Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, menyatakan awan panas letusan Gunung Merapi , Sabtu (9/11) pagi, dipicu adanya tekanan akumulasi gas vulkanik dari dalam gunung.
ADVERTISEMENT
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, mengatakan, pemicu ini sama dengan letusan Gunung Merapi pada 14 Oktober 2019 lalu.
"Masih sama penyebabnya, adanya akumulasi gas," kata Hanik seperti dilansir Antara.
Meski demikian, menurut Hanik, tekanan akumulasi gas yang memicu awan panas kali ini lebih rendah dibandingkan letusan sebelumnya. Pada 14 Oktober, awan panas letusan Gunung Merapi memiliki tinggi kolom 3.000 meter.
Hanik menjelaskan tekanan akumulasi gas muncul seiring berlangsungnya suplai magma Gunung Merapi yang diproduksi secara terus menerus. Menurutnya, gas yang terakumulasi di bawah kubah lava dan terlepas secara tiba-tiba, mendobrak kubah lava sehingga runtuh menjadi awan panas.
Diketahui, usai letusan pada 14 Oktober, volume kubah lava Gunung Merapi susut hingga 397 meter kubik dari 483 meter kubik.
Namun menurut Hanik, belum bisa dipastikan terkait adanya perubahan morfologi maupun deformasi akibat awan panas letusan Gunung Merapi pada Sabtu pagi ini, termasuk perubahan volume kubah lava.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pihak BPPTKG tengah melakukan proses pendataan usai letusan Gunung Merapi kali ini.
"Kalau baru meletus begini, kita tidak bisa secara eksak memberi info. Yang jelas itu letusan kecil yang kemungkinan tidak berpengaruh terhadap volume," kata dia.
Berdasarkan data BPPTKG, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas dengan tinggi kolom 1.500 meter sekitar pukul 06.21 WIB. Awan panas letusan yang terekam di seismogram memiliki durasi 160 detik dengan amplitudo 65 milimeter.
Awan panas letusan Gunung Merapi kali ini menyebabkan hujan abu tipis di daerah Sawangan dan Dukun, Magelang, serta daerah Tlogolele, Boyolali.