Buntut Kecelakaan Maut, KNKT Minta Pemda DIY Buat Jalur Penyelamat di Bukit Bego

14 Februari 2022 13:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul atau tepatnya di kawasan Bukit Bego, Senin (14/2). Jalur tersebut merupakan lokasi kecelakaan bus yang tewaskan 13 orang termasuk sopir beberapa waktu lalu. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul atau tepatnya di kawasan Bukit Bego, Senin (14/2). Jalur tersebut merupakan lokasi kecelakaan bus yang tewaskan 13 orang termasuk sopir beberapa waktu lalu. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kembali terjun ke Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul atau tepatnya di kawasan Bukit Bego, Senin (14/2).
ADVERTISEMENT
Jalur tersebut merupakan lokasi kecelakaan bus wisata yang menewaskan 13 orang termasuk sopir beberapa waktu lalu. Bus oleng dan menabrak tebing Bukit Bego saat itu.
Investigator KNKT Ahmad Wildan menjelaskan dari hasil analisa yang pihaknya lakukan, ada sejumlah rekomendasi kepada Pemda DIY maupun Bina Marga.
"Tadi sudah kita bagi kita tetapkan apa yang harus dikerjakan oleh dinas perhubungan provinsi, apa yang harus dilakukan Sudin Bina Marga. Yang pertama yang paling mendesak adalah agar pemerintah provinsi DIY menyusur road hazard mapping," kata Wildan kepada wartawan, Senin (14/2).
Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul atau tepatnya di kawasan Bukit Bego, Senin (14/2). Jalur tersebut merupakan lokasi kecelakaan bus yang tewaskan 13 orang termasuk sopir beberapa waktu lalu. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Hazard mapping tidak hanya pada jalur ini saja tetapi pada jalur destinasi wisata di seluruh DIY. Setelah ada hazard mapping maka bisa menjadi pedoman untuk memasang rambu-rambu yang lebih tepat.
ADVERTISEMENT
"Kita minta Dishub provinsi memasang papan peringatan menggunakan gigi rendah di jalan menurun. Tadi sudah disepakati," katanya.
Kemudian untuk Bina Marga, pihaknya merekomendasikan untuk memasang jalur penyelamat dan kolom jebakan. Setidaknya perlu ada 2 titik jalur penyelamat di sebelum kawasan Bukit Bego dan 1 kolom jebakan.
"Kolom jebakan itu di sebelah kanan. Kalau sebelah kiri jalur penyelamat," katanya.
Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul atau tepatnya di kawasan Bukit Bego, Senin (14/2). Jalur tersebut merupakan lokasi kecelakaan bus yang tewaskan 13 orang termasuk sopir beberapa waktu lalu. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Jalur penyelamat adalah sebuah jalur menanjak di sisi kiri jalan. Jalur tersebut berfungsi apabila ada kendaraan yang mengalami rem blong.
Sementara kolom jebakan berbentuk kolom dengan isi batuan gravel. Di dalamnya diberi celah yang lembut agar ketika bus atau truk masuk ke batuan gravel. Di dalamnya juga terdapat ban untuk meredam benturan.
ADVERTISEMENT
Rencananya kolom jebakan akan dipasang di celah sebelum batuan di tebing Bukit Bego.
"Begitu truk atau bus masuk akan njeblos masuk ke batuan gravel, kalau bablas ke depan sudah kita kasih ban. Bannya nggak lempar di mana-mana. Dan kalau pun dia nabrak di akan ke mana-mana karena sudah terjepit oleh batu," katanya.
Di sisi lain, Wildan mengapresiasi langkah masyarakat yang memasang ban di kawasan Bukit Bego. Hanya saja, ban tersebut akan ditata kembali supaya lebih efektif. Menurutnya jika tidak dipasang dengan benar, maka ban justru akan membuat kendaraan terpental dan bisa masuk jurang yang berada di sebelah kiri jalan.
"Kita apresiasi dari masyarakat. Dan akan kita perbaiki akan kita kembangkan. Tidak kita buang. Kita kembangkan menjadi lebih baik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, rekomendasi dari papan rambu hingga kolom jebakan harus segera dilaksanakan.
"Segera, itu adalah rekomendasi segera. Papan peringatan sama kolom jebakan. Kalau jalur penyelamat kita lihat anggarannya," ujarnya.
Sementara itu, dari hasil penyelidikan, bus wisata yang mengalami kecelakaan kemarin menggunakan gigi 3. Sementara, kondisi bus menurut Wildan dalam kondisi baik.
Dari hasil uji coba pihaknya, saat menurun menggunakan gigi 3 saja kecepatan mencapai 70 kilometer per jam hanya dalam Jarak 500 meter saja.
"Kalau pengemudi ngerem jalan menurun itu nggak akan selesai karena itu didorong (gravitasi) risiko angin habis, kampas habis," katanya.
"Itu kaya kemarin dia menggunakan gigi 3. Gaya dorong banyak, bus dia ngerem-ngerem terus. Ketika ngerem terus itu sistem kerja rem kalau ngegas ngisi. Kalau ngerem buang. Pada saat turun dia tidak punya kesempatan banyak ngisi," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan bahwa ketika ngerem terus, maka bus memang masih mengeluarkan suara rem "ces" saja. Namun fungsinya sudah tidak dapat untuk mengerem.
"Semua sistem rem bagus, angin masih ada, rodanya bagus nggak halus, nggak gundul," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Bantul Aris Suharyanta mengatakan bahwa arahan dari KNKT ini akan ditindak lanjuti oleh pihaknya. Salah satunya adalah penambahan rambu.
"Iya tadi sudah jelas arahan dari KNKT nanti rambu-rambu kita tambah. Terus kemudian itu kan terkait dengan imbauan ada koreksi pakai gigi rendah," ujarnya.
Sementara soal wacana jalur tersebut tidak dilalui bus besar, Aris mengatakan bahwa keputusan tersebut ada di provinsi. Sejauh ini, hal tersebut masih sekadar wacana.
"Baru wacana kita pun belum berani memutuskan itu nanti ranahnya Dishub provinsi mau dilarang apa tidak. Itu di Dishub provinsi," katanya.
ADVERTISEMENT