Berhitung Chairul Tanjung di Sisi Jokowi

11 Juni 2018 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chairul Tanjung. (Foto: Instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Chairul Tanjung. (Foto: Instagram)
ADVERTISEMENT
Chairul Tanjung si Anak Singkong yang dikenal enggan masuk jagat politik, mendapati diri tersiram gelombang huru-hara jelang Pemilu Presiden 2019.
ADVERTISEMENT
Kurang dari tiga bulan menjelang waktu pendaftaran calon presiden-calon wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum, ia dideklarasikan menjadi cawapres Jokowi oleh sekelompok relawan yang menamakan diri Sobat Jokowi-CT.
Meski terkesan tiba-tiba, CT sama sekali bukan orang baru dalam dunia politik. Ia pernah menjabat Menteri Koordinator Perekonomian di akhir periode Susilo Bambang Yudhoyono, dan sejak lama berkawan dengan para petinggi partai politik.
Nama Chairul Tanjung pun bukannya tak masuk dalam survei-survei politik. Poltracking pada Februari 2018 memunculkan pasangan Jokowi-CT dengan elektabilitas 45,7 persen untuk skenario dua poros.
Sementara hasil survei simulasi pilpres dengan tiga pasang calon di Median pada April 2018 menunjukkan CT--selain Muhaimin Iskandar, Hary Tanoesoedibjo, Wiranto, dan Zulkifli Hasan--sebagai sosok potensial pendamping Jokowi. Duet Jokowi-CT dalam survei itu mencapai 38,7 persen suara.
ADVERTISEMENT
Ketua Relawan Sobat Jokowi-CT, Nuran Fiqolbi, menilai CT sebagai paket lengkap pengganti Jusuf Kalla--wakil presiden Jokowi kini. JK dan CT sama-sama pengusaha, berpengalaman di sektor ekonomi, dekat dengan kalangan Islam, dan sama-sama pengurus Dewan Masjid Indonesia.
“Itu bisa memudarkan sekat politik antara kelompok Islam dan nasionalis. Jadi Pak CT ini paling pas,” kata Nuran, Selasa (5/6).
Pergaulan luwes CT yang membuatnya berhubungan baik dengan banyak elite politik, juga dianggap sebagai modal penting.
“CT selalu ingin menjadi fasilitator, pendamailah kira-kira. Makanya kemarin (waktu buka bersama di rumah CT) obsesi CT itu ingin menghadirkan Pak Jokowi, Ibu Mega, Pak SBY, Pak Habibie. Jadi semua tokoh ada,” kata penulis biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong, Tjahja Gunawan Diredja, saat berbincang dengan kumparan di Masjid Agung Sunda Kepala, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/6).
ADVERTISEMENT
Dalam buka puasa bersama di kediaman CT yang disinggung Tjahja itu, SBY dan Habibie memang hadir--beserta puluhan tokoh nasional lain, namun Jokowi dan Megawati tak tampak. Meski begitu, sebagai ganti ketidakhadirannya, Megawati mengirim berbagai jenis bubur dan jajanan tradisional kepada CT yang masih tetangganya di Jl. Teuku Umar, Menteng.
Hubungan baik antara CT dan Megawati itu lantas menumbuhkan harapan di hati sebagian kader Demokrat, agar mereka ikut terkena imbasnya. Maklum saja, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sejak lama dikenal luas dekat dengan CT.
“CT memang dekat dengan Demokrat. Andai juga dekat dengan Megawati, tentu bagus. Kalau bisa menjadi jembatan antara Partai Demokrat dan Mega, tentu baik,” kata Wasekjen Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin, Rabu (6/6).
Chairul Tanjung saat pelantikannya sebagai Menko. (Foto: Subekti/Tempo)
zoom-in-whitePerbesar
Chairul Tanjung saat pelantikannya sebagai Menko. (Foto: Subekti/Tempo)
Nyatanya, kemunculan nama CT disambut hambar, bahkan sengit, oleh partai-partai politik pendukung Jokowi, termasuk PDIP sebagai partai penguasa.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Hendrawan Supraktino menyebut nama CT belum masuk penjaringan cawapres Jokowi. Sementara politikus PDIP Eva Kusuma Sundari malah menyebut peluang CT untuk mendampingi Jokowi tipis.
“PDIP kayaknya enggak mungkin bawa CT, karena PDIP bawa yang lain. Kami kan enggak mungkin memasangkan (Jokowi dengan) cawapres yang peluang menangnya kecil. Pasti dengan yang peluang menangnya besar,” kata Eva.
Pasangan Jokowi-CT, dalam survei simulasi tiga pasang calon pilpres yang dikeluarkan Median pada April 2018, meraih elektabilitas 38,7 persen, di bawah Jokowi-Muhaimin (41,3 persen), Jokowi-Hary Tanoe (40,2 persen), dan Jokowi-Wiranto (39 persen). Sementara di bawah Jokowi-CT ialah Jokowi-Zulkifli Hasan dengan (38,1 persen).
Chairul Tanjung (Foto: Kemenperin.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Chairul Tanjung (Foto: Kemenperin.co.id)
“Dari berbagai komunikasi yang terbangun, Pak CT tidak menyatakan minatnya sebagai cawapres. Bahkan, kesimpulan PPP adalah Pak CT tidak bersedia jadi cawapres--meski bisa saja berubah setelah melihat perkembangan,” kata Sekjen PPP Arsul Sani.
ADVERTISEMENT
Lagi pula, lanjutnya, “Pak Jokowi belum tentu bersedia.”
Jokowi sendiri tak berkomentar apa pun soal mencuatnya nama CT yang diusulkan jadi pendampingnya. Lingkarannya, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, hanya berucap, “Semua orang punya dan berhak memiliki kesempatan yang sama (untuk dicalonkan).”
Ketua DPP Golkar Yahya Zaini berpendapat, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh cawapres Jokowi, yakni memiliki dukungan politik, punya kecocokan dengan Jokowi, dan memperkuat kepemimpinan masa depan.
CT, di mata Yahya, belum memenuhi ketiganya. “Dua syarat yang pertama (dukungan politik dan chemistry) rasanya sulit terpenuhi, sedangkan yang ketiga masih spekulatif.”
Soal dukungan politik minus itu juga dirasa Sofjan Wanandi, Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia, bisa jadi penghambat langkah CT ke posisi cawapres.
ADVERTISEMENT
“Pak Jokowi kan enggak bisa menentukan sendiri, karena di sekitarnya ada partai-partai koalisi,” kata Sofjan.
Pengalaman Chairul Tanjung di dunia bisnis dan ekonomi memang tak bisa dipandang sebelah mata. Kini, ia memimpin 34 kelompok usaha yang bernaung di bawah perusahaan induk CT Corp.
Seiring waktu, pengaruh CT melampaui dunia bisnis yang ia geluti. Pada 2010, CT ditunjuk SBY menjadi Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), atau yang sekarang bernama Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN)--lembaga yang bertugas memberi masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait ekonomi.
Chairul Tanjung, Wapres untuk Jokowi? (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Chairul Tanjung, Wapres untuk Jokowi? (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Empat tahun kemudian, 2014, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa yang maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Masa jabatan CT di kabinet saat itu memang terbilang pendek, sekitar enam bulan, namun menurut peneliti Indef, Didik Rachbini, dalam waktu singkat itu CT mampu berkontribusi signifikan bagi pemerintahan SBY, salah satunya dalam perkara Freeport.
Renegosiasi Freeport yang dikawal CT berakhir dengan kenaikan margin keuntungan bagi pemerintah Indonesia. Perusahaan tambang asal AS itu setuju meningkatkan pembayaran royalti tembaga, emas, dan perak dari 1 persen menjadi 4 persen, 3,75 persen, dan 3,25 persen sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 2012 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian ESDM.
CT juga dianggap berhasil mencegah kenaikan harga bahan pokok jelang Lebaran 2014.
Satu hal yang perlu jadi catatan andai CT menjadi cawapres adalah kerawanan konflik kepentingan antara dia sebagai pejabat, dengan posisinya selaku pemilik bisnis media.
ADVERTISEMENT
CT memiliki sekitar enam media di bawahnya. Menurut Remotivi, Direktur Remotivi--Lembaga Pemantau Media, “Kemenangan politik bisa dimulai dari penguasaan media.”
Sejauh ini CT no comment atas kemunculan namanya sebagai cawapres Jokowi. Ia bersikap hati-hati agar kerajaan bisnisnya tak terganggu isu politik seputar dirinya.
------------------------
Ikuti terus laporan mendalam Wapres Anak Singkong di Liputan Khusus kumparan.