Bamsoet Ajak Milenial Dukung Pemilu Tak Langsung

14 Desember 2019 17:59 WIB
comment
24
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bamsoet di menghadiri acara Milenial Fest di Balai Sarbini, Sabtu (14/12). Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bamsoet di menghadiri acara Milenial Fest di Balai Sarbini, Sabtu (14/12). Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengajak kaum milenial mengubah sistem pemilihan umum secara langsung. Dia beralasan pemilu langsung membutuhkan biaya besar.
ADVERTISEMENT
Ucapan Bamsoet disampaikan dalam acara Milenial Fest di Balai Sarbini, Sabtu (14/12). Menurut Bamsoet, pemilu langsung juga berakhir pada kekacauan parlemen itu sendiri.
"Ubah sistem politik kita. Kembalikan ke parlemen. Ayo siapa yang bisa jawab? Ada ide enggak, karena sistem politik yang kita pilih, sistem demokrasi yang kita putuskan hari ini adalah sistem pemilu langsung dan perlukan biaya tinggi," kata Bamsoet.
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo saat launching buku miliknya yang berjudul 'Akal Sehat' di Posko Bamsoet di kawasan Menteng, Jakarta. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Dia bahkan menyebut, untuk menjadi gubernur DKI Jakarta saja, setidaknya perlu biaya Rp 1 triliun. Itu pun, tanpa ada jaminan kemenangan.
"Untuk jadi calon saja belum tentu jadi itu sudah diperlukan puluhan miliar. Untuk gubernur DKI. Mungkin kemarin yang terpilih, sebelum yang sekarang ini, hampir capai Rp 1 triliun, itu pun gagal," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sistem politik saat ini menurut Bamsoet juga berefek pada kualitas parlemen. Dia menyebut saat ini parlemen tak lagi diisi oleh orang-orang yang masuk dari aspirasi masyarakat, tetap datang dari yang punya dana besar.
Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo Foto: Fahrian Saleh/kumparan
"Karena untuk jadi anggota parlemen, anggota DPR semua tingkatan kalau hanya modal lidah, mulut, dengkul ya wassalam. Ini realitas politik kita. Harus kita pikirkan kembali. Kita sedang terjebak dalam politik angka, bukan politik aspirasi lagi," kata dia.
"Jadi orang-orang yang di parlemen bukan masuk karena aspirasi rakyat, tapi karena dia berhasil meraup suara dengan berbagai suara, termasuk mungkin saja, dalam tanpa kutip transaksi akhirnya masuk ke parlemen," ucap Bamsoet.