Demokrat: Terserah Prabowo, tapi AHY Paling Cocok

6 Agustus 2018 12:01 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orasi AHY #MudaAdalahKekuatan di Djakarta Theater, Jumat malam (3/8). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Orasi AHY #MudaAdalahKekuatan di Djakarta Theater, Jumat malam (3/8). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
“Cawapres bukan harga mati,” ucap Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) usai bertemu Prabowo Subianto dua minggu lalu. Demokrat menegaskan telah menyerahkan sepenuhnya soal pilihan cawapres kepada Prabowo.
ADVERTISEMENT
Hal itu ditegaskan kembali setelah SBY bertemu dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, calon kuat yang diusung PKS dan direkomendasikan oleh GNPF, di Hotel Gran Melia, Jakarta. “Untuk cawapres, kita serahkan kepada capres menghitung mana yang paling baik untuk mengubah bangsa ini," ujar SBY dalam konferensi persnya, Senin (30/7).
Para petinggi Demokrat lainnya lalu kompak mengatakan: Cawapresnya kami serahkan ke Pak Prabowo. Tapi….
Kata “tapi” itu kemudian diikuti usulan kriteria yang pada akhirnya mengarah pada satu nama: Agus Harimurti, penerus klan Yudhoyono.
“Saya kira partai-partai yang punya calon bagus pasti ingin menampilkan calon-calonnya, tapi tentunya harus realistis juga, apakah memiliki suara yang mencukupi atau tidak,” ujar Wasekjen Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin.
Siapa Cawapres Prabowo? (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Siapa Cawapres Prabowo? (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Di lain kesempatan, Kadiv Hukum dan Advokasi DPP Demokrat Ferdinand Hutahaean menilai Prabowo butuh sosok yang mampu menarik dukungan dari ceruk suara yang berbeda.
ADVERTISEMENT
“AHY itu akan membawa elektoral dari pemilih pemula, pemilih perempuan itu akan sangat besar, dan tentu akan membawa pemilih nasionalis, itu akan dibawa AHY untuk menambah elektabilitas Pak Prabowo," katanya.
Meski mengaku tak memasang harga mati dan tidak pernah menyodorkan AHY sebagai cawapres, Demokrat sangat giat memamerkan ikon baru mereka itu sebagai “pemimpin masa depan”.
Di beberapa kesempatan berbeda, kumparan mewawancarai politisi Partai Demokrat Andi Mallarangeng, Wasekjen Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin, Wakil Ketua DPP Demokrat Taufiqqurahman, serta Kadiv Hukum dan Advokasi DPP Demokrat Ferdinand Hutahaean. Berikut beberapa kutipan obrolan tersebut.
Partai-partai mendorong kadernya sebagai cawapres, bagaimana dengan Demokrat?
Didi Irawadi: Saya kira partai-partai yang punya calon bagus pasti ingin menampilkan calon-calonnya. Itu hal yang wajar. Tapi tentu harus realistis juga, apakah memiliki suara yang mencukupi atau tidak.
ADVERTISEMENT
Saya luruskan dulu berita yang ada seolah-olah Pak SBY itu menawar-nawarkan, menyorong-nyorongkan AHY. Tentu itu tidak benar, silakan ditanya ke Pak Prabowo.
Tapi, kami punya kader terbaik yang menjadi ikon partai, menjadi harapan banyak kader se-Indonesia, Mas AHY. Tentunya kami meyakini kader kami (AHY) yang siap untuk bertarung di dalam kontestasi menjadi pemimpin masa depan. Dia juga bisa memberikan efek ekor jas bagi partai.
Kalau kita punya calon, berarti kan memicu semangat kader-kadernya, membangkitkan semangat, menambah keyakinan. Paling tidak jadi tambahan semangat untuk bertarung. Berasa ada kebanggaan punya seorang ikon yang menjadi harapan juga untuk memopulerkan nama partai.
SBY mengatakan menyerahkan keputusan pilihan cawapres ke Prabowo? Kalau bukan AHY, bagaimana?
ADVERTISEMENT
Andi Mallarangeng: Ya, keputusan cawapres kita serahkan ke Pak Prabowo. Dari Demokrat kan ada AHY.
Bisa dilihat dari hasil survei bahwa potensi AHY itu luar biasa untuk menjaring suara kaum milenial yang jumlahnya sangat besar. Elektabilitas AHY sangat baik. Peringkat satu untuk cawapres.
Simulasi di berbagai lembaga survei, baik Jokowi ataupun Prabowo jika dipasangkan dengan AHY maka polingnya akan naik. Di situ kelebihan AHY.
Jadi jika bicara siapa calon yang bisa meningkatkan elektabilitas, rasanya AHY adalah pilihan sangat tepat. Tapi sekali lagi, dalam proses penentuan calon wakil presiden itu fair untuk menyerahkan ke Pak Prabowo. Aspirasi Demokrat tentu saja ada, begitu juga dari PKS dan PAN.
ADVERTISEMENT
Silakan dinilai sendiri, masing-masing ada kekuatan kelebihannya. Tapi mana yang bisa membawa Prabowo menang jadi presiden. Jika Pak Prabowo mau menang, tentu harus mencari yang bisa meningkatkan kemenangan.
Tampaknya AHY akan ditolak partai koalisi lain di kubu Prabowo seperti PKS. Bagaimana?
Ferdinand Hutahaean: Itu hal yang biasa dalam politik bahwa setiap partai memperjuangkan peluang yang lebih besar bagi partainya itu wajar. Jadi apa yang dilakukan PKS itu adalah bagian dari strategi memperjuangkan kepentingan partainya.
Tapi apakah kepentingan partainya itu menjadi seturut dengan kepentingan bangsa dan kepentingan koalisi untuk menang pilpres? Belum tentu.
Prabowo Subianto bersama Presiden PKS Sohibul Iman (kiri) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri (kanan). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto bersama Presiden PKS Sohibul Iman (kiri) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri (kanan). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
Bagi kami, yang dilakukan PKS wajar-wajar saja. Menerima atau menolak rekomendasi itu lumrah dalam politik. Kami juga menerima dan menghargai rekomendasi Ijtima Ulama. Tetapi bagi kami itu tetap hanya sebagai rekomendasi yang tidak mutlak dan bukan harga mati.
ADVERTISEMENT
Demikian juga PKS menyatakan hal-hal seperti itu, tentu itu hanya bagian dari strategi untuk memperjuangkan kepentingan partai. Itu tidak masalah.
Yang penting sekarang bagaimana kita melihat apakah kepentingan itu sejajar, setara, seturut dengan kepentingan partai dan kepentingan kewenangan koalisi.
AHY tidak termasuk dalam rekomendasi Ijtima Ulama. Apakah berpengaruh?
Ferdinand Hutahaean: Memangnya Ijtima Ulama yang memutuskan dengan siapa Prabowo nanti harus berpasangan? Kan tidak. Makanya kepada kawan-kawan Ijtima Ulama, kami minta supaya serahkan saja ke Pak Prabowo. Memangnya kita harus ribut?
Semangat kita itu kan adalah semangat mengganti pemerintahan. Artinya untuk memenangkan pilpres, bukan untuk memenangkan pertarungan memilih cawapres. Itu yang harus dipahami oleh semua pihak.
Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak (kiri) bersama Prabowo Subianto, Zulkifli Hasan, dan Salim Segaf Al-Jufri pada Ijtima Ulama di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak (kiri) bersama Prabowo Subianto, Zulkifli Hasan, dan Salim Segaf Al-Jufri pada Ijtima Ulama di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
Semua partai boleh mengusulkan, boleh merekomendasikan, termasuk GNPF ulama boleh saja merekomendasikan. Kita menghormati arahan para ulama.
ADVERTISEMENT
Tetapi juga harus dikembalikan kepada keinginan masyarakat secara umum, karena yang berkompetisi ini kan bukan cuma GNPF Ulama. Banyak kelompok di luar mereka, ada partai politik.
Soal keputusan serahkan saja ke Prabowo sebagai capresnya. Masa kita anggap beliau mampu memimpin, tapi tidak mampu memilih wakilnya siapa.
Walaupun PA 212 dan GNPF bilang tutup pintu buat AHY?
Ferdinand Hutahaean: Kalau GNPF menutup pintu buat AHY ya nggak masuk akal bagi kami. Karena AHY tidak pernah melamar atau mendaftar cawapres ke GNPF, untuk apa menutup pintu bagi AHY.
Semangatnya sebetulnya GNPF Ulama ini mau memenangkan pilpres atau mau memenangkan perebutan cawapres?
Demokrat yang bertemu dengan Gerindra, SBY bertemu dengan Prabowo. Prabowo-lah yang memutuskan siapa yang akan diambil sebagai wakilnya. Dari Demokrat tetap sikapnya seperti itu.
Tarik Ulur Koalisi Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tarik Ulur Koalisi Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Kita serahkan keputusannya ke Pak Prabowo, sudah paling betul itu. Jangan jadi persoalan sama koalisi. Kalau PKS masih ngomong ini-itu ya ujung-ujungnya nanti pasti akan menerima keputusan Pak Prabowo.
ADVERTISEMENT
Kalau PKS masih membangun narasi-narasi begitu, menutup pintu segala macem untuk AHY, memangnya AHY pernah melamar menjadi cawapres? AHY tidak pernah melamar menjadi cawapres ke PKS.
Tidak pernah AHY melamar menjadi cawapres ke GNPF MUI, jadi kalau bilang menutup pintu ya apanya yang ditutup?
Bagaimana sikap Demokrat jika cawapres bukan AHY dan dari luar Demokrat?
Taufiqqurahman: Saya tidak bisa menjawab apa yang belum terjadi ya. Artinya menurut saya itu, memilih AHY itu rasional banget.
Sekarang begini, apa alat yang paling scientific yang bisa menjelaskan tentang elektabilitas seseorang? Survei kan? Survei ini ada pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup, dan seterusnya. Nah, dari semua survei nama AHY ini muncul kok, dan hasilnya tinggi untuk cawapres.
ADVERTISEMENT
Artinya bukan hanya karena dia anaknya Pak SBY, bukan karena dia putera mahkota. Tapi memang karena rakyat mau dia.
Dia (AHY) ini kan ajaiblah. Baru muncul sekali di Pilkada DKI, dia kalah dan cuma melengkung aja sedikit, lalu balik lagi, kenceng lagi. Dia keliling di lebih dari 120-an kota dan kabupaten di 23 provinsi setelah dia kalah pilkada.
Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Instagram @penggemarahy)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Instagram @penggemarahy)
Ferdinand Hutahaean: Yang penting Partai Demokrat menunggu takdir. Kalau AHY dipilih, maka partai Demokrat akan all out, mati-matian, kalau perlu berdarah-darah untuk mengangkat AHY dan pasangannya di Pilpres 2019.
Kalaupun AHY tidak dipilih, Demokrat pasti all out memenangkan Prabowo karena kita mau ganti presiden kok. Terkait dengan kepentingan elektoral pada coattail effect segala macam, kami menyadari betul.
ADVERTISEMENT
Tetapi Partai Demokrat sudah menyiapkan kader-kadernya yang mumpuni yang kita harap mampu mengambil suara di pileg nanti. Terlepas dari Demokrat punya cawapres atau tidak, kita meyakini Demokrat dan caleg-calegnya akan mampu mengumpulkan suara di atas 10 persen.