Prabowo menghadiri Rakernas Gerindra

Gerindra Target Prabowo Dua Periode, Pasang Taktik Agresif di Pilkada

29 Juli 2024 18:47 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pilkada 2024 pada akhir November bakal jadi cerminan ambisi Gerindra untuk berkuasa dua periode. Di setiap daerah, partai besutan presiden terpilih Prabowo Subianto itu memasang kadernya guna ikut bertarung memperebutkan kursi kepala daerah. Minimal, kader Gerindra bisa mengisi jabatan wakil.
Berdasarkan surat rekomendasi Gerindra di sejumlah wilayah strategis, beberapa kadernya, termasuk orang-orang dekat Prabowo, dipastikan bakal berlaga di pilkada. Pada Pilgub Banten, misalnya, Ketua DPRD Banten yang juga Ketua DPD Gerindra Banten, Andra Soni, dipercaya maju sebagai cagub. Ia dipasangkan dengan politikus PKS Achmad Dimyati Natakusumah meski PKS bukan sekutu Prabowo di Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Duet Andra-Dimyati rencananya akan disokong berbagai partai selain Gerindra dan PKS, yakni PAN, Demokrat, PSI, PKB, NasDem, PPP, dan Garuda. Artinya, koalisi warna-warni yang tak memandang sekutu maupun seteru pada Pilpres 2024 yang baru lima bulan berlalu. Koalisi silang ini disebut Koalisi Banten Maju (KBM).
“Masih terbuka pintu untuk bergabung dalam Koalisi Banten Maju bersama Andra Soni dan Dimyati Natakusumah,” ujar Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, akhir Juni 2024.
Andra Soni-Achmad Dimyati di kantor DPP NasDem. Foto: NasDem
Perjodohan Andra Soni-Dimyati Natakusumah tak terjadi secara kilat. Sumber kumparan yang mengetahui proses itu mengatakan, Dimyati yang semula ingin maju sebagai calon gubernur dilobi oleh Sufmi Dasco Ahmad—Ketua Harian DPP Gerindra yang berasal dari dapil Banten—guna merelakan posisi cagub untuk Andra Soni.
Pada akhirnya Dimyati bersedia mengalah sehingga terwujudlah duet Andra-Dimyati sebagai kandidat cagub-cawagub Banten yang dipersiapkan Gerindra untuk melawan pasangan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi usungan Golkar dan PDIP—dua partai yang juga berseberangan di Pilpres 2024.
“Kita lihat saja siapa yang akan menang. Tentunya yang bekerja lebih banyak disukai oleh masyarakat,” kata Dasco, optimistis Andra-Dimyati berpeluang menumbangkan dinasti Ratu Atut di Banten.
Prabowo Subianto dan Bobby Nasution. Foto: Dok. Partai Gerindra
Di Sumatera Utara, Gerindra juga mengusung kadernya sendiri yang tak lain adalah Bobby Nasution, menantu Presiden Jokowi yang baru dua bulan bergabung dengan Gerindra setelah dipecat PDIP.
Selain Gerindra, ada enam partai lain yang juga mendukung Bobby sebagai calon gubernur, yakni Golkar, PAN, Demokrat, NasDem, PKB, dan PKS. Pada Pilgub Sumut ini, Gerindra menyerahkan posisi cawagub kepada Golkar sebagai mitra koalisinya.
Sementara itu, di Pilwalkot Bandung, Prabowo memilih eks sekretaris pribadinya, Ridwan Dhani Wirianata, sebagai bakal calon. Pun begitu, penunjukan ini menuai protes dari 20 Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerindra Kota Bandung. Mereka keberatan karena nama Ridwan Dhani diambil tanpa melalui proses penjaringan di daerah.
Kembali ke tingkat provinsi, di Jawa Barat belum diputuskan siapa yang bakal diusung Gerindra sebagai cagub. Gerindra tampak masih menimbang antara mengajukan Dedi Mulyani, kadernya sendiri yang mantan politisi Golkar, atau Ridwan Kamil yang rencananya hendak diusung Golkar.
Meski demikian, Golkar sendiri belum memberi kepastian kepada Kang Emil—sapaan Ridwan Kamil—apakah hendak mencalonkannya di Pilgub Jawa Barat atau membawanya ke Pilgub Jakarta untuk berhadapan dengan Anies Baswedan.
Prabowo bersama Khofifah dan Emil Dardak di kediamannya, Jl. Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Juni 2024. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA
Bergeser ke Jawa Timur, di provinsi ini Prabowo memutuskan untuk mengusung Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang sebelumnya telah berduet memimpin Jawa Timur pada periode Februari 2019–Februari 2024. Baik Khofifah maupun Emil bukanlah kader Gerindra. Khofifah kader PKB, sedangkan Emil kader Demokrat.
Walau demikian, Khofifah dianggap sebagai salah satu orang dekat Prabowo. Semasa kampanye pilpres, Khofifah didapuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Daerah (TKD) Jawa Timur Prabowo-Gibran, anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, sekaligus Juru Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.
Di Jatim, berdasarkan rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran menang telak dengan mengantongi 16,7 juta suara, jauh di atas Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang masing-masing hanya meraup 4,4 juta suara.
Irjen Ahmad Luthfi. Foto: Humas Polda Jateng
Sementara di Jateng, Gerindra memilih Irjen Ahmad Lutfhi sebagai cagub. Lutfhi ialah Kapolda Jawa Tengah periode 2020–2024 yang kini dimutasi menjadi Perwira Tinggi Inspektorat Pengawasan Umum (Pati Itwasum) Polri untuk penugasan di Kemendag.
Luthfi santer dikabarkan mendapat sokongan Jokowi—yang disebut-sebut memiliki tujuan sama dengan Prabowo untuk meruntuhkan pengaruh PDIP di Jateng yang selama ini dikenal sebagai “kandang banteng”.
Beralih ke Jakarta yang tetap dianggap wilayah kunci, Gerindra terlihat berhati-hati dalam menentukan cagub. Sejumlah elite Gerindra mendorong nama Ridwan Kamil, tapi masih terhalang niat Golkar yang ingin memasang RK di Jabar.
Menurut sumber di internal KIM, Gerindra masih mengupayakan maju bersama koalisi Prabowo di Pilgub Jakarta. Di sisi lain, Koalisi Indonesia Maju juga disebut masih wait and see terhadap pencalonan Anies Baswedan yang sejauh ini sudah mengantongi dukungan NasDem, PKB dan PKS (partai-partai anggota Koalisi Perubahan di pilpres).

Kepala Daerah, Pion Gerindra Menuju 2029

Prabowo Subianto hadiri Deklarasi Penerus Negeri di Jakarta, 28 Oktober 2023. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Pengamat komunikasi politik Universitas Brawijaya, Prof. Anang Sujoko, melihat Gerindra ingin mengambil peran yang lebih dominan di Pilkada 2024, khususnya karena partai ini adalah parpol utama pengusung Prabowo, sang presiden terpilih.
Anang yakin Gerindra akan menggerakkan mesin politiknya secara maksimal demi memenangi pilkada di berbagai daerah, terutama wilayah yang dianggap memiliki posisi strategis di masa depan.
“Mesin politik Gerindra saat ini betul-betul mempersiapkan pasukan-pasukan yang luar biasa dalam rangka memasuki dan menguasai (merebut suara di) daerah-daerah,” kata Anang kepada kumparan, Kamis (25/7).
Menurut lelaki yang memperoleh gelar doktor di University of South Australia itu, ada dua cara untuk bermain lebih dominan di pilkada, yakni dengan mengajukan kadernya sebagai calon kepala daerah, atau dengan mengusung kader partai lain yang sejalan dengan rekomendasi internal Gerindra.
Kedua cara itu lazim digunakan oleh berbagai partai, termasuk Gerindra yang aktif mengusung kader internal orang dekat Prabowo di berbagai daerah. Kader-kader ini dapat diibaratkan sebagai pion Gerindra untuk mengamankan posisi Prabowo di Pemilu 2029.
Gerindra usung eks ajudan Prabowo, Rudy Susmanto, dalam Pilkada Kabupaten Bogor. Foto: kumparan
Sumber di internal Gerindra menyebut bahwa dalam pembahasan strategi pilkada, Prabowo sudah mengeluarkan instruksi untuk memenangkan pilkada demi terwujudnya pemerintahan dua periode.
Masih menurut sumber yang sama, terdapat tiga jalur rekomendasi yang diinstruksikan Prabowo di pilkada:
Prabowo dan Bobby Nasution (kanan) dalam Deklarasi Relawan Barisan Pengusaha Pejuang di Jakarta, Rabu (8/11/2023). Foto: Zamachsyari/kumparan

Insting Prabowo Lebih Penting dari Elektabilitas Calon

Tak semua kandidat yang diusung Gerindra memiliki elektabilitas tinggi, padahal elektabilitas merupakan salah satu indikator kemenangan. Sumber di internal Gerindra mengamini bahwa elektabilitasi dari hasil survei bukanlah faktor mutlak yang diperhitungkan Prabowo dalam memilih calon. Yang penting, menurutnya, ialah insting Prabowo terhadap calon tersebut, apakah ia sekiranya berpotensi atau tidak.
Sumber itu menyebut, insting Prabowo dulu juga berujung pada keputusannya mengusung Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilgub DKI Jakarta 2017 dan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Pilgub Jabar 2018. Padahal, ketika itu elektabilitas Anies-Sandiaga dan Sudrajat-Syaikhu di bawah rival-rival mereka.
Kala itu, pada akhirnya Anies-Sandi berhasil mengalahkan Ahok-Djarot dan AHY-Sylvi, namun Sudrajat-Syaikhu kalah dari Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Menurut Media Survei Nasional (Median), kemenangan Anies di Pilgub DKI Jakarta 2017 ditopang oleh gerakan kelompok 212 yang dikenal lewat Aksi Bela Islam-nya.
Sementara Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memandang, serangan udara Gerindra pada pekan-pekan terakhir yang membombardir medsos dengan pesan-pesan Prabowo ikut mematenkan kemenangan Anies-Sandi.
Prabowo menyapa peserta Reuni 212 di Monas, Jakarta, 2 Desember 2018. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sentimen emosional Prabowo yang lebih penting dari faktor elektabilitas calon dipandang Prof. Anang sebagai indikasi tingginya kepercayaan diri Gerindra menghadapi pilkada, yang menurutnya sudah condong kepada “chauvinisme”.
Sentimen emosional itu pula yang Anang lihat saat Gerindra membentuk poros baru di Banten untuk melawan Airin. Padahal, calon yang diusung Gerindra, Andra Soni, bahkan tak masuk dalam bursa cagub Banten versi survei Litbang Kompas 15–20 Juni 2024. Sementara Airin berdasarkan survei itu justru meraih elektabilitas tertinggi (38,3%) disusul Wahidin Halim (18,1%) dan Rano Karno (16,5%).
Dasco menyatakan, elektabilitas Andra Soni bisa berubah dan bertambah seiring waktu. Masih ada tiga bulan lagi sebelum pencoblosan pilkada pada 27 November 2024. Apalagi, ujarnya, selama ini Andra Soni rajin turun menemui konstituen di akar rumput.
“Andra Soni itu bukan orang baru di Banten. Dia Ketua DPRD Banten, daerah di mana Gerindra dua kali jadi pemenang pemilu (2019 dan 2024). Dan dia Ketua Gerindra Banten yang tentu punya basis cukup kuat,” kata Dasco.
Pentolan Gerindra itu menambahkan, “Di Gerindra, banyak yang seperti Andra Soni—tidak suka mempublikasikan diri, tetapi di masyarakat dikenal karena sering turun ke bawah.”

Golkar Yakin Prabowo Akan Adil kepada Kawan Koalisi

Taktik Gerindra yang agresif dalam pilkada diyakini sekutu dan seteru kuatnya, Golkar, tak akan berpengaruh kepada distribusi jabatan dalam pemerintahan Prabowo. Golkar percaya Gerindra dapat berlaku adil terhadap seluruh parpol anggota Koalisi Indonesia Maju.
Golkar pun tak mempersoalkan posisinya yang berhadapan dengan Gerindra di sejumlah pilkada. Golkar berpendapat, setiap parpol memiliki kedaulatan masing-masing dalam menentukan sikap dan strategi dalam pilkada.
Menurut Wakil Ketua Umum Golkar Melchias Markus Mekeng, partainya pun sudah dari jauh hari merancang strategi untuk menghadapi Pilkada 2024. Bahkan sebelum Pilpres dan Pileg 2024 dimulai.
“Calon-calon (Golkar) itu sudah diberikan surat tugas [sejak awal] untuk melakukan sosialisasi. Jadi itu tidak ujug-ujug,” kata Mekeng, Jumat (26/7).
Sosialisasi dari kandidat-kandidat calon usungan Golkar juga disurvei secara periodik untuk menunjukkan efektivitas sosialisasi mereka. Itu sebabnya, menurut Mekeng, calon kepala daerah dari Golkar sudah disiapkan sebaik mungkin.
Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto. Foto: Instagram/@prabowo
Meski berseteru di sejumlah pilkada, Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sesungguhnya menjalin komunikasi intens terkait Pilkada 2024.
Ketua Dewan Pembina Bappilu Golkar Idrus Marham mencontohkan, Golkar justru mendukung Bobby Nasution—yang kini kader Gerindra—di Pilgub Sumut dan malah membatalkan rencana pencalonan kader mereka sendiri, Musa Rajekshah (Ijeck) yang merupakan Wagub Sumut 2018–2023 dan Ketua DPD Golkar Sumut.
Idrus yakin hubungan Golkar dan Gerindra akan langgeng hingga Pemilu 2029 karena mereka sudah menyiapkan beberapa beberapa skenario jangka panjang.
Prabowo pada Rakornas Gerindra di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten