Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jill Stein, Capres Ketiga AS yang Pernah Ditahan karena Bela Palestina
4 November 2024 16:57 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Jill Stein, seorang dokter lulusan Harvard yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan, terdaftar sebagai calon presiden Amerika Serikat 2024 melalui Partai Hijau.
ADVERTISEMENT
Di AS Stein disebut sebagai capres ketiga. Sebab, dia bukan berasal dari dua partai besar di sana: Partai Demokrat dan Partai Republik.
Ia adalah sosok yang vokal dalam menyuarakan keadilan lingkungan dan hak asasi manusia, hingga menyoal Palestina.
Kiprahnya dalam politik dimulai sejak 2002 ketika ia didorong oleh Partai Hijau Massachusetts untuk maju dalam pemilihan gubernur.
Ia kerap terlibat dalam beberapa agenda politik seperti pemilihan wakil negara bagian pada 2004 hingga pemilihan Menteri Luar Negeri pada 2006.
Pemilihan 2024 ini menjadi kali ketiganya mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat.
Ia pertama kali menjadi calon presiden pada 2012 dengan memilih Cheri Honkala sebagai pasangannya. Mereka kalah dari presiden petahana sekaligus Demokrat Barack Obama dan Wakil Presiden Joe Biden.
ADVERTISEMENT
Di 2016, ia mencalonkan diri untuk kedua kalinya sebagai presiden dengan Ajamu Baraka, melawan kandidat Demokrat Hillary Clinton dan kandidat Republik Donald Trump.
Dikenal sebagai pejuang lingkungan, Stein telah memimpin berbagai inisiatif penting, termasuk upaya membersihkan pembangkit listrik tenaga batu bara di Massachusetts serta mengadvokasi peraturan kesehatan yang lebih ketat terkait polusi merkuri.
Wanita kelahiran 14 Mei itu juga mendirikan Massachusetts Coalition for Healthy Communities, sebuah organisasi nirlaba yang memperjuangkan hak-hak kesehatan dan lingkungan, serta mengusung agenda hijau yang berfokus pada energi terbarukan.
Ditangkap saat Aksi Bela Palestina
Namun, nama Jill Stein kembali mencuat setelah ia ditangkap saat mengikuti aksi protes pro-Palestina di Washington University, St. Louis, pada akhir Juli lalu.
Ia bersama ratusan demonstran—terdiri dari mahasiswa dan dosen—meminta kampus-kampus di AS untuk memboikot institusi pendidikan Israel serta mendukung kebebasan berpendapat.
ADVERTISEMENT
Lewat media sosialnya, Stein menyatakan tetap mendukung generasi muda dalam memperjuangkan hak mereka untuk kebebasan berpendapat.
"Kami akan berdiri di sini sejalan dengan para mahasiswa yang membela demokrasi, membela hak asasi manusia, dan menentang genosida," kata Stein, seperti dikutip CNN, Minggu 28 Juli.
Dalam pidato kampanyenya, Stein menekankan pentingnya “piagam hak ekonomi” yang mencakup hak atas pekerjaan, kesehatan, perumahan, pendidikan, dan makanan.
Ia juga kerap mengkritik kebijakan AS terhadap Palestina dan menentang dukungan militer AS untuk Israel.
Menurut Stein, aksi genosida yang berlangsung seharusnya dihentikan oleh pemerintahan AS yang berkuasa, baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik.
Popularitas Stein dalam pemilu AS cukup menonjol, terutama di kalangan warga Arab-Amerika dan Muslim.
ADVERTISEMENT
Ia menarik perhatian pemilih minoritas yang merasa kebijakan AS di bawah Demokrat tidak berpihak pada mereka.
Meski hanya memperoleh sekitar 1 persen suara dalam pemilu 2016, dukungan terhadap Stein terus meningkat di negara bagian seperti Michigan dan Arizona, yang memiliki populasi besar warga Arab-Amerika dan Muslim.
Donald Trump berhasil melampaui ambang batas 270 suara elektoral untuk mendapat kursi presiden. Kemenangan Trump ditentukan lewat kemenangan di Wisconsin dan Pennsylvania. Jumlah suara elektoral Trump 277. Pesaingnya Kamala Harris mendapat 226.
Updated 7 November 2024, 10:11 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini