Dispar Bali Tanggapi Santai Kebijakan Australia soal Virus Flu Babi

26 Desember 2019 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kandang Babi Foto: JinhoLee/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kandang Babi Foto: JinhoLee/Pixabay
ADVERTISEMENT
Dinas Pariwisata (Dispar) Bali menanggapi santai kebijakan pemerintah Australia mengenai virus flu babi yang terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dilansir The Sydney Morning Herald, pemerintah Australia memperketat pengawasan di bandara dengan melakukan skrining mendalam bagi warga negaranya yang baru saja mengunjungi Indonesia, terutama Bali. Pengawasan juga diperketat dengan menyediakan anjing pencium dan ahli kesehatan.
Pengawasan ini dilakukan karena Indonesia sudah dilanda virus flu babi . Virus itu pertama kali terdeteksi di China pada Agustus lalu.
Kadispar Bali Putu Astawa memaklumi kebijakan Negeri Kanguru itu. Dia menilai kebijakan tersebut diambil karena tingkat kepedulian Australia di bidang kesehatan.
“Saya kira itu memang prosedur negaranya, kalau mereka punya kewaspadaan. Menurut saya itu protap biasa. Karena mereka enggak tahu bahwa Sumatera dan Bali itu jauh. Jadi, akibatnya antisipasi. Itu saja, apa lagi negaranya memiliki konsen terhadap isu kesehatan, biasalah,” kata Astawa saat dihubungi wartawan, Kamis (26/12).
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, virus flu babi ditemukan di Sumatera Utara. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memastikan virus itu belum menyerang manusia.
Bali Bebas Flu Babi
Sementara Kadis Peternakan Bali I Wayan Mardiana mengatakan, hingga saat ini, Bali bebas dari virus flu babi. “Masih bebas. Belum ada,” kata Mardiana saat dihubungi.
Dinas Peternakan Bali juga telah melakukan antisipasi. Antara lain dengan membakar atau memusnahkan makanan sisa dari turis atau maskapai yang masuk ke Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Makanan itu tidak boleh sampai jatuh kepada peternak babi di Bali. Aturan sudah berlaku sejak awal Desember 2019 lalu.
“Sebenarnya penularan ini lewat sisa-sisa makanan dari negara Afrika. Lalu, pertama kita minta maskapai penerbangan maupun otoritas bandara agar semua pesawat sisa-sisa makanan yang dari negara virus itu harus dimusnahkan di bandara," jelas Mardiana.
ADVERTISEMENT
"Tidak boleh dibawa turun apalagi dibuang ke TPA. Dan mereka sudah sanggup dan surat pernyataan juga sudah ada. Cuma itu saja, yang penting sisa makanan dari pesawat tidak dimanfaatkan oleh peternak,” tambahnya.
Mardiana mengungkapkan, di Bali ada sebanyak 890 ribu ekor babi yang tersebar di 8 kabupaten dan satu kota. Kepada peternak babi juga telah diberi sejumlah imbauan, baik masalah makanan hingga penanganan saat babi sakit.
“Apabila ada ternak yang sakit segera melaporkan kepada petugas teknis setempat, tidak boleh menjual ternak yang sakit. Larangan menggunakan sisa-sisa makanan sembarangan. Kemudian melakukan sanitasi kandang dan melakukan vaksinasi kolera pada ternak babinya dan petugas teknis di kabupaten pengawasan terhadap peternak Babi yang masih menggunakan sisa-sisa makanan Horeka (hotel, restoran, dan katering),” kata dia.
ADVERTISEMENT
Peternak yang masih mengandalkan sumber makanan dari Horeka ini berada kawasan pariwisata seperti di Kabupaten Tabanan Gianyar, Badung, Klungkung, dan Kota Denpasar.
Selain itu Mardiana menyarankan peternak harus memasak hingga matang makanan sisa yang akan diberikan kepada babi agar tidak terjangkit virus.
“Kalau menggunakan sisa makanan dari Horeka lakukan pemasakan dengan suhu di atas 70 derajat Celcius selama 30 menit. Harus masak sisa makanan jangan mentah-mentah diberikan pada ternak babi,” tutupnya.