Hikayat Ganja Thailand yang Pernah Jadi Idola

29 Januari 2019 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tanaman Ganja (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tanaman Ganja (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Amandemen undang-undang yang berujung legalisasi ganja di Thailand akan membuat negara itu kembali jadi produsen mariyuana kelas unggulan. Sejak lama, ganja telah mendarah daging di kalangan masyarakat Thailand sebelum negara itu berperang terhadap narkoba.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Thailand mulai menerapkan larangan penggunaan ganja pada 1934, namun pada praktiknya mariyuana masih jadi bagian dari masyarakat. Penerapan hukuman sangat ringan, dengan vonis penjara kurang dari setahun dan kebanyakan lolos begitu saja.
Barulah pada 1980-an, Thailand yang menjadi mitra Amerika Serikat dalam pemberantasan narkotika mulai serius menghentikan penyebaran ganja. Sejak saat itu, industri ganja di Thailand mati.
Sebelum berbagai larangan itu diterapkan, ganja banyak digunakan oleh masyarakat Thailand. Sebenarnya tidak hanya Thailand, negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Laos, Kamboja, dan Vietnam juga menggunakannya.
Walau tidak bisa dibuktikan dengan uji klinis, di masa lalu masyarakat Thailand meyakini ganja bisa meringankan berbagai penyakit, seperti sakit kepala, migrain, kolera, malaria, disentri, asma, pencernaan, cacingan, hingga sakit setelah melahirkan.
ADVERTISEMENT
Tanaman dengan daun berjari tujuh-sembilan ini juga digunakan sebagai bumbu masakan tradisional khas Thailand, yaitu kuaytiaw reua. Menu asli masakan ini menggunakan ganja sebagai bumbu kuahnya, ditambah lengkuas, sereh, dan darah babi.
Kuaytiaw reua. (Foto: Instagram/@galenma)
zoom-in-whitePerbesar
Kuaytiaw reua. (Foto: Instagram/@galenma)
Serat tanaman ganja juga digunakan di Thailand pada masa lampau untuk membuat kain pakaian. Karena manfaatnya yang berlimpah, ganja banyak ditanam di pekarangan rumah warga Thailand.
"Hampir di setiap sudut, setiap rumah, mereka menanamnya. Orang tua, mereka suka. Pekerja berat, juga menyukainya. Tapi mereka hanya menggunakannya untuk obat, ketika sangat demam. Ambil satu batang, lalu ditumbuk," kata warga lansia Thailand bekas petani ganja, seperti dikutip The Diplomat, April tahun lalu.
Tongkat Ganja
Ganja di Thailand dianggap salah satu jenis yang paling terkenal. Mengutip tulisan Forbes Desember lalu, jenis ganja Thailand dikenali dengan rambut halus kecil seperti dandelion dan daun berwarna hijau pucat atau cokelat. Baunya seperti jeruk, namun wanginya ringan.
ADVERTISEMENT
Ganja adalah tumbuhan asli yang tumbuh di hutan-hutan Thailand, memiliki kadar THC tingkat tinggi. Di masa lampau, kuncup bunga ganja tanpa biji dan daunnya diperjualbelikan dengan cara dililit membentuk cerutu sehingga mudah dibawa dan digunakan.
Dari sini muncullah istilah Thai Stick atau Tongkat Ganja. Tidak hanya dijual, warga juga membarter Thai Stick dengan hasil bumi seperti wortel atau jagung.
Ilustrasi Thai stick. (Foto: Twitter/@SocialMktgFella)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Thai stick. (Foto: Twitter/@SocialMktgFella)
Thai Stick mendunia setelah banyak digunakan oleh tentara Amerika di masa Perang Vietnam. Thai Stick pertama kali dikirim ke AS melalui pos pada 1960-an. Karena kualitasnya yang baik, seorang agen DEA (bdan pemberantasan narkotika AS) pada 1967 menyebut Thai Stick sebagai "cerutu Kuba di dunia mariyuana".
Ganja Thailand terkenal di kalangan hippies di Amerika. Bahkan kata "bong" yang berarti pipa pengisap ganja berasal dari bahasa Thailand yaitu "baung". Saat itu, AS kebanjiran ganja dari Thailand.
ADVERTISEMENT
Menurut majalah High Times, di awal 1970-an pengedar membeli ganja hanya seharga USD 3/kg dari petani di Isan, Thailand, lalu menjualnya seharga USD 4.000/kg di AS.
Pada 1980-an, pemerintah AS berhasil meyakinkan Thailand untuk ikut serta memberantas peredaran ganja. Thailand mulai menerapkan hukuman berat, penjara hingga 15 tahun bagi pengedar dan denda senilai lebih dari Rp 500 juta.
Kembali Jadi Idola
Ganja diperkirakan akan kembali jadi idola setelah parlemen Thailand melegalisasinya akhir tahun lalu. Berbagai perusahaan mulai melakukan penelitian manfaat ganja untuk medis. Lahan pertanian ganja juga telah disiapkan.
Salah seorang aktivis Thailand mengikuti kampanye untuk legalisasi ganja medis di Bangkok, Thailand. (Foto: REUTERS/Panumas Sanguanwong)
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang aktivis Thailand mengikuti kampanye untuk legalisasi ganja medis di Bangkok, Thailand. (Foto: REUTERS/Panumas Sanguanwong)
Pemerintah Thailand bahkan mencabut paten perusahaan asing untuk mariyuana demi mencegah monopoli pasar ganja.
Langkah Thailand melegalisasi ganja selaras dengan tren di dunia. Kolombia, Israel, Denmark, Inggris dan beberapa negara bagian AS telah lebih dulu melegalisasi ganja untuk medis. Bahkan Uruguay dan Kanada melegalkan penggunaan ganja untuk rekreasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Arcview Market Research yang dikutip Bloomberg, pasar mariyuana global diproyeksi bernilai hingga USD 23 miliar pada 2022, dengan peningkatan tahunan mencapai 22 persen selama lima tahun. Saat ini nilai pasar ganja mencapai USD 12,9 miliar dengan Amerika Serikat sebagai pemimpinnya.
Dalam empat tahun ke depan, Kanada dan negara bagian California di AS diprediksi menguasai 41 persen pasar ganja global. Para pengusaha di Thailand yakin, produk mariyuana mereka akan bisa memimpin pasar ganja dunia.
"Ganja Thailand akan kembali memimpin dalam industri global ini, seperti jam tangan Swiss atau smartphone Apple," kata Jim Plamondon, wakil presiden marketing di Thai Cannabis Corporation (TCC) kepada media VICE.