Daftar Vaksin Corona yang Sudah Disetujui WHO: Pfizer hingga Sinovac

2 Juni 2021 15:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona.
 Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sejumlah vaksin corona telah masuk dalam daftar izin penggunaan darurat atau Emergency Use Listing (EUL) dari WHO. EUL diberikan WHO untuk memastikan sebuah vaksin telah memenuhi standar persyaratan internasional terkait keamanan, efikasi atau kemanjuran, serta manufaktur vaksin.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, tak semua vaksin langsung mendapat EUL. Sebab, WHO juga menyerahkan kebijakan penggunaan vaksin COVID-19 melalui izin pengunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) sesuai otoritas regulasi masing-masing negara.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin corona AstraZeneca tahap pertama di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Jubir Satgas COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menegaskan EUA dan EUL adalah dua bentuk izin penggunaan terbatas untuk vaksin, obat-obatan, dan alat diagnostik invitro atas dasar beberapa pertimbangan yang intinya sama.
"Perbedaannya ialah hanya pada badan otoritas yang mengeluarkannya dan beberapa perbedaan fungsi. WHO adalah badan yang memiliki otoritas penuh dalam mengeluarkan EUL, sedangkan EUA dikeluarkan oleh otoritas regulator nasional yang memiliki wewenang penuh dalam pengawasan obat maupun makanan. Di Indonesia hal tersebut adalah kewenangan Badan POM," jelas Wiku.
who logo Foto: frizal
Kendati demikian, EUL punya peran yang cukup krusial dalam beberapa hal. Salah satunya, warga negara yang ingin melakukan haji dan umrah harus memakai vaksin COVID-19 yang sudah mendapat EUL dari WHO.
ADVERTISEMENT
Lantas, vaksin corona apa saja yang sudah mendapat EUL dari WHO? Berikut kumparan merangkumnya.

Vaksin Pfizer

Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
Vaksin COVID-19 milik Pfizer/BioNTech menjadi yang pertama memperoleh EUL pada 31 Desember 2020 setelah melewati peninjauan oleh Kelompok Penasihat Strategis Ahli bidang Imunisasi (SAGE) WHO. Vaksin buatan Amerika Serikat ini berbasis mRNA.
Menurut hasil yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, vaksin Pfizer 95 persen efektif dalam mencegah COVID-19 dalam uji coba fase 3.
Sebelumnya, di AS, vaksin Pfizer/BioNTech diizinkan untuk diberikan mulai dari remaja berusia 16 tahun. Namun, hasil uji klinis terbaru menunjukkan vaksin ini efektif dan aman bagi usia 12-15 tahun, sehingga Food and Drug Administration (FDA) atau BPOM AS hingga Singapura telah mengizinkan penggunaan darurat Pfizer usia remaja tersebut.
ADVERTISEMENT

Vaksin AstraZeneca

Petugas kesehatan mengambil vaksin corona AstraZeneca sebelum disuntikkan di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan Oxford mendapat izin penggunaan darurat dari WHO pada 15 Februari 2021. SAGE menyetujui dua versi vaksin AstraZeneca yang diproduksi dua pabrik yang berbeda: AstraZeneca-SKBio yang diproduksi oleh Korea Selatan, dan AstraZeneca yang diproduksi oleh Serum Institute of India.
Vaksin kembangan Universitas Oxford dan perusahaan AstraZeneca tersebut dikembangkan dari Adenovirus, lain dengan Pfizer yang menggunakan mRNA. Mengutip rilis pers AstraZeneca pada 25 Maret 2021, vaksin ini memiliki efikasi 76 persen, serta direkomendasikan untuk diberikan pada usia 18 tahun ke atas.
WHO menyebut, vaksin Oxford-AstraZeneca dapat digunakan di negara-negara dengan varian corona Afrika Selatan sudah menyebar. Vaksin ini juga telah memenuhi persyaratan yang wajib dimiliki vaksin COVID-19, yaitu manfaat lebih besar dibanding risiko.
ADVERTISEMENT

Vaksin Johnson & Johnson

Ilustrasi vaksin corona Johnson & Johnson. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Pada 12 Maret 2021, WHO memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin milik Johnson & Johnson. Vaksin ini merupakan vaksin dosis tunggal, tak seperti vaksin-vaksin sebelumnya yang terdiri atas 2 dosis.
Menurut SAGE WHO, data dari uji klinis yang dibagikan perusahaan Johnson & Johnson menunjukkan vaksin ini efektif digunakan pada populasi atau masyarakat berusia lanjut.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) memaparkan bahwa pada uji klinis, vaksin tipe viral vector dari Adenovirus ini menunjukkan efikasi hingga 66,3 persen.

Vaksin Moderna

Vaksin Moderna COVID-19. Foto: REUTERS / Carlos Osorio
Vaksin berikutnya yang masuk ke daftar penggunaan darurat dari SAGE WHO adalah Moderna, pada 30 April 2021.
Seperti Pfizer, vaksin ini juga bermetode mRNA.Moderna memiliki efikasi hingga 94,1%, dan dapat disuntikkan kepada seluruh kelompok umur di atas 18 tahun.
ADVERTISEMENT

Vaksin Sinopharm

Ilustrasi vaksin corona Sinopharm. Foto: Leonardo Fernandez Viloria/REUTERS
Sinopharm mendapat EUL dari WHO pada 7 Mei 2021. Vaksin berbasis inactivated virus ini adalah vaksin COVID-19 buatan China pertama yang mendapat izin penggunaan darurat dari WHO.
Dikutip dari AFP, WHO merekomendasikan agar dua suntikan vaksin Sinopharm dilakukan dengan jarak 3-4 minggu. Sementara efikasi atau kemanjuran vaksin Sinopharm untuk kasus infeksi bergejala dan dirawat di rumah sakit diperkirakan 79 persen ketika semua kelompok usia digabungkan.
Lebih dari 70.000 suntikan vaksin Sinopharm telah diberikan ke masyarakat Indonesia melalui program vaksinasi Gotong Royong.

Vaksin Sinovac

Seorang petugas kesehatan menunjukkan vaksin Sinovac yang akan disuntikkan kepada tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, di Jakarta, Kamis (14/1). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
WHO akhirnya menyetujui EUL vaksin corona yang dibuat Sinovac Biotech pada Selasa (1/6/2021). Sinovac pun menjadi vaksin COVID-19 kedua yang diproduksi China yang mendapat pengesahan WHO.
ADVERTISEMENT
Memakai platform inactivated virus, Sinovac adalah vaksin COVID-19 yang paling banyak dipakai di Indonesia sejak Januari 2021. Menurut BPOM, efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac berdasarkan uji klinis III di Bandung yakni 65,3 persen.
Dikutip dari Reuters, panel ahli independen merekomendasikan vaksin Sinovac untuk orang dewasa di atas usia 18 tahun, dengan pemberian dosis kedua 2-4 minggu setelah dosis pertama. Tidak ada batasan usia karena data menunjukkan kemungkinan memiliki efek perlindungan pada orang tua.
Infografik menggunakan 2 vaksin berbeda, apakah boleh? Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
---------------------------------------
Punya pertanyaan seputar vaksin? Cek Vaksinesia.com