BPOM Dikritik soal Gagal Ginjal Anak: Harusnya Lebih Aware, Tak Menunggu Kasus

24 Oktober 2022 11:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPOM Penny K Lukito dalam jumpa pers persetujuan uji klinis II dan III Vaksin GX-19N kerja sama Kalbe Farma dan Genexine, 9 Juli 2021. Foto: YouTube Kalbe Farma
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPOM Penny K Lukito dalam jumpa pers persetujuan uji klinis II dan III Vaksin GX-19N kerja sama Kalbe Farma dan Genexine, 9 Juli 2021. Foto: YouTube Kalbe Farma
ADVERTISEMENT
Sebanyak 133 anak Indonesia meninggal karena gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI) misterius. Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia dr.Dicky Budiman M.Sc.PH, berpendapat ada yang salah dari fungsi pengawasan pihak berwenang, yaitu BPOM.
ADVERTISEMENT
“Kasus-kasus acute kidney injury ini, kan, berkaitan dengan sirop obat batuk, terapi pada anak. Sebetulnya bukan hal baru. Jadi harusnya untuk sektor atau para pihak yang berwenang mengawasi ini harusnya lebih aware, tidak harus menunggu kasus seperti ini,” ungkap Dicky Budiman kepada kumparan pada Senin (24/10).
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
Dicky mengatakan, kejadian gagal ginjal akut harus diinstropeksi mendalam. Pelajaran berharga bagi dunia kesehatan Tanah Air.
“Karena ini satu contoh buruknya dari sistem kesehatan kita. Kaitannya dengan produksi obat berarti distribusinya dan pengawasannya. Maka ini harus menjadi introspeksi mendalam karena ini luar biasa mendalam pelajarannya dan memprihatinkan,” imbuhnya.
Dicky berpandangan, perbaikan tidak hanya terkait sistem, SDM layanan deteksi dini, kualitas produksi dan distribusi obat saja.
ADVERTISEMENT
"Tapi literasi juga,” katanya.

Apoteker Juga Perlu Melakukan Edukasi

Dicky juga berpandangan, edukasi masyarakat juga bisa dilakukan lewat apoteker. Hal tersebut harus dilakukan untuk melindungi masyarakat.
“Jadi adalah edukasi dalam pemberian obat atau minimal sistem apotekerlah ya. Sehingga masalah tidak hanya beli-beli saja. Jadi apotek tidak boleh hanya sebagai jual obat saja, tapi harus ada edukasi,” tandasnya.