Fenomena Eyang Ibung dan Peringatan BMKG

3 Agustus 2019 17:58 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kampung Bojong, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8). Foto: ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kampung Bojong, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8). Foto: ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki
ADVERTISEMENT
Eyang Ibung menjadi trending topic. Postingannya soal gempa mendadak viral dan menyebar di media sosial.
ADVERTISEMENT
Entah siapa orang di balik akun ini, postingannya yang seperti memberi peringatan beberapa jam sebelum gempa Sumur, Banten terjadi, menjadi perbincangan.
Dan entah kebetulan atau tidak, berlanjut setelah gempa Banten, postingannya soal gempa tengah malam juga dikaitkan dengan gempa 4,4 M yang melanda Sukabumi pada Sabtu (3/8) dini hari.
Apa yang terjadi pada Eyang Ibung dan sejumlah orang lainnya yang meramal gempa ini tak luput dari perhatian Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
BMKG memberi penjelasan, gempa tak bisa diprediksi oleh siapapun. Bukan apa-apa, ramalan-ramalan soal gempa mengakibatkan munculnya isu-isu liar soal bencana gempa.
Bahkan, sampai berkembang di media sosial bahwa akan terjadi gempa besar berkekuatan M 9,0 pasca terjadinya gempa Banten M 6,9. BMKG pun memberi penjelasan soal ini.
ADVERTISEMENT
"Isu yang berkembang tersebut tidak benar, karena peristiwa gempa bumi hingga saat ini belum dapat diprediksi oleh siapapun, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya," jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangannya.
Rahmat menjelaskan, gempa bumi terjadi akibat deformasi batuan yang terjadi secara tiba-tiba pada sumber gempa yang sebelumnya mengalami akumulasi medan tegangan (stress) di zona tersebut.
"Pengaruh penjalaran stres untuk proses selanjutnya secara kuantitatif masih sulit untuk diketahui. Teori yang berkembang saat ini baru dapat menjelaskan bahwa sebuah gempabumi utama dapat membangkitkan atau memicu aftershocks dan masih sulit untuk memperkirakan gempa besar rentetannya seperti beberapa kasus gempabumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempabumi tektonik dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan), dan seterusnya," beber Rahmat.
Gempa di Banten. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Rahmat meminta masyarakat agar tetap tenang namun waspada dan tidak percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
ADVERTISEMENT
"Dan yang lebih penting dan urgent adalah melakukan langkah-langkah mitigasi terkait kesiapan sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa bumi. Siapkan bangunan rumah Anda sesuai dengan konstruksi aman gempa, siapkan perabotan-perabotan yang kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara saat terjadi gempa, siapkan jalur evakuasi yang aman di lingkungan tempat tinggal anda, selanjutnya agar terus berlatih untuk evakuasi mandiri, dan terus monitor @infobmkg baik melalui sosial media, mobile Apps, website, ataupun kanal-kanal resmi BMKG," tutup dia.