Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seorang warga, Budi Rahayu (43), mengungkapkan sejak Jumat (13/12), terdapat sekitar 20 anak di RW 11 yang tidak masuk sekolah sejak atau sehari pascaperistiwa tersebut. Ketika ditanya, mereka mengaku trauma, takut, dan malu.
"Secara keseluruhan kurang tahu, tapi ada sekitar 20 anak. Pendidikannya terhambat. Semuanya terhambat. Semuanya enggak sekolah," kata Budi kepada wartawan di Masjid Al-Islam, Kota Bandung, Senin (16/12).
"Kebanyakan anak-anak, saya tanya, trauma. Mereka malu dan takut," lanjut dia.
Budi meminta pemerintah turut memikirkan dampak penggusuran Tamansari terhadap psikologis anak-anak. Hingga kini, ia menyebut belum ada bantuan apa pun yang diterima warga terdampak, termasuk penanganan trauma healing untuk anak-anak.
Dan hingga hari ini, belum juga ada bantuan relawan pendidikan yang datang ke posko.
ADVERTISEMENT
"Ini (penanganan trauma) persoalan lain yang mesti dipikirkan pemerintah dampak dari penggusuran," ucap dia.
Selain psikologis, Budi mengatakan, banyak perlengkapan sekolah anak-anak, seperti seragam dan buku, yang hilang tercecer saat warga buru-buru mengeluarkan barang-barang dari rumah sebelum penggusuran.
Namun, ia mengingatkan yang terpenting bagi anak-anak korban terdampak adalah penanganan traumanya.
"Tapi bukan masalah buku yang utama, tapi karena psikologis anak terganggu. Buku atau seragam bisa diurusinlah. Tapi kan ini kejiwaan anak," tandas Budi.
Bahkan, dalam video yang beredar, diduga oknum petugas memukuli sejumlah pemuda. Aksi ini pun dikecam oleh banyak pihak. Pihak kepolisian juga telah menerjunkan Propam untuk menyelidiki lebih lanjut dugaan tindakan represif yang dilakukan anggota polisi.
ADVERTISEMENT