17 Anak di Bali Idap Gangguan Ginjal Misterius: 11 Meninggal dan 10 Sempat COVID

14 Oktober 2022 15:51 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) IGN Sanjaya Putra (kiri) dan Divisi Nefrologi RSUP Prof IGNG Ngoerah, Bagus Ngurah Mahakrishna. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) IGN Sanjaya Putra (kiri) dan Divisi Nefrologi RSUP Prof IGNG Ngoerah, Bagus Ngurah Mahakrishna. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar, Bali, mencatat sempat merawat sebanyak 17 pasien anak yang mengidap penyakit gangguan ginjal misterius dan akut atau Acute Kidney Injury/AKI sejak Agustus hingga Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, IGN Sanjaya Putra mengatakan, 17 pasien terdiri dari 13 balita dan 4 anak berusia 5 hingga 17 tahun.
"Range umurnya yang paling kecil itu usia 1 tahun," kata Sanjaya saat taklimat media di RSUP Prof Ngoerah, Jumat (14/10).
Dari 17 pasien tersebut, sebanyak 11 pasien dinyatakan meninggal dan 5 pasien sudah sembuh serta 1 pasien usia 17 tahun masih dalam perawatan intensif di IGD RSUP Prof Ngoerah.
Dari 17 pasien, sebanyak 6 pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan COVID-19. Namun, dari 11 pasien yang meninggal sebanyak 10 pasien dinyatakan pernah mengidap COVID-19.
Sanjaya belum bisa memastikan anak pengidap gangguan ginjal akut disebabkan oleh virus corona atau bukan. Hal ini karena ada 1 pasien meninggal dunia dinyatakan negatif corona.
ADVERTISEMENT
"Pada waktu tes antibodi, pada anak positif (corona). Itu menandakan apa? Dia terbentuk antibodi alamiah dengan bukan vaksin. Ini menandakan apa? Bahwa si anak ini pernah menderita COVID-19 yang tidak diketahui oleh orang tuanya, mungkin bisa OTG (orang tanpa gejala)," kata Sanjaya.
Ilustrasi anak sakit menggunakan masker oksigen berbaring di tempat tidur rumah sakit. Foto: TinnaPong/Shutterstock
Orang tua rata-rata membawa anak ke RSUP Prof Ngoerah dengan kondisi buruk. Anak sudah mengalami gejala gangguan pernapasan dan saluran pencarian hingga batuk, pilek, diare, serta muntah.
Anak-anak itu tidak kencing selama 24 jam. Normalnya anak kencing setiap 6 jam satu kali atau 4 kali selama 24 jam.
Selain itu, tingkat laju filtrasi glomerulus anak sudah buruk dengan nilai di bawah 15 milimeter per menit (mL/min). Tingkat laju filtrasi glomerulus kategori normal adalah 90 mL/min/1.73 m2.
ADVERTISEMENT
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah kecepatan filtrasi volume plasma melalui ginjal per unit waktu per luas permukaan tubuh (LPB) dan merupakan salah satu indikator utama untuk pemantauan fungsi ginjal.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemeriksaan awal, gejala-gejala tersebut tidak berkaitan dengan penggunaan obat atau makanan tertentu.
"Sementara ini yang kita gali tidak seperti halnya kita dengar kasus di India (yang disebabkan) obat-obat batuk. Sementara yang kita gali di sini enggak ada yang mengarahkan minum obat-obat tertentu," katanya.
Pasien dengan gangguan ginjal misterius ini juga dirawat seperti pasien pada umumnya. Pasien tidak perlu menjalani isolasi.
"Yang penting enggak perlu dikhawatirkan karena tidak perlu diisolasi. Dia tidak menular," katanya.
Divisi Nefrologi RSUP Prof IGNG Ngoerah, Bagus Ngurah Mahakrishna. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Di tempat yang sama, Divisi Nefrologi RSUP Prof Ngoerah, Bagus Ngurah Mahakrishna mengatakan, dari 5 pasien anak yang sudah diperbolehkan pulang, sebanyak 4 pasien sempat menjalani prosedur hemodialisis atau cuci darah.
ADVERTISEMENT
Mereka masih dalam pengawasan dan kontrol rumah sakit selama tiga bulan. Mereka menjalani pemeriksaan rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan seperti pernapasan, pencernaan hingga sistem kekebalan tubuhnya.
"Ini yang harus kita waspadai ke depannya. Hati-hati, kalau kita ketemu anak mengalami gangguan batuk pilek, mencret, perhatian itu kencingnya bagaimana. Kalau sudah 12 jam pempres masih kosong, perlu dicek," katanya.