Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memasuki area konservasi orang utan di Palangka Raya, Kalteng. Akibatnya, 37 orang utan di Pusat Rehabilitasi Borneo Orang utan Survival Foundation (BOSF) Nyaru Menteng terkena infeksi saluran napas atas (ISPA)
ADVERTISEMENT
“Syukur masih infeksi ringan. Tim medis sudah memberikan multivitamin dan antibiotik, obat juga diberikan dengan menggunakan nebulizer, terutama bagi orang utan yang terlihat menderita lebih parah,” kata Chief Executive Officer (CEO) BOSF, Jamartin Sihite, seperti dilansir Antara, Rabu (18/9).
Sihite menjelaskan, nebulizer adalah alat kesehatan yang menghasilkan uap dari obat-obatan cair, sehingga bisa dihirup dengan mudah dan nyaman. Alat ini membantu mengantarkan obat cair dalam bentuk butiran air yang relatif kecil supaya langsung masuk ke dalam paru-paru.
Pada manusia, alat uap ini digunakan untuk pasien dalam kondisi darurat ataupun pasien dalam rawat jalan untuk mengatasi berbagai macam penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis.
“Jadi obatnya bisa diserap dengan mudah dan cepat, dan segera efektif khasiatnya,” kata Sihite.
ADVERTISEMENT
BOSF merawat 355 orang utan di Nyaru Menteng. Di tempat itu orang utan dipelihara di kandang-kandang dan di tempat terbuka, baik semak-semak dan hutan yang dibatasi parit besar.
Kabut asap juga mulai memasuki pusat rehabilitasi BOSF di Samboja Lestari, Balikpapan , Kaltim. Petugas konservasi setidaknya 3 kali sehari menyirami kandang-kandang dengan menyemprotkan air ke udara dan dalam kandang. Hal ini dilakukan untuk membersihkan udara dan menjaga suhu tetap sejuk.
“Untuk sementara kegiatan luar ruang untuk para orang utan muda, siswa Sekolah Hutan juga kami batasi,” kata Humas BOSF, Paulina Laurensia.
Sekolah Hutan adalah program BOSF untuk mengajari anak-anak orang utan ataupun orang utan dewasa untuk bertahan hidup di hutan. Mereka diajari mulai dari memilih makanan hingga membuat sarang. Sebab orang utan yang dulunya dipelihara manusia kehilangan insting bertahan hidup di alam.
ADVERTISEMENT
“Kemudian untuk meningkatkan daya tahan tubuh, orang utan kami berikan susu dan multivitamin. Semuanya tanpa kecuali,” lanjut Paulina.
Setelah beberapa pelepasliaran orang utan selama 8 tahun terakhir, masih ada 130 orang utan yang tinggal di Samboja Lestari.
Menurut Paulina, asap membawa partikel debu dan karbon sisa pembakaran yang memasuki saluran pernapasan bisa menyebabkan reaksi alergi, kemudian infeksi bronkitis dan pneumonia. Apalagi jika sistem kekebalan tubuh menurun.
“Syukurlah sejauh ini belum ada orang utan di Samboja Lestari yang terjangkit infeksi pernafasan atau biasa dikenal dengan ISPA itu,” kata Paulina.
ISPA terjadi di saluran napas bagian atas seperti di hidung, tenggorokan, dan bronkia. Karena orang utan memiliki kemiripan gen dengan manusia juga terancam penyakit ini. Warga juga diminta untuk mengenakan masker apabila berdekatan dengan orang utan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, 2.637 warga di Kalteng juga mulai terserang ISPA. Pelayanan kesehatan di bawah kendali Dinkes Kalteng pun terus diintensifkan. Pelayanan diberikan tidak hanya kepada masyarakat tetapi juga petugas pemadam di lapangan.