Ejekan di Medsos Berujung Tawuran Geng Motor di Jaktim: 1 Tewas, 4 Ditangkap

2 Agustus 2021 15:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi diborgol. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diborgol. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Tawuran antar geng motor terjadi di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur pada 19 Juli 2021. Insiden itu menewaskan satu orang anggota geng yang masih berusia 16 tahun.
ADVERTISEMENT
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan dari kasus itu Polda Metro Jaya menangkap empat orang. Satu di antaranya masih di bawah umur.
"Pertama HP, TM, dan STC, tiga pelaku ini. Juga masih ada DPO (daftar pencarian orang) yang kita masih kejar," kata Yusri, Senin (2/8).
Pelaku yang disebutkan itu bukan yang di bawah umur. Pelaku di bawah umur juga tidak dihadirkan dalam konferensi pers.
Dalam penangkapan, polisi menyita sejumlah senjata tajam berupa celurit. Senjata itu kerap digunakan oleh geng tersebut setiap beraksi.
"Modusnya sama ejek-ejekan di medsos dan berkumpul dan menantang geng motor lain di suatu tempat. Ditentukan jamnya bahkan dikasih kode jam 4R, R itu artinya ready. Kode menantang di sana. Sehingga bertemu di Duren Sawit kemudian mereka tawuran dengan senjata tajam," kata Yusri.
ADVERTISEMENT
Para pelaku dijerat dengan Pasal 170 ayat 2 kedua e dan ketiga e dan Pasal 358 KUHP. Yusri bilang, mereka terancam hukuman 12 tahun penjara.

Minta Orang Tua Awasi Anak

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus memberikan keterangan pers atas gelar perkara kasus kerumunan acara di Petamburan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (10/12). Foto: Rachman/ANTARA FOTO
Keberadaan anak di bawah umur dalam kasus tawuran antar geng motor menghadirkan keprihatinan. Sebab terjadi di masa pandemi corona yang seharusnya aktivitas di luar rumah terbatasi.
Yusri mengatakan peristiwa ini harus jadi pelajaran bagi setiap orang tua. Menurut dia pengawasan terhadap aktivitas anak harus dilakukan apalagi saat ini sekolah masih dilakukan secara online sehingga banyak anak-anak mencari eksistensi di luar sekolah.
"Pembelajaran untuk orang tua karena kita tahu di masa pandemi kan mereka engga sekolah offline jadinya mereka eksis dalam satu kelompok geng. Perlunya pengawasan orang tua di sini. Ini paling utama karena sebagian besar pelaku adalah anak di bawah umur, bahkan korban yang meninggal dunia umurnya 16 tahun," kata Yusri.
ADVERTISEMENT
Parahnya, eksistensi yang didapat dari geng motor bukan melalui hal positif. Tapi kebalikannya dengan membuat onar. Hal itu mereka lakukan dalam kondisi di bawah pengaruh minuman keras.
"Mereka cari eksis untuk diakui geng mereka. Diakui sesama geng motor lain. Mereka tidak segan melukai bahkan membunuh untuk mengangkat derajat gengnya. Ini yang perlu bersama kita atasi anak kita," kata Yusri.
Di sisi lain, kepolisian, kata Yusri juga akan tetap melakukan patroli siber maupun lapangan untuk mengantisipasi terjadinya tawuran.
"Kita juga masih melakukan patroli di dunia maya. Karena ada akun-akun mereka yang kita tahu dan antisipasi," kata Yusri.