IDAI Jateng: Ada Hubungan antara Long COVID dengan Gagal Ginjal Misterius

19 Oktober 2022 18:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ginjal. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ginjal. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI) Jawa Tengah meminta para orang tua untuk berhati-hati, apabila anak sakit yang berhubungan dengan saluran air kencing. Terutama pada anak yang dulu pernah terinfeksi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sekretaris IDAI Jateng Choirul Anam mengatakan, gagal ginjal akut misterius yang menjangkiti ratusan anak itu juga disinyalir berhubungan dengan virus corona, selain diduga akibat pemberian obat sirop.
"Jika anak sakit terutama sakit yang berhubungan dengan saluran kencing. Apakah tidak bisa kencing atau justru sering kencing harus diperiksa urium kreatinnya kalau ada gangguan kemih, apakah ada atau enggak. Terutama untuk anak-anak yang pernah kena Covid-19 karena disinyalir ada hubungannya kan antara gagal ginjal misterius dengan Covid-19 itu kemungkinan ada hubungannya," ujar Choirul melalui sambungan telepon, Rabu (19/10).
Ia menjelaskan, ada kemungkinan antibodi yang menyerang ginjal pada anak usai ia terinfeksi virus corona. Dalam istilah kedokteran itu biasa disebut Multisystem inflammatory syndrome in children atau (MIS-C).
ADVERTISEMENT
"Ada hubungannya namanya Mis C atau Multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C). Jadi linknya ke situ, jadi setelah kena COVID-19 ada antibodi yang menyerang ginjal," jelas dia.
Hingga saat ini, lanjutnya, belum ada satupun kasus gagal ginjal misterius di Jawa Tengah. Meski pihaknya mendapat laporan, ada 1 kasus dugaan gagal ginjal di Kabupaten Banyumas
"Jateng belum ada, adapun itu 1 laporan di Banyumas yang diduga gagal ginjal tapi itu dalam penyelidikan," imbuh dia.
Anam juga mengimbau kepada orang tua untuk berhati-hati memberikan obat paracetamol sirop ketika anak terserang demam. Menurutnya, pemberian obat jenis tablet dan puyer lebih aman.
"Lebih baik pakai yang puyer atau tablet saja dan harus dari resep dokter spesialis anak," kata Anam.
ADVERTISEMENT