Jusuf Kalla: Orang Jepang Lebih Pancasilais

15 Agustus 2019 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) bersama Gubermur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X (kedua kiri)  menjenguk KH Syafii Maarif di Yogyakarta. Foto: Dok. Setwapres
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) bersama Gubermur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X (kedua kiri) menjenguk KH Syafii Maarif di Yogyakarta. Foto: Dok. Setwapres
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengimbau agar tidak ada yang menjadikan Pancasila sebagai alat. Menurutnya, menjadikan Pancasila sebagai alat sering terjadi pada zaman dahulu dan terkadang masih digunakan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
“Jangan Pancasila dipakai sebagai alat, dia dasar. Jangan ada orang salah ngomong, ah ini orang anti-Pancasila ini,” kata Jusuf Kalla dalam Kongres Pancasila XI bertajuk ‘Aktualisasi Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa’ di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (15/8).
Kongres ini juga dihadiri oleh Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono, M Eng, D Eng.
Jusuf Kalla menjelaskan, dahulu kala banyak orang yang dipenjara karena ucapannya. Salah sedikit, orang bisa dianggap anti-Pancasila padahal belum diketahui sila ke berapa yang orang tersebut langgar.
“Zaman dulu dipenjarakan orang salah ngomong, atau ngomong sengaja. Omong macam-macam, ah anti-Pancasila. Sekarang pun kadang-kadang masih begitu. Sampai tanya sila ke berapa yang dilanggarnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Jusuf Kalla juga mencontohkan bagaimana Jepang justru sangat Pancasilais meski di sana tidak ada Pancasila. Persatuan, ketuhanan, kepercayaan, dan lain sebagainya.
“Pancasila kita kasih indeks saja contohnya coba survei nasional karena banyak orang mengatakan begini (anti-Pancasila). Jepang itu tidak ada Pancasila tapi dia lebih Pancasilais dan lebih baik, persatuannya lebih baik, ketuhanannya, kepercayaan lebih baik, sopan dan macam, musyawarah. Jadi kalau angka 1-100 bangsa ini tingkat Pancasila-nya berapa?” katanya.
Soal indeks yang Jusuf Kalla sebut, misalnya soal kemanusiaan bisa dilihat apakah orang tersebut kurang bayar pajak, membayar zakat, membina orang miskin, dan menolong satu sama lain.
“Bisa juga dipakai gini ratio. Kalau semakin tinggi gini ratio-nya berarti cara kita bertindak tidak manusiawi, tidak adil, ada hubungannya dengan sila kelima,” katanya.
ADVERTISEMENT
Jusuf Kalla kembali mengingatkan bahwa Pancasila merupakan fondasi. Fondasi itu tidak perlu terlihat, namun harus kokoh dan kuat.
“Apabila kita punya seperti itu, katakanlah indeks jangan sampai per orang juga kita hitung, coba berapa kamu punya kepancasilaan. Mudah-mudahan saya juga tinggi kepancasilaan saya,” ujar Jusuf Kalla.