Dituduh Gerus Suara Partai Demokrat, Capres Jill Stein: Itu Propaganda

6 November 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon presiden dari Partai Hijau Jill Stein berbicara kepada media selama rapat umum di Dearborn, Michigan, AS, Minggu (6/10/2024). Foto: Rebecca Cook/ REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Calon presiden dari Partai Hijau Jill Stein berbicara kepada media selama rapat umum di Dearborn, Michigan, AS, Minggu (6/10/2024). Foto: Rebecca Cook/ REUTERS
ADVERTISEMENT
Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Hijau, Jill Stein, merespons tuduhan yang menyebutnya perusak kantong suara partai pengusung Kamala Harris, Demokrat, dalam Pemilu AS 2024.
ADVERTISEMENT
Dia tak mengambil pusing bahwa partainya akan menguntungkan perolehan suara capres dari Partai Republik, Donald Trump.
Mengutip AFP, sosok yang keras mengkritik dukungan AS kepada Israel itu menilai tuduhan terhadapnya sebagai propaganda.
“Ini adalah propaganda yang menguntungkan diri sendiri,” ujarnya di Dearborn, rumah bagi konsentrasi terbesar penduduk keturunan Timur Tengah di Amerika Serikat, Rabu (6/11) waktu setempat.
Menurut Stein, branding yang diberikan kepada dirinya itu justru secara tak langsung menyalahkan pemilih dalam mengekspresikan nilai yang mereka miliki dan dukung dalam pilpres 2024 ini.
“Mereka pada dasarnya mencoba menyalahkan dan mempermalukan para pemilih karena menjalankan nilai-nilai mereka dan berpartisipasi dalam kompetisi yang seharusnya diwakili oleh pemilu,” sambungnya.
Mantan anggota DPR AS dan ketua kampanye Harris, Cedric Richmond, berbicara dalam acara malam pemilihan Wakil Presiden AS dan calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, di Universitas Howard, Washington, DC, pada 6 November 2024. Foto: Mandel Ngan/AFP
Stein sendiri pernah maju sebagai calon presiden pada 2012 dan 2016 serta sebagai calon gubernur Massachusetts. Namun semuanya gagal sehingga dia mengaku tak terbiasa dengan dukungan yang didapatkan pada 2024.
ADVERTISEMENT
Wanita keturunan Yahudi ini mengangkat isu anti-genosida, pro-pekerja, darurat iklim bersama partainya di pilpres AS kali ini.
“Saya tidak terbiasa dengan orang-orang yang mendatangi saya di jalan, orang asing menangis, berpelukan, dan berterima kasih kepada saya karena telah mencoba menyelamatkan keluarga mereka,” sebut Stein.
Wanita berusia 74 tahun ini justru menjadikan latar belakangnya sebagai kekuatan utama. Terutama dalam menyikapi isu genosida Israel ke penduduk di Palestina.
Dia bahkan memegang teguh prinsip filosofis tentang kehidupan setelah genosida, sebagaimana dirinya adalah bagian dari komunitas penyintas Holocaust.
“Di lingkungan saya, jawabannya adalah [apakah ada kehidupan setelah genosida], kami meneguhkan kehidupan setelah genosida dengan memutuskan bahwa kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi. Induk dari semua penyakit adalah sistem politik kita yang sakit,” tutur Stein.
ADVERTISEMENT