Anies: Milenial Jangan Cerita Masa Lalu, Tapi Tawarkan Masa Depan

14 Desember 2019 16:45 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai menghadiridalam acara Milenial Fest di Balai Sarbini.  Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai menghadiridalam acara Milenial Fest di Balai Sarbini. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpesan kepada milenial untuk menawarkan gagasan dan ide untuk perbaikan di masa depan. Milenial menurutnya tak tepat jika menceritakan masa lalu.
ADVERTISEMENT
Pesan itu disampaikan Anies dalam acara Milenial Fest di Balai Sarbini, Jakarta, Sabtu (14/12). Mantan Mendikbud itu menegaskan milenial lebih banyak menyimpan potensi, dibanding pengalaman.
"Memang anak muda, selalu, saya katakan, anak muda tidak menceritakan masa lalu, karena memang anak muda belum punya masa lalu. Anak muda tidak menawarkan masa lalu, anak muda menawarkannya masa depan," ujar Anies yang disambut tepuk tangan di Balai Sarbini.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai menghadiridalam acara Milenial Fest di Balai Sarbini. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
Dia mencontohkan, saat milenial melamar kerja, bisa jadi dia tak membawa banyak pengalaman. Namun, membawa banyak harapan untuk masa depan pembangunan.
"Jadi kalau Anda melamar pekerjaan ditanya apa pengalaman Anda? Lalu Anda jawab, 'bapak saya tidak menawarkan masa lalu, kalau Anda tanya pengalaman saya memang baru lulus, tapi kalau Anda mau punya masa depan, ajak saya berada di tempat Anda'," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Anies menyinggung soal narasi dan kata-kata yang saat ini dianggap tak kalah penting dari kerja nyata. Menurut Anies, narasi dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin.
"Apa ya yang sebenernya menarik dari inspirasi, kata-kata, karena sering kali, akhir-akhir ini, kata-kata dianggap tak penting, yang penting kerja. Rileks dulu rileks," ujar Anies yang disambut riuh para audiens.
Menurutnya, untuk menjadi pemimpin, setidaknya memerlukan narasi gagasan yang kemudian diimplementasikan dalam tindakan. Selain itu, untuk menjadi pemimpin juga diperlukan pengikut sukarela.
"Pesan saya, di ujung nanti Anda berkarya, sebelum berkarya, Anda siapkan narasi supaya apa yang Anda gagas memiliki efek pengaruh daun yang luas. Sebelumnya harus ada gagasan. Tiga itu Anda kerjakan, gagasan, narasi, aksi, dan dibangun adanya inspirasi munculnya dari interaksi. You do that and you own the future," kata dia.
ADVERTISEMENT