Fakta Sebenarnya Nelayan di Aceh Divonis 5 Tahun Bui karena Selundupkan Rohingya

17 Juni 2021 20:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi etnis Rohingya berada di atas kapal KM Nelayan 2017.811 milik nelayan Indonesia di pesisir Pantai Seunuddon, Aceh Utara, Aceh, Ra Foto: Rahmad/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi etnis Rohingya berada di atas kapal KM Nelayan 2017.811 milik nelayan Indonesia di pesisir Pantai Seunuddon, Aceh Utara, Aceh, Ra Foto: Rahmad/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Jagat maya kini dibuat heboh dengan adanya pemberitaan 3 nelayan warga Aceh dan satu warga Rohingya divonis 5 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lhoksukon, Aceh Utara.
ADVERTISEMENT
Informasi yang beredar di media sosial itu lebih menekankan ke 3 nelayan yang divonis penjara padahal mereka telah menyelematkan pengungsi Rohingya yang terkatung-katung pada Juni 2020 di Aceh Utara. Bagaimana fakta sebenarnya kasus dan kejadian itu?
24 Juni 2020 Semua berawal pada 24 Juni 2020. Pada saat itu, ada 99 warga Rohingya terdampar di Pantai Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara. Sejumlah nelayan dan warga membantu menurunkan mereka, termasuk tiga nelayan itu yang bernama Abdul Aziz, Faisal Afrizal, dan Afrijal alias Raja.
Para pengungsi Rohingya itu ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Gampong Punteut Kecamatan Blang Mangat, Kabupaten Aceh Utara. Semuanya jalani tes antigen dan hasilnya negatif COVID-19.
26 Juni 2020 Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengeluarkan press release akan menyelidiki terkait dugaan unsur penyelundupan orang dan perdagangan manusia dalam peristiwa itu. Sebab, dilaporkan sekitar 15 orang lainnya dilaporkan telah meninggal selama berada di laut.
ADVERTISEMENT
"Penyelundupan orang dan perdagangan manusia adalah kejahatan yang harus dihentikan dan penanganannya memerlukan kerja sama kawasan dan internasional," ujar Retno, pada saat itu.
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya dikenakan masker saat ditarik dari tengah laut menuju pesisir Bayu, Aceh Utara, Aceh, Rabu (24/6). Foto: Rahmad/ANTARA FOTO
Retno menambahkan, jika pengusutan itu tidak dilakukan, maka perjalanan laut yang dilakukan oleh para pengungsi Rohingya dipastikan akan terus terjadi. Juli-Agustus-September 2020 Polisi mulai menyelidiki adanya dugaan penyelundupan terhadap warga Rohingya itu. Ditreskrimum Polda Aceh mulai melakukan penyelidikan. 27 Oktober 2020
Kepolisian Daerah (Polda) Aceh mengungkapkan sebanyak 99 imigran Rohingya yang terdampar di Aceh pada 24 Juni silam, ternyata sengaja diselundupkan oleh kelompok sindikat penyelundupan manusia yang kini telah diamankan di Mapolda Aceh.
Direskrimum Polda Aceh pada saat itu, Kombes Sony Sonjaya, mengatakan institusinya telah mengamankan empat orang tersangka mereka adalah tiga warga Aceh Utara yang juga nelayan, Abdul Aziz, Faisal Afrizal, dan Afrijal alias Raja. Dan satu warga Rohingya bernama Shahad Deen Keempatnya diduga kelompok sindikat penyelundupan manusia.
ADVERTISEMENT
“Polda Aceh mengungkapkan adanya unsur tindak pidana penyelundupan manusia, terhadap 99 etnis Rohingya yang terdampar di Aceh pada 22 Juni lalu. Dalam kasus ini masih ada dua pelaku lagi diduga terlibat, keduanya sudah lari dan masuk daftar DPO masing-masing berinisial AJ dan AR,” kata Sony dalam konferensi pers di Polda Aceh, Selasa (27/10). 14 Juni 2021 dan 16 Juni 2021
Majelis hakim Pengadilan Negeri Lhoksukon, Aceh Utara, menjatuhkan vonis 5 tahun penjara masing-masing ke empat orang tersangka penyelundupan itu. Mereka juga didenda Rp 500 juta karena terbukti telah menyelundupkan puluhan warga Rohingya ke perairan Indonesia via Aceh Utara.
Vonis mereka dibacakan secara terpisah oleh majelis hakim. Abdul Aziz, Faisal Afrizal, dan Afrijal alias Raja vonisnya dibacakan pada Senin (14/6).
ADVERTISEMENT
Sedangkan seorang warga Rohingya, Shahad Deen, divonis pada Rabu (16/6). Mereka disidang dalam berkas perkara berbeda.
Vonis itu diputuskan hakim lantaran dalam persidangan mereka terbukti melakukan tindak pidana penyelundupan manusia. Penyelundupan itu dilakukan pada Juni 2020 atas 99 orang pengungsi Rohingya.
Kapal nelayan (kiri) mengikat kapal yang ditumpangi pengungsi etnis Rohingya untuk ditarik dari tengah laut menuju pesisir Bayu, Aceh Utara, Aceh, Rabu (24/6). Foto: Rahmad/ANTARA FOTO
Dalam vonis yang dibacakan majelis hakim sembari mengutip sedikit dakwaan, Shahad Deen bersama Adi Jawa dan Anwar, yang kini masih buron, menyuruh Abdul Aziz, Faisal Afrizal, dan Afrijal alias Raja menjemput dan membawa rombongan etnis Rohingya dari tengah laut ke Kuala Idi, Aceh Timur. Mereka diberi upah yang dihitung Rp 1,6 juta per orang dewasa.
Setelah menyepakati upah, Faisal menyewa sebuah kapal dari Toke Rani senilai Rp10 juta. Biaya sewa kapal ditransfer Anwar Rp 5 juta, sementara sisanya diberikan seusai kapal dibawa tiba kembali ke daratan.
ADVERTISEMENT
Faisal, Abdul Aziz, dan Afrijal alias Raja menggunakan kapal sewa itu berangkat ke tengah laut atau ke titik koordinat yang diberikan Anwar. Pada Minggu (21/6/2020) sekitar pukul 03.00 WIB, mereka tiba di sana dan merapat ke kapal yang membawa rombongan 99 pengungsi Rohingya.
Sekitar pukul 04.00-05.00 WIB, rombongan pengungsi terdiri atas 16 laki-laki dewasa, 32 perempuan, dan 51 anak-anak dipindahkan ke kapal yang dibawa Faisal. Kapal itu kemudian berlayar menuju Kuala Idi, Aceh Timur.
Namun kapal itu mengalami kerusakan dan mati mesin di sekitar perairan Jambo Air, Aceh Utara, atau sekitar 75 mil dari Kuala Idi. Pada Senin (22/6/2020) sore, kapal itu ditarik ke bibir pantai dengan bantuan kapal pancing ikan yang melintas. Dinihari pada Selasa besoknya, kapal itu sudah berada sekitar 4 mil dari bibir pantai.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa sore, kapal tersebut ditarik oleh kapal bantuan pemerintah ke pantai Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara. Sebanyak 99 pengungsi Rohingya itu kemudian diturunkan ke darat dan ditangani pemerintah.
Dalam persidangan terungkap bahwa Faisal menerima uang Rp 7 juta dari Anwar yang digunakan untuk biaya operasional penjemputan. Uang itu juga dibagikan masing-masing Rp 500 ribu untuk Faisal, Afrijal alias Raja, dan Abdul Aziz.
Anwar juga mengirimkan uang ke Faisal senilai Rp 4 juta melalui rekening istrinya. Sementara Abdul Aziz dan Afrijal juga ditransfer masing-masing sebesar Rp 1 juta.