Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Korban jiwa demonstrasi anti-pemerintah yang berujung rusuh di Baghdad dan sebelah selatan Irak mencapai 157 orang. Kebanyakan korban tewas akibat peluru tajam aparat.
ADVERTISEMENT
Demo telah terjadi sejak awal Oktober lalu. Unjuk rasa terbesar dalam sedekade terakhir ini digelar untuk memprotes merosotnya perekonomian dan tingginya pengangguran.
Data Misi Bantuan PBB untuk Irak (UNIMA) mengatakan, 111 orang tewas di Baghdad, sisanya berasal dari seluruh negeri. Sebanyak 70 persen korban tewas, kehilangan nyawa akibat terkena peluru tajam.
Dari 156 korban tewas, 149 adalah warga sipil. Delapan lainnya merupakan aparat keamanan yang tewas pada 1 hingga 6 Oktober 2019.
Menurut UNIMA tingginya jumlah korban tewas membuktikan telah terjadinya pelanggaran HAM serius oleh aparat keamanan.
Di samping korban tewas, otoritas Irak juga memberlakukan pengetatan penyebaran informasi dan pemblokiran pers.
"Serangan terhadap media serta pemblokiran internet dan sosial media digunakan agar tidak ada lagi yang ikut serta dalam demo, hal itu juga dipakai untuk menekan penyelidikan dan membungkam kritik," kata UNIMA, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (23/10).
ADVERTISEMENT
"Kami serukan langkah konkret untuk mencegah kekerasan dan menciptakan aksi damai di masa depan dan kami tekankan pentingnya pelaku (pembunuhan) bertanggung jawab," sambung dia.
Pemerintah Irak saat ini telah membentuk komisi khusus menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas tewasnya ratusan orang tersebut. Tentara Irak mengklaim pihaknya tidak melepaskan tembakan ke arah demonstran. Para demonstran juga dilaporkan tewas karena tembakan penembak jitu tak dikenal.