Jubir Wapres: Salam Semua Agama Tak Masalah Kalau untuk Menghormati

12 November 2019 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru bicara wakil presiden, Masduki Baidlowi di kantor pusat MUI, Selasa (15/10/2019). Foto: Abyan Faisal Putratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Juru bicara wakil presiden, Masduki Baidlowi di kantor pusat MUI, Selasa (15/10/2019). Foto: Abyan Faisal Putratama/kumparan
ADVERTISEMENT
MUI Jawa Timur mengimbau agar umat Islam -- utamanya pejabat dan kepala daerah -- menghindari mengucapkan salam semua agama dalam sambutan di acara resmi. Menanggapi hal itu, juru bicara Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Masduki Baidlowi, menilai tak masalah jika salam semua agama digunakan, asalkan sebagai bentuk penghormatan kepada agama lain.
ADVERTISEMENT
"Kalau itu kan sebenarnya memang lebih pada penghormatan kepada teman-teman yang berbeda. Satu contoh misalnya, dalam sebuah audiens besar, ada seorang pejabat misal, lalu kemudian di situ juga banyak penganut agama lain," kata Masduki kepada kumparan, Selasa (12/11).
"Karena memang ini negeri sangat heterogen, tak hanya satu penganut agama, kalau diniatkan seperti yang tadi, sebagai penghormatan itu ya enggak apa-apa," lanjutnya.
Ilustrasi simbol beberapa Agama. Foto: Shutter Stock
Masduki mengatakan, MUI Jawa Timur mengeluarkan imbauan tersebut karena ucapan salam semua agama dikhawatirkan menimbulkan kemurtadan. Polemik ini, kata dia, sama dengan larangan ucapan selamat Natal yang sempat ramai diperdebatkan.
Namun, ia mengatakan, para ulama umumnya memaknai ucapan salam semua agama, khususnya yang diucapkan umat muslim itu sebagai bentuk empati. Masduki menilai, tidak ada niat tertentu dan dengan mengucapkan salam tak berarti menjadikan umat muslim menjadi murtad.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada dimensi teologis, tapi itu lebih kepada semacam kita berempati kepada teman, menghibur teman, menghormati tanpa embel-embel dimensi teologis, maka itu tidak apa apa. Bahkan pendapat itu dinyatakan oleh Syekh Yusuf Qardhawi," lanjut Masduki.
Namun, Masduki mempersilakan masyarakat memilih untuk mengikuti imbauan MUI Jawa Timur atau tidak.
"Misal dia mengimbau atas imbauannya diikuti, ya, bagus-bagus saja. Tapi kalau misalnya tidak diikuti (tidak masalah) karena ada pandangan yang berbeda, kayak MUI Jawa Tengah pendapatnya berbeda. Muhammadiyah Jawa Timur pendapatnya berbeda," kata Masduki.
Sebelumnya, MUI Jawa Timur dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori, mengimbau agar umat Islam menghindari mengucapkan salam semua agama. Imbauan itu dilakukan lantaran dinilai syubhat atau samar kehalalannya.
ADVERTISEMENT
"Mengucapkan salam pembuka dari semua agama yang dilakukan oleh umat Islam adalah perbuatan baru yang merupakan bid'ah, yang tidak pernah ada di masa lalu. Minimal mengandung nilai syubhat (samar kehalalannya) yang patut dihindari," kata Buchori dalam keterangannya, Sabtu (9/11).
Sekjen MUI Pusat Anwar Abbas sepakat dengan MUI Jawa Timur. Anwar Abbas mengimbau seorang muslim harus berhati-hati di dalam berdoa, jangan sampai dia melanggar ketentuan yang ada.
"Saya melihat imbauan tersebut sudah tepat dan sudah sesuai dengan ketentuan Al-Quran dan hadis. Karena di dalam Islam di dalam setiap doa itu, selain ada dimensi muamalah atau hubungan kepada sesama juga. Sangat sarat dengan dimensi teologis dan ibadah," ungkap Anwar Abbas dalam keterangan tertulis, Senin (11/11).
ADVERTISEMENT
Meskipun menilai imbauan MUI Jatim itu tepat, MUI pusat tidak merilis surat resmi seperti yang dilakukan oleh MUI Jatim.
Di lain sisi, Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim tak mempermasalahkan salam beda agama. Alasannya, salam yang diucapkan hanya bentuk tegur sapa, sebagai bentuk menghargai yang tak mencampuri urusan akidah.
“Salam lintas agama, sejauh dimaksudkan untuk saling menyapa, tidak masuk ke wilayah akidah, ya ndak apa-apa. Tidak usah ada keharusan, tapi juga tidak usah ada larangan-larangan. Sekadar saling bertegur sapa saja,” ujar Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jatim Nadjib Hamid, Senin (11/11).