Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Seberapa sering Anda mengamati perkembangan bayi tercinta sejak lahir? Ini penting lho, Moms. Tujuannya antara lain agar selalu waspada dan bisa segera bertindak atau membawanya ke dokter bila ada yang tidak beres.
ADVERTISEMENT
Misalnya pada bulan pertama kehidupan bayi. Perhatikanlah, biasanya bayi mencoba untuk menggerakan tubuhnya secara aktif, seperti mengangkat kepalanya secara perlahan-lahan. Lalu pada usia 2 bulan, kontrol kepala mereka pun mulai meningkat dan bayi menengok hingga sudut 45 derajat.
Namun dalam beberapa kasus, ada bayi yang masih kesulitan mengangkat kepalanya pada usia 2 bulan karena tubuhnya lemas dan lembek! Kondisi ini biasanya disebut dengan hipotonia atau biasa disebut dengan sindrom floppy baby.
Bayi yang mengalami hipotonia ini biasanya memiliki otot yang longgar dan sangat elastis sehingga ia pun terlihat lemas, lunglai, dan lembek. Dengan kondisi ini, bayi tidak boleh sembarangan diangkat. Salah-salah, ia bisa cedera!
Apalagi yang perlu diketahui tentang kondisi hiponotia pada bayi dan bagaimana cara penangangannya? Yuk, simak penjelasannya seperti yang dilansir Web MD:
Gejala umum
ADVERTISEMENT
Bayi yang mengidap sindrom ini biasanya memiliki kontrol kepala yang buruk. Ketika bayi tidak bisa mengendalikan otot lehernya, kepalanya pun akan jatuh ke depan, ke belakang, atau ke samping. Bayi pun akan terlihat sangat lemas ketika Anda mengangkatnya.
Selain itu, lengan dan kakinya menggantung lurus. Jika biasanya bayi tidur dengan tangan dan kaki tertekuk, ada sedikit lengkungan di siku, pinggul, dan lutut. Tetapi bayi yang mengalami gejala hipotonia tidak. Jika dibiarkann, kondisi ini akan menyebabkan masalah mengisap dan menelan. Sendi mereka pun mungkin terlihat sangat fleksibel seolah-olah bersendi ganda.
Penyebab
Sebenarnya tak diketahui mengapa bayi bisa mengidap 'Floppy Baby'. Namun penyebab umum lainnya antara lain, kerusakan otak karena kekurangan oksigen tepat sebelum atau sesudah melahirkan, pembentukan otak yang tak sempurna dalam rahim, gangguan saraf, cedera tulang belakang, hingga cerebral palsy.
ADVERTISEMENT
Tapi Moms, hipotonia ini tidak selalu pertanda buruk. Ketika bayi dilahirkan dalam keadaan prematur, mereka mungkin memiliki otot yang tidak kuat sebab tubuh si kecil tidak punya banyak waktu berkembang dengan baik dalam kandungan. Seiring berjalannya waktu, otot mereka pun akan kuat sendirinya jika dirawat dengan benar.
Diagnosa hipotonia
Karena banyak hal yang bisa menyebabkan hipotonia, perlu beberapa waktu untuk mencari tahu apa yang terjadi di balik kondisi bayi. Awalnya dokter akan memeriksa riwayat medis keluarga serta melakukan serangkaian tes fisik seperti keterampilan motorik, sensorik, keseimbangan, koordinasi, status mental, dan refleks si kecil.
Bila itu tak cukup, dokter biasanya akan menyarankan bayi mengikuti tes CT scan, tes darah, Electromyography (EMG) untuk mengukur seberapa baik saraf dan otot bekerja, Electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik di dalam otak, pengecekan tulang belakang, biospi otot, dan tes genetik.
ADVERTISEMENT
Perawatan
Setelah dokter mengetahui penyebabnya, ia akan mengobati kondisi si kecil. Misalnya meresepkan obat untuk mengobati infeksi yang menjadi penyebab masalah ototnya. Tapi Moms, jika hipotonia yang diidap bayi Anda merupakan masalah genetik, maka si kecil akan memiliki kondisi itu seumur hidupnya.
Namun jangan cepat menyerah, Moms. Masih ada cara untuk memperkuat otot-ototnya dengan melakukan serangkaian terapi, yakni:
Pelatihan ini akan membantu bayi dan anak merespons penglihatan, suara, sentuhan, bau, dan rasa.
Ini akan membantu anak Anda mendapat keterampilan motorik halus untuk gerakan-gerakan dasar.
Sama halnya seperti terapi okupasi, terapi ini bisa membantu anak mendapat lebih banyak kendali atas gerakannya. Ini juga bisa meningkatkan kekuatan dan tonus otot seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Terapi ini dilakukan untuk membantu si kecil mengatasi masalah pernapasan, bicara, dan menelannya.
Walaupun ada bayi yang mengidap hipotonia kongenital jinak, dan tak memerlukan banyak terapi, tapi Anda masih harus waspada untuk memeriksakannya ke dokter. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?