Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
DKI Jakarta terus melakukan tes corona secara masif. Jumlah tes yang dilakukan bahkan telah mencapai 4 kali lipat dibanding standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO) yaitu 10.000 orang per minggu.
ADVERTISEMENT
Akibat tingginya angka tes tersebut, jumlah kasus positif corona di Jakarta pun terus mengalami peningkatan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan ada penambahan 584 kasus baru pada Rabu (29/7). Penambahan ini jadi yang terbesar dalam satu hari.
"Setiap hari kita mendengarkan laporan ada kasus baru di Jakarta hari ini angkanya besar di atas 500," kata Anies dalam webinar Pelaksanaan Salat Idul Adha dan Kurban di Masa Pandemi, di Jakarta, Rabu (29/7).
"Ini jumlahnya itu persisnya kita akan ada 584 kasus baru," tambah Anies.
Merujuk pada situs corona.jakarta.go.id total jumlah kasus positif corona per 29 Juli 2020 ialah 20.470 orang. Rinciannya 12.613 orang sembuh, 820 orang meninggal, 1.944 masih dirawat, dan 5.093 orang menjalani isolasi mandiri.
ADVERTISEMENT
Ada tiga klaster yang menjadi perhatian sebagai tempat penyebaran virus corona. Ketiganya ialah perkantoran, pasar dan rumah ibadah.
Berikut kumparan jabarkan bagaimana kondisi di tiga klaster tersebut:
Klaster Perkantoran , 495 Orang Positif
Salah satu yang membuat kantor menjadi rawan corona karena sifatnya yang tertutup atau minim sirkulasi udara. Selain itu, diduga para pekerja banyak yang tidak disiplin menggunakan masker dan jaga jarak.
Apalagi WHO sudah menyebut virus corona bisa airborne melalui mikrodroplet selama beberapa jam. Memakai face shield tanpa masker tak cukup untuk menahan laju virus.
"Per 28 Juli, ada 90 klaster perkantoran. Jumlah kasus positif mencapai 459 orang," kata anggota tim pakar Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah di BNPB, Rabu (29/7).
Jumlah ini meningkat dari data sebelumnya, yakni 440 kasus dengan 69 klaster.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut, yang paling banyak menyumbangkan kasus adalah kantor di lingkungan Pemda DKI. Di sana ada 34 klaster dan 141 kasus positif.
Selanjutnya ada klaster kementerian dengan 139 kasus positif dari 20 klaster kementerian di Jakarta. Kemudian 92 kasus positif berasal dari 14 klaster perkantoran swasta.
Penambahan kasus virus corona dari klaster perkantoran membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria angkat suara. Ia mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan asosiasi hingga pimpinan kantor untuk mengatur jam kerja karyawan sesuai aturan, agar penyebaran corona dari klaster perkantoran dapat ditekan.
Dia meminta agar kantor mentaati aturan pembagian sif jam kerja karyawannya. Pembagian ini bisa diatur dengan memberikan jeda waktu 2 hingga 3 jam untuk setiap gelombang.
ADVERTISEMENT
"Jeda 2-3 jam jam masuk jam istirahat, termasuk jam keluar," tegasnya.
Dengan pengaturan jam kerja dengan pembagian shift, diharapkan intensitas pertemuan orang dan potensi kerumunan di dalam kantor dapat dikurangi. Begitu juga dapat memecah volume penumpang di moda transportasi umum di jam kerja.
Senada dengan Riza, pakar Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah juga menyarankan agar perusahaan yang terpaksa karyawannya harus bekerja dari kantor maka wajib membatasi jumlahnya. Harus setengah kapasitas.
Meski begitu, ia lebih menekankan agar perkantoran kembali menerapkan kerja dari rumah alias Work From Home (WFH). Musababnya menurut Dewi banyak perusahaan yang sebenarnya secara operasional tak mengharuskan karyawannya ke kantor.
"Untuk perusahaan yang masih bisa melaksanakan WFH (Work From Home) lebih baik WFH," kata Dewi.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga disampaikan oleh anggota komisi IX DPR Fraksi Golkar Darul Siska. Ia menyayangkan perkantoran yang harusnya diisi oleh orang-orang terdidik justru mejadi klaster dengan jumlah kasus yang tidak sedikit. Menurutnya hal itu terjadi karena para pekerja abai dengan protokol kesehatan.
"Konsekuensinya perkantoran harus kembali menerapkan WFH, di setiap kantor harus ada unit kerja yang ditugaskan melakukan pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan," ucap dia.
Namun anggota Komisi Kesehatan (IX) DPR Fraksi PKB Nur Nadlifah menilai WFH tidak bisa sepenuhnya dijalankan oleh semua perusahaan. Ia pun menyarankan jalan tengah, yaitu menjadwalkan WFH bergantian bagi karyawan di satu perusahaan.
"Misalnya hari ini saya masuk, besok saya WFH, mungkin itu bisa mengurangi orang. Jadi, silih berganti. Kalau shift kita mau bilang jam 8 kan nanti keluarnya jam 4, nanti yang masuk jam 4 keluarnya malem. Ini kan enggak efektif juga," tutur Nadlifah.
ADVERTISEMENT
"Jadi, hari ini ngantor, besok WFH, jadi tetap pekerjaan berjalan tapi protokol juga dijalankan," imbuhnya.
***
Selain itu, Nadlifah juga mengusulkan agar ada pengetesan COVID-19 secara rutin di perkantoran. Kalau pun berat, Nadlifah mengusulkan, minimal seminggu sekali.
"Karena di situ kan mendeteksi, dan orang bisa waspada. Ini bagian dari cara kita mencegah. Ya, minimal seminggu sekali," tandas Nadlifah.
Klaster Pasar , 555 Orang Positif Corona
Pemprov DKI gencar melakukan swab test di seluruh pasar. Data per 28 Juli 2020, setidaknya ada 11.766 pedagang dan pembeli yang sudah diperiksa dari 173 pasar.
"DKI Jakarta sangat aktif skrining pasar. Saat ini ada 107 klaster dan 555 orang yang positif virus corona di pasar," kata Anggota tim pakar Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah dalam diskusi di BNPB, Rabu (29/7).
ADVERTISEMENT
Meski angkanya besar, menurut Dewi jika dilihat dari positivity ratenya tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 4,71 persen.
Dewi tetap mengimbau setiap orang yang berinteraksi di pasar untuk mematuhi protokol kesehatan. "Kalau di pasar sebaiknya pakai masker dan face shield karena orangnya lebih banyak," jelasnya.
Klaster Rumah Ibadah , 114 Orang Positif Corona
Hingga 28 Juli, tercatat ada 9 klaster rumah ibadah di Jakarta. Total ada 114 orang yang positif corona di klaster ini.
"Kita menemukan ada gereja, masjid, asrama pendeta, pesantren, dan tahlilan," kata anggota tim pakar Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah di BNPB, Rabu (29/7).
"Tahlilan ini 1 klaster tapi menyebar ke 29 orang," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Menurut data yang dihimpun klaster rumah ibadah terdiri dari sebagai berikut: 3 klaster gereja, 3 klaster masjid, 1 klaster asrama pendeta, 1 klaster pesantren, dan 1 klaster tahlilan.
Rumah ibadah di DKI Jakarta telah dibuka sejak PSBB transisi, tepatnya 5 Juni. Pelaksanaan di rumah ibadah tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Hanya saja masyarakat yang membandel.
"Ini yang harus kita ingatkan nih, jadi kalau ada kegiatan sosial, berkumpul bersama harus dipastikan protokol kesehatan diterapkan. Sudah ada buktinya dari satu klaster jadi banyak kasus," ungkap dia.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Saksikan video menarik di bawah ini.
ADVERTISEMENT