Jelang Pertemuan ASEAN, Kemlu RI Akui Krisis Myanmar Tak Bisa Selesai 'Semalam'

19 Juli 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Personel militer berjaga saat ratusan pengungsi menyeberangi perbatasan sungai antara Myanmar dan Thailand, kota perbatasan strategis ke tangan pemberontak yang memerangi junta militer Myanmar, di Mae Sot, Provinsi Tak, Thailand, Sabtu (13/4/2024) Foto: Athit Perawongmetha/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Personel militer berjaga saat ratusan pengungsi menyeberangi perbatasan sungai antara Myanmar dan Thailand, kota perbatasan strategis ke tangan pemberontak yang memerangi junta militer Myanmar, di Mae Sot, Provinsi Tak, Thailand, Sabtu (13/4/2024) Foto: Athit Perawongmetha/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Situasi di Myanmar usai ketegangan kudeta sejak awal 2021 masih menjadi perhatian utama dalam pertemuan ASEAN. Negara-negara di ASEAN terus berupaya mencari solusi untuk menyikapi konflik Myanmar.
ADVERTISEMENT
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto R. Suryodipuro, menegaskan upaya utama yang dilakukan ASEAN adalah Five Point Consensus (5PC). Pada pertemuan ASEAN yang akan digelar di Laos dalam waktu dekat persoalan Myanmar tetap menjadi fokus.
Namun, menurutnya, solusi diplomasi ASEAN untuk Myanmar tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat.
Hal itu disampaikan Sidharto dalam Press Briefing Pre-Event the 57th ASEAN Foreign Ministers' Meeting and Post Ministerial Conference (AMM-PMC), Jumat (19/7).
"Sebenarnya sejak awal, dan ini Menlu (Retno Marsudi) juga beberapa kali menyebutkan tahun lalu, sebetulnya upaya diplomasi itu tidak diarahkan untuk berhasil dalam semalam. Kita menyadari bahwa ini adalah suatu situasi yang akarnya itu panjang," ujar Sidharto di kantor Kemlu.
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto R. Suryodipuro, dalam Press Briefing Pre-Event the 57th ASEAN Foreign Ministers' Meeting and Post Ministerial Conference (AMM-PMC), Jumat (19/7). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Menurut Sidharto, meskipun 5PC telah menekankan penghentian kekerasan, realitanya kekerasan masih terus berlangsung. Bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang dikoordinasikan oleh AHA Centre juga masih berjalan.
ADVERTISEMENT
"Kemudian upaya untuk dialog di antara semua pihak. Ini upaya yang sedang dilakukan melalui mekanisme special envoy of the chair of ASEAN," tambahnya.
Dalam pertemuan Troika Indonesia-Malaysia yang akan digelar di sela pertemuan Menlu ASEAN di Laos pekan depan, bakal pula dibahas perkembangan terkini di Myanmar hingga pembahasan mendalam mengenai implementasi 5PC.
Dikutip dari situs resmi Kemlu RI, pemimpin negara–negara ASEAN dan pemimpin militer Myanmar menyepakati 5PC sebagai respons kolektif ASEAN terhadap situasi di Myanmar pada 4 April 2021.
5PC merupakan produk deliberasi ASEAN yang berlandaskan musyawarah dan kesepakatan. Hasil musyawarah diharapkan menjadi acuan yang sah bagi ASEAN dalam mengupayakan penyelesaian konflik di Myanmar. Negara di Asia Tenggara ini terjerembab krisis akibat kudeta pemerintahan sipil pada 2021.
Press Briefing Pre-Event the 57th ASEAN Foreign Ministers' Meeting and Post Ministerial Conference (AMM-PMC), Jumat (19/7). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Menurut Sidharto, pada KTT ASEAN mendatang Myanmar akan diwakili oleh non-political representative, yaitu senior official dari Kemlu Myanmar yang bertindak sebagai Permanent Secretary.
ADVERTISEMENT
"Dan ini sudah ada presedennya. Biasanya kan sebelumnya kursi Myanmar kosong. Tapi mulai awal tahun ini, pada saat retreat Menlu ASEAN itu diisi oleh non-political representative-nya," kata Sidharto.