri punya energi yang kecil dan tidak ada kaitan langsung dengan fungsi pengukuran temperatur.
ADVERTISEMENT
"Sama halnya dengan laser pointer, laser ini tidak ada efek berbahaya untuk otak, tapi jangan sampai menembak ke mata secara langsung karena dapat merusak retina. Yang jelas, penggunaan thermo gun industri untuk mendeteksi temperatur tubuh manusia tidak tepat karena bukan peruntukannya," kata tim pakar.
"Sebagai kesimpulan, alat thermo gun untuk skrining temperatur seseorang bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari benda, bukan dengan memancarkan radiasi apalagi laser," sambung mereka.

Bukan Untuk Mengetahui Seseorang Terinfeksi Virus

Penggunaan Termometer tembak kepada karyawan. Foto: Dok. Bank Mandiri
Apalagi yang perlu kita ketahui? Thermo gun bukanlah alat serba guna yang dapat mengetahui secara pasti apakah seseorang telah terinfeksi virus atau tidak. Sebab, ada orang tanpa gejala yang tidak menunjukkan tanda-tanda telah terinfeksi virus corona, seperti demam.
ADVERTISEMENT
Namun, termometer tembak berguna sebagai skrinning atau diagnosis tahap awal, Moms. Baik orang dewasa atau anak, jika suhu tubuhnya di atas rata-rata atau sedang demam, maka ia perlu diperiksa lebih lanjut apakah dia telah terinfeksi virus corona atau tidak.