Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski begitu, kebijakan ini ternyata menimbulkan kekhawatiran baru bagi beberapa orang tua. Pada beberapa artikel kumparanMOM mengenai dihapusnya Ujian Nasional misalnya, ada beberapa komentar yang mengungkapkan kecemasan kalau tidak adanya Ujian Nasional akan membuat anak-anak jadi malas belajar.
Bagaimana tanggapan Kemdikbud?
Moms, kita harus paham terlebih dahulu bahwa menggunakan ancaman ujian untuk mendorong belajar akan berdampak negatif pada karakter anak. Jika dilakukan terus menerus, anak justru akan menjadi malas belajar jika tidak ada ujian.
Dengan kata lain, anak menjadi terbiasa belajar sekadar untuk mendapat nilai baik dan menghidari nilai jelek.
Hal ini membuat anak lupa akan kenikmatan intrinsik yang bisa diperoleh dari proses belajar itu sendiri. Anak belajar bukan karena senang atau termotivasi dengan sendirinya, tapi karena ada 'dorongan' dari luar.
ADVERTISEMENT
Padahal, motivasi belajar intrinsik inilah yang justru sangat perlu dikembangkan agar murid agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Ujian Nasioal sendiri adalah alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi mutu sistem pendidikan. Perlu dicatat Moms, fungsi UN bukan untuk melatih keuletan atau kegigihan anak.
Kenapa begitu?
Sebab, sifat-sifat ini tidak dapat dibentuk secara instan di akhir jenjang pendidikan melalui ancaman ketidaklulusan atau nilai buruk.
Sifat seperti kegigihan hanya dapat ditumbuhkan melalui proses belajar yang memberi berbagai tantangan bermakna secara berkelanjutan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa membuat sifat seperti kegigihan menjadi bagian dari karakter murid.
Nah, Moms, apakah Anda masih punya kekhawatiran lain seputar kebijakan baru pengganti Ujian Nasional ini?
ADVERTISEMENT