Balita di Depok Meninggal karena Gagal Ginjal Akut: Dalam Semalam Stadium 3 ke 6

21 Oktober 2022 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soliha menunjukan foto anaknya yang meninggal akibat gagal ginjal akut setelah mendapatkan perawatan dari RSCM Jakarta. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Soliha menunjukan foto anaknya yang meninggal akibat gagal ginjal akut setelah mendapatkan perawatan dari RSCM Jakarta. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Azqiara Anindita Nuha, anak berusia 3 tahun 8 bulan, meninggal dunia akibat gagal ginjal akut atau acute kidney injury/AKI. Balita asal Kelurahan Ratujaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, sempat mengalami panas dan penurunan air kencing.
ADVERTISEMENT
Ibu Qiara, Soliha, mengatakan, awalnya anaknya mengalami panas dan pilek pada Jumat (7/10) dan telah diberi obat berupa sirop. Panas Qiara sempat menurun namun pada Sabtu (8/10) malam kembali panas dan sempat muntah sebanyak 15 kali.
Esok harinyam Soliha membawa Qiara ke klinik dan diberikan berbagai macam obat. Dokter klinik sempat berpesan apabila gejala muntahnya tidak membaik, diminta segera membawa ke IGD rumah sakit.
“Setelah dikasih obat sempat mau makan dan minum, tapi muntah lagi,” terang Soliha.
Melihat kondisi Qiara tidak membaik, Soliha membawa anaknya ke IGD RS Bunda. Qiara dibawa ke rumah sakit tersebut pada Minggu (9/10) malam, namun dia lupa memberitahukan kepada tim dokter bahwa anaknya mengalami penurunan air kencing.
ADVERTISEMENT
Tim dokter lalu melakukan penanganan, namun Qiara masih mengalami muntah dan tidak ada air kencing. Akhirnya tim dokter rumah sakit tersebut melakukan pemeriksaan secara teliti dan hasilnya Qiara didiagnosa gagal ginjal akut.

Stadium 3 ke 6 Dalam Semalam

Soliha diberitahukan anaknya mengalami gagal ginjal akut stadium tiga. Ironisnya hanya satu malam menjalani perawatan, anaknya diketahui mengalami gagal ginjal akut stadium enam.
Tim dokter RS Bunda sudah berusaha mencari link rumah sakit rujukan namun kondisinya penuh. Tidak ingin putus asa, akhirnya Soliha mendapatkan informasi dari temannya dan membawa Qiara ke RSCM Jakarta.
“Akhirnya Qiara segera dirujuk ke rumah sakit RSCM, kalau tidak salah pada Selasa (11/10),” tutur Soliha.
Selama perawatan di RSCM, Qiara mengalami penurunan daya ingat dan setelah dilakukan pengecekan menyeluruh, jaringan organ tubuh Qiara mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Pada Kamis (13/10) Qiara dipasangi alat untuk cuci darah. Sempat detak jantungnya menurun hingga dipasangi alat ventilator.
“Setelah pakai ventilator mulai normal lagi sampai dilepas ventilator,” ujar Soliha.

Menjalani Cuci Darah

Pada Jumat (14/10), Qiara melakukan cuci darah dan sempat tidak sadarkan diri hingga lima jam. Bahkan pada proses cuci darah lampu indikator berbunyi dan ternyata tekanan darahnya tinggi.
Setelah proses cuci darah, pada selang air kencing Qiara tidak menunjukkan air kencing.
“Pada malam Minggunya itu saya dipanggil lagi sama dokter dan memberitahukan bahwa anak saya dalam masa kritis, saturasi oksigen di bawah 40,” tutur Soliha.
Perburukan yang dialami Qiara berakhir pada Minggu (16/10) sekitar pukul 08.20 WIB. Tim dokter menyatakan Qiara meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Soliha sempat menanyakan penyebab kematian anaknya, tapi belum ada jawaban memuaskan.
“Sampai saat ini saya pengin tahu penyebab anak saya itu, belum ada jawabannya, karena bilangnya masih diteliti,” tegas Soliha.
Soliha meminta kepada pemerintah untuk segera menemukan solusi gagal ginjal akut yang menimpa almarhumah anaknya. Pemerintah diharapkan dapat menemukan obat maupun penyebab gagal ginjal akut sehingga dapat ditemukan obatnya.