12 Temuan KNKT Soal Tabrakan LRT: Masinis Tak Fokus, Rem Darurat Sulit Digunakan

20 Desember 2021 13:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta Light rail transit (LRT) bertabrakan di lajur. Foto: Dasril Roszandi/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kereta Light rail transit (LRT) bertabrakan di lajur. Foto: Dasril Roszandi/AFP
ADVERTISEMENT
KNKT telah menyelidiki penyebab tabrakan LRT Jabodebek yang terjadi di kawasan Munjul, Jakarta Timur beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Kepala Sub Komite Transportasi Moda Perkeretaapian, Suprapto menjelaskan ada 12 fakta yang ditemukan berdasarkan hasil investigasi.
"Jarum speedometer yang ada pada kabin TS (train set) 29 menunjukkan pada angka 50 kilometer per jam. Maka diperkirakan kecepatan saat nabrak ini yang kami dapat bisa dipastikan kereta di atas kecepatan 50 kilometer per jam karena speedometer berhenti saat arus listrik terputus," kata Suprapto kepada wartawan, Senin (20/12).
Selain itu, Suprapto menjelaskan tombol emergency brake yang ada pada kabin kereta juga sulit untuk digunakan. Sebab pada tombol rem tersebut terdapat sebuah pelat besi yang menghalangi dan membuat tombol sulit ditekan.
Kondisi gerbong kereta LRT yang mengalami kecelakaan di Ruas Cibubur - Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (2/11/2021) dini hari. Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
"Tombol emergency brake itu ada pelat sangat menghalangi sudah kami coba itu juga sangat keras dengan juga dengan 2 jari. Jadi kami pastikan emergency brake sulit dipakai kemungkinan besar juga tidak dipakai pada saat terjadi kecelakaan," tambah Suprapto.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Suprapto menemukan, masinis yang mengemudikan kereta tersebut tidak fokus sebab menggunakan ponsel saat menjalankan tugas. Memang masinis perlu menggunakan ponsel dalam proses langsiran sebab belum aktifnya teknologi langsiran otomatis.
"SOP langsir belum mengatur metode komunikasi, pada kejadian tersebut mereka menggunakan aplikasi WhatsApp dari telepon seluler. Teknisi TS 29 mengalami distraksi akibat penggunaan ponsel dan tidak fokus melihat kecepatan dan posisi kereta," ucapnya.
Kondisi blackbox yang ada pada kereta juga belum terkonfigurasi dengan baik sehingga tidak dapat mencatat aktivitas di dalam kabin maupun laju kereta.
"Kemudian pada saat kami lakukan investigasi kami temukan SDiag semacam blackbox kereta itu belum terkonfigurasi sehingga banyak data-data yang belum ke record di kereta," pungkasnya.
Alat berat yang dikerahkan untuk mengevakuasi kereta LRT yang mengalami kecelakaan di Ruas Cibubur - Ciracas, Munjul, Jakarta Timur, Sabtu (30/10/2021) dini hari. Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
Berikut 12 temuan KNKT dalam investigasi kecelakaan LRT beberapa waktu lalu;
ADVERTISEMENT
1. Jarum speedometer analog pada MC1 TS 29 berhenti pada posisi 50 Km/jam.
2. SOP langsir di-mainline sesuai Taspat dan diturunkan menjadi 3 Km/jam ketika melihat kereta di depannya.
3. SOP langsir belum mengatur metode komunikasi, pada kejadian tersebut mereka menggunakan aplikasi whatsapp dari telepon seluler.
4. Titik berhenti langsir tidak jelas.
5. Pada lengkung sebelum lokasi kecelakaan pandangan terhalang adanya pepohonan.
6. Hasil download kedua HMI TS 29 tidak sesuai dengan tanggal dan waktu kejadian.
7. SDiag (on board diagnostic) belum dikonfigurasi.
8. Teknisi TS 29 mengalami distraction akibat penggunaan ponsel.
9. Teknisi TS 29 tidak fokus melihat kecepatan dan posisi kereta.
10. Sun visor tertutup sebagian, sehingga membatasi pandangan bebas teknisi ke depan.
ADVERTISEMENT
11. Ergonomi kabin tidak optimal (desain kursi berputar). Teknisi tidak bisa menjangkau tombol yang ada di dashboarnya. Tempat duduk yang tidak bisa berputar 360 derajat sangat mengganggu
12. Terdapat pelat cover pada tombol emergency brake button.