Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Aktivis Greenpeace Indonesia berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (7/6). Mereka memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang menyatakan Amerika Serikat mundur dari Perjanjian Paris.
ADVERTISEMENT
"Presiden Trump seolah menutup mata dari dampak perubahan iklim yang terjadi, jutaan manusia telah menjadi korban dari berbagai bencana seperti banjir, kekeringan dan cuaca ekstrem, seperti yang terjadi di negara rentan seperti Indonesia," kata juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Didit Haryo seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan sebagai negara penyumbang emisi terbesar kedua setelah China, bahkan industri di negara tersebut merupakan emiter terbesar sejak tahun 1850-an atau era Revolusi Industri hingga 2010, Amerika Serikat akan menjadi penghambat serius tercapainya penahanan kenaikan suhu global 1,5 derajat Celcius.
Langkah Presiden Trump, menurut dia, tidak mewakili apa yang sebenarnya telah terjadi di kota-kota di Amerika. Industri fosil seperti batubara yang menjadi emiter terbesar di AS sedang berusaha dihidupkan kembali, tetapi batubara akan semakin sulit bersaing karena energi surya dan angin telah menjadi begitu murah.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan iklim global yang disepakati di Paris, Prancis, pada 2015 lalu. Keputusan Trump ini disebut demi menguntungkan Amerika, tapi mengancam negara-negara lain di dunia.
Reuters melansir, penarikan AS dari kesepakatan iklim Paris sesuai dengan janji kampanyenya, yaitu "America First". Kesepakatan yang ditandatangani oleh Barack Obama itu menurut Trump akan merugikan perekonomian, memicu pengangguran, melemahkan kedaulatan Amerika dan membuat negara itu kalah bersaing dengan negara lain.
Trump mengatakan pemerintahnya akan mempertimbangkan kembali kesepakatan-kesepakatan dalam pakta Paris, atau membuat kesepakatan baru yang disebutnya "adil bagi Amerika Serikat, usaha, pekerja, rakyat dan pembayar pajaknya."
Selain itu, dia juga mengatakan AS akan berhenti membayar Dana Iklim PBB, sebuah komitmen dari negara-negara kaya untuk mengatasi bencana alam akibat perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan.
ADVERTISEMENT
[Baca juga: Donald Trump Mengancam Iklim Dunia?]
Keputusan Trump ini banyak mendapat kecaman. Misalnya, CEO Tesla mundur dari kursi Dewan Penasihat Presiden Trump. Presiden Prancis Emmanuelle Macron menyindir Trump dengan mengatakan Make Our Planet Great Again.